Malam sebelum hari pernikahan
-----
Semua orang di rumah keluar untuk melihat keramaian di depan. Laura dan Maria tampak heran. Sedangkan Raline hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah.
Sebuah mobil box dari sebuah restoran terenak yang Raline pernah nikmati saat berada di kediaman keluarga Hardian.
Dua orang koki turun dari mobil box dan dua orang asisten membantu menurunkan alat barbeque yang besar. Satu troli berisi daging dari berbagai jenis yang pastinya bernilai fantastis untuk sepotong daging. Bukan hanya daging, ada sosis dan lain-lain sebagai pendamping daging.
"Malam ini kalian bisa berpesta sebelum besok sore menggelar acara pernikahan. Nona dan Nyonya-nyonya bisa dudu
"Emp … aph …."Mulut gadis itu di bekap oleh Gavin sambil meletakkan telunjuk jari kirinya ke depan bibir memberi kode Raline agar tidak berteriak."Ssshh!!" desis Gavin dengan ekspresi yang lucu."Ka-kamu ngapain masuk lewat jendela sih!?" omel Raline tidak mengontrol tinggi suaranya."Ssshh!!" desisnya lagi mengulangi. "Siapa suruh tidak menjawab pesanku, hm?!" omel Gavin dengan suara pelan.“Lagian siapa suruh malam-malam ganggu orang-- lagi istirahat?!” Raline terpaku, tubuhnya dipeluk si monster mesum.Gavin langsung menyergap tubuh gadis di hadapannya itu. Memeluknya penuh kerinduan. Padahal baru dua hari tidak bertemu,
Hari bahagia itu telah tiba ….-----Di dalam kamar, Raline tengah didandani dengan riasan natural look karena tidak ingin mengubah kecantikan natural gadis itu. Makeup artist yang sedang memulas blush on tipis itu tidak hentinya memuji Raline. Pujian dan decak kagum terus lolos di mulut lelaki bergaya kemayu yang sering menjadi langganan para artis dan model dalam merias wajah di berbagai acara bergengsi.“Aduh, ini wajah tanpa riasan saja sudah glowing. Sudah cerah, sudah cantik! Rahasianya apa sih, Nona?” tanya MUA sambil merapikan riasan Raline di bagian mata.Raline hanya terkekeh bingung harus menjawab apa. Masa ia harus bilang kalau pakai skincare yang diberikan Gavin? Sedangkan dirinya hanya asal pakai dan baru-baru saja memakainya saat tinggal bersama. Sesekali ga
Selesai mengikrarkan janji suci pernikahan sehidup semati ….-----Riuh tepuk tangan dan tangisan haru memenuhi acara sakral sore senja itu. Gavin Maheswari sudah sah menjadi suami dari Raline Ansara di hadapan pendeta. Berjanji sehidup semati, dalam suka maupun duka. Kedua mata lelaki itu berkaca-kaca. Rasanya sangat bahagia bisa menikahi gadis pujaan hatinya. Cinta pertama yang selalu dipujanya.“Sekarang silahkan, cium pasangannya masing-masing.”Wajah Raline langsung semburat kemerahan. Semakin memancarkan kecantikan alami wajahnya yang tidak diragukan. Gavin juga seketika malu padahal dirinya sangat ingin melahap habis istrinya itu.Namun banyak mata memandang. Dengan senang hat
Malam pertama pasangan pengantin baru …._____Villa sudah bersih dari keramaian. Tinggal dekorasi yang masih terpasang di tepian pantai. Tetapi pengamanan sekitar pantai tetap terjaga rapi. Sekarang sudah pukul satu malam. Raline berada di dalam kamarnya. Mengunci pintu kamarnya takut-takut. Gadis yang masih perawan itu sudah mengganti pakaian gaun pengantinnya.Duduk di atas tempat tidur sambil mendekap kakinya dan memikirkan dirinya yang sekarang sudah menjadi seorang istri sah Gavin Maheswari. Keduanya berada di dalam kamar yang berbeda. Sejak jam sepuluh malam tadi keduanya berpisah dan masuk ke dalam kamarnya masing-masing.Raline masih merasa kaget dengan statusnya sekarang. Dan Gavin juga sudah memberitahukan kabar dirinya akan be
Raline tertunduk malu. Ada hormon oksitosin yang terlepas setelah Gavin mengecup tipis bibirnya. Wanita itu bingung ingin menjawab apa. Dia hanya diam dan tertegun. “Aku rasa itu adalah jawaban paling jujur,” ujar Gavin yakin. Lelaki itu langsung menyentuh bibir istrinya dengan pagutan bibirnya. Melekatkan bibir atas dengan bibir bawah Raline. Wanita itu jelas sekali tidak bisa berciuman, dan Gavin tahu betul akan hal itu. Betapa beruntungnya dia. Jantung Gavin berdenyut sangat cepat. Seolah adrenalinnya terpacu sangat kuat. Menyentuh bibir istrinya yang ranum. Raline terlihat tidak biasa berciuman, namun terasa sekali, jika ia menikmati sentuhan lembut bibir Gavin. Jarak keduanya yang terpisah dengan guling langsung dijauhkan oleh Gavin. Lelaki itu m
Hari semakin larut, Gavin memutuskan tidur. Apalagi malam pertamanya gagal karena Raline malah kedatangan tamu bulanan. Malam ini lelaki itu tidur tenang karena Raline berada di sampingnya. Malam ini mereka kembali tidur satu ranjang dengan status baru mereka, suami-istri. Tetapi, Malam ini Raline tidak bisa tidur. Dia terus saja memandangi wajah Gavin. Wanita muda itu tidak bisa memejamkan matanya, karena memikirkan besok lelaki itu akan pergi ke Bangkok, Thailand. Ada perasaan aneh yang tidak bisa tergambarkan dalam dirinya saat mendengar dari mulut Gavin karena ia berpamitan pergi lagi. Padahal saat Gavin ada mereka berdua selalu bertengkar dan berdebat tanpa henti. Ada saja yang mereka jadikan bahan untuk bertengkar, keduanya benar-benar seperti tom and jerry versi manusia. Rasanya memandang
Gavin sudah pergi dari pandangan Raline. Menaiki heli miliknya pribadi menuju Bangkok, Thailand. Entah kenapa di hati Raline seakan ada yang hilang tanpa ia sadari. Mengantarkan Gavin pergi rasanya ada kekecewaan yang terpatri di wajahnya.Jamal tidak ikut mendampingi tuan mudanya itu. Tugasnya tidak lagi menjaga Gavin, melainkan istri tuan mudanya. Ini kali pertama pengawal itu meninggalkan tuan mudanya dalam waktu terlama, satu minggu kedepan."Silahkan lewat sebelah sini, Nona." Jamal mempersilahkan Raline untuk menuruni lift khusus yang digunakan oleh tuan muda Gavin. "Nona?" panggilnya karena wanita itu melamun."Ah, iya." Raline tersadar seketika. Wajahnya menjadi sendu saat suaminya pergi. Ia memasuki lift dikawal oleh Jamal dan dua pengawal lain.
Sudah empat hari Gavin pergi ke Bangkok, dan hanya beberapa kali mengirim pesan singkat yang berujung keduanya berdebat. Alhasil hanya ada pertengkaran antara Gavin dan Raline via chat atau telepon.Gavin sangat merindukan Raline. Tetapi kesibukannya dengan perusahaan dan bisnis besarnya di beberapa line sangat menguras waktu dan fokusnya, sehingga hanya bisa mengirim pesan singkat hanya untuk menanyakan keadaan Raline. Hanya saja, wanita yang dirindukan Gavin selalu saja berulah dan membuatnya emosiDemi mempercepat pekerjaan, makanya Gavin jarang menghubungi agar ia bisa segera pulang menemui istrinya yang sangat gengsian itu."Huh! Dia pikir aku stasiun yang bisa disuruh menunggu dia datang kapan aja?" gerutu Raline menghempas ponselnya karena Gavin menonaktifkan nomornya.
Extra bab untuk my readers beloved, PAID LOVE. ___________ Di sebuah mall, Raline dan sang tante pergi ke sebuah store branded luar negeri. Dimana ada foto Raline yang terpampang lebar didepan store menggunakan pakaian branded tersebut dari atas hingga bawah. Ya, hari ini adalah hari tenang Raline sebelum berangkat pergi ke Australia minggu depan. Ia, mendapat black card untuk membelanjakan kartu hitam mewahnya dengan brand yang menjadikannya Brand Model Ambassador. “Ral, Tante mau ke toilet dulu sebentar. Kamu disini aja kan?” ijin Tante Maria pada san keponakan. Raline mengangguk sebagai jawaban. “Raline tunggu disini, ya, Tan.” Maria pun bergegas pergi dari store tersebut dan mencari toilet terdekat. Raline juga kembali diarahkan oleh salah satu retail sales berpengalaman pada produk terbaru mereka. Pada saat tangan Raline meraih salah satu tas yang terpanjang, tiba-tiba ada seseorang yang meraihnya terlebih dahulu. Lantas, wanita itu langsung menoleh dan menatap sosok lelak
Terima kasih sudah berkenan mampir di cerita sederhana ini. Tidak mewah memang, tetapi cerita ini aku tulis dengan hati dan cinta. Segenap hati aku menulis ini dalam keadaan tidak sempurna, karena authornya masih human. Bukan alien. Mhehehe :) Semua emosiku aku tuang di cerita PAID LOVE dari sedih, senang, gusar, bahagia bahkan tersedu-sedu seperti saat aku menuliskan sedikit ucapan untuk yang sudah singgah apalagi menetap bersama Author yang hobi makan remahan taro ini. Kiranya kalian kata-kata tidak puitis dan aneh ini bisa dong, kasih ulasan tentang cerita PAID LOVE, entah itu Raline, Gavin, Laura dan lain-lain. Singkat memang, tapi tidak ada cerita yang berakhir harus bahagia. Cerita ini memang menggantung, dan agak
"Luka itu tidak akan pernah bisa sembuh sekalipun bisa hilang dari pandangan mata ...."***Satu tahun kemudian ….Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Devin. Ia mencium bibir Raline dengan paksa. Berhasil wanita itu membalas dengan tamparan keras di wajah adik dari Gavin. Selama ini dia sangat mempercayai Devin. Tetapi sekarang semua kepercayaan itu hancur lebur."Kamu keterlaluan, Dev! Jadi semua itu kamu penyebabnya, huh!? Aku tidak menyangka kamu sejahat itu ternyata."Raline tidak menyangka jika semua yang terjadi adalah ulah Devin dan Lucy. Hubungan dia bersama Gavin hancur karena dengan sengaja lelaki itu mengadu domba keduanya sampai berpisah seperti sekarang.&nbs
Selama di dalam perjalanan menuju pulang, Laura terus membujuk Raline untuk menerima tawaran pemilik agensi model itu. Bahkan Raline kebingungan menolak tawaran itu saat Gasari memintanya lagi untuk menjadi model.“Ini bakal jadi pengalaman baru buat kamu. Siapa tahu uangnya bisa kamu tabung dan lanjut untuk kuliah. Daripada kamu di rumah terus, Nak. Coba baca dulu kontraknya, terus kamu bisa terima tawaran untuk berkunjung ke kantor agensi itu. Mama temani nanti, deh, ya?” bujuk Laura antusias.Dia juga sebenarnya tidak tega melihat anak kesayangannya itu hanya di rumah seperti dirinya tanpa memiliki aktivitas lain. Hanya Maria yang bekerja. Meski sebenarnya, Laura memiliki uang simpanan pemberian Gavin yang dirahasiakan olehnya dari Raline. Sepeserpun kartu gold pemberian dari menantunya itu tidak pernah disentuh olehnya.
Tiga puluh hari kemudian.Raline tinggal bersama Laura dan Maria. Sudah satu bulan wanita itu pergi dari rumah keluarga Gavin. Sebenarnya Raline ingin pergi dari rumah pemberian suaminya, namun Jamal sudah mewanti-wanti agar tidak perlu meninggalkan hunian mereka sekarang. Rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga Raline saat ini, sudah atas nama dia sendiri.Laura dan Maria sampai detik ini tidak tahu kenapa anak kesayangan mereka itu pergi meninggalkan Gavin dan malah tinggal bersama-sama sekarang.Raline berubah menjadi lebih pendiam dan suka berada di dalam kamar setelah keluar dari kediaman mertuanya. Bahkan, tidak jarang dia bisa tahan seharian penuh tidak keluar dari kamar. Laura sempat khawatir, tapi selalu saja Raline bisa berkilah kalau dia akan baik-baik saja.
Raline terikat kedua tangannya salah satu tiang kamar. Gavin menyesapi setiap inci tubuhnya tanpa ada yang tertinggal. Kissmark di leher, dan bekas gigitan membekas di sela paha wanita itu. Ia terperanjat akan sentuhan kasar Gavin yang berada di titik intimnya. Tubuh putih itu sekarang tidak mulus karena lelaki itu menodainya dengan bekas-bekas kegilaannya.Disuruhnya paksa wanita itu menggeliat seksi. Gavin memperlakukan Raline sudah seperti wanita bayaran. Rasa trauma itu kembali muncul. Dia tidak menyangka di dalam hidupnya jika Gavin yang memperlakukannya seperti ini. Kasar dan brutal. Tubuhnya sudah tidak tahan akan kegilaan lelaki itu. Desahan, rintihan tidak hentinya lolos.Pandangan Raline sudah buram. Dia memang bergairah dan sudah mencapai puncak dua kali, namun lelaki itu tidak kunjung menuntaskannya. Malah Gavin hanya menjadikannya tonto
Raline terperanjat setiap kali Gavin mencumbu setiap inci tubuhnya dengan brutal dan kasar. Setitik kristal bening keluar di sudut mata Raline yang tertutup rapat. Saat mata itu terbuka, ia seakan memohon pada Gavin agar berhenti menyiksanya.Tangan Gavin meremas kasar dada Raline tanpa ampun yang masih tertutup bra namun terlihat berantakan. Wanita itu sudah basah dibawah sana, tapi dia tidak merasakan kehangatan sama sekali akan sentuhan yang diberikan Gavin. Lelaki itu menyiksa tubuhnya kasar.“Emmpphh!” rintih Raline. Dia membuka matanya yang sudah sayu berusaha menatap dan memelas belas kasih di mata Gavin. Namun, tidak ada pandangan hangat lagi di mata sang suami. Air mata jatuh tak tertahan lagi. Raline menangis sekarang.Setelah puas membasahi tubuh Raline dengan salivanya
Sesampainya Gavin di rumah, suasana sudah sangat sepi. Hanya ada pengawal yang tengah berjaga di kediaman Yudistoro. Tuan besar di rumah itu pun sedang tidak berada di tempat.Gavin turun dari mobil dengan amarah yang tertahan. Rahangnya mengeras dengan penampilannya yang berantakan. Darah masih bersimbah di jari tangan suami dari Raline itu.Gavin terlebih dahulu mencuci tangannya di kamar dia sebelumnya. Lelaki itu enggan masuk ke dalam kamarnya bersama Raline. Dia sangat gusar dan dalam keadaan tidak baik.Sebisa mungkin Gavin menghindari bertemu dengan istrinya. Dilepasnya kemeja putihnya dan meminum banyak air putih yang baru saja dibawakan oleh pekerja di rumahnya.Membasuh wajah dan rambutnya, Gavin berdiri di depan cermin kamar mandi sambi
"Kamu tunggu disini," pinta Gavin pada Jamal."Baik, Tuan." Jamal berdiri di depan pintu gudang dan menurut saja atas perintah Gavin.Dengan langkah berat, Gavin masuk ke dalam gudang yang temaram. Hanya ada lampu yang menyala tepat di bawah Edd tengah disekap mulutnya. Ada dua pengawal yang berjaga di samping kiri dan kanan.Gavin memberi isyarat dengan mengibaskan tangan pada dua pengawalnya yang berjaga standby. Mereka pergi karena bos mudanya meminta untuk pergi. Tinggallah Gavin sendiri bersama Edd.Edd dalam keadaan tertidur saat ini. Mulutnya dibekap lakban berwarna hitam. Wajahnya terlihat memar di beberapa sudut. Edd melawan saat dibawa paksa oleh dua pengawal Gavin ke gudang ini. Belum hilang bekas pukulan Devin saat itu, sekarang wajah