Tubuh Raline seketika meremang saat batang keperkasaan milik Gavin yang menantang mencoba memasuki liang kewanitaannya. Perlahan tapi pasti, milik Gavin merangsak masuk perlahan di liang sang istri yang masih sesak dibawah sana.
Pergulatan gairah pasangan pengantin baru itu sangat hangat. Bahkan mengalahkan hangatnya air yang merendam tubuh mereka. .
Raline bergerak naik turun dengan tubuh yang menggeliat penuh gairah karena memainkan milik suaminya. Keperkasaan Gavin memenuhi liang kewanitaan Raline hingga membuat keduanya mengerjat nikmat. Desahan keduanya keluar berirama dengan hembusan nafas yang tersengal.
Raline mendongak setiap kali menusukkan liangnya sangat dalam sampai ia terpekik puas. Erangan dan gairahnya membuat wanita itu kecanduan.
"Ssshh!
Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih ulasan dan GEM vote yaa ~ (*^3^)/~♡
Malam harinya …Gavin mengajak Raline dinner di restaurant hotel. Mengenakan pakaian anggun dengan dress berwarna putih dan kemeja berwarna sama dengan Raline, membuat pasangan pengantin baru itu sangat serasi.Suasana di restoran malam itu tidak terlalu ramai. Gavin sangat menikmati kebersamaannya bersama sang istri tanpa memikirkan pekerjaan sama sekali dalam waktu dua hari kedepan. Besok siang mereka akan pergi ke Bali, berlibur sejenak dari hiruk pikuk Ibukota.Saat Gavin dan Raline tengah menyantap makan malam, tiba-tiba Lucy muncul. Dengan santainya, wanita itu datang dan duduk di samping Raline. Penampilan Lucy malam ini tidak kalah anggun dan cantik. Seksi? Tentu saja! Dia akan memikat Gavin dengan berbagai macam cara.
Sejak berada di dalam kamar hotel, Raline tidak sekalipun berbicara pada Gavin. Bahkan saat suaminya itu memanggil, Raline enggan menjawab dan meresponnya. Wanita itu memilih sibuk dengan ponsel di tangan. “Sedang apa sih?” Gavin merebut ponsel Raline. “Sedang bosan.” Raline menjawab sekenanya. Ia beranjak dari duduknya di sofa. Raline mengikat rambutnya kuncir dan merias wajahnya di depan meja cermin. Memolesnya sedikit lebih tebal dari riasan sebelumnya. “Setengah jam lagi, aku akan ke bar. Kamu kalau tidak mau ikut, jangan coba-coba melarangku.” “Aku bukannya melarang, tapi untuk apa juga kamu kesana? Ingat, besok kita sudah pergi ke Bali. Jangan pulang malam-malam.” Gavin memberi warning
Di tengah-tengah bar, Raline diajak Lucy untuk berdansa di tengah bar. Para tamu undangan yang diundang oleh Lucy semua ikut menyemangati keduanya. Riuh sorak sorai dan aroma alkohol, menyeruak memenuhi bar. Dentuman suara musik dari DJ semakin menghentak. Lucy terus memberikan Raline minuman anggur putih dengan paksa sampai membuat istri dari Gavin itu mabuk minuman. Wajah Raline memerah. Wanita itu sudah mabuk sekarang. Mendengar suara musik dan riuh membuat Raline berdansa dengan begitu indah. Tubuhnya benar-benar molek ditambah wajahnya saat mabuk sangat menggemaskan sekali. Raline melepaskan rambutnya yang dikuncir. Membiarkan rambutnya jatuh tergerai alami bergerak mengikuti tubuhnya yang berdansa. Wanita itu menjadi pusat perhatian banyak orang. Wajah yang cantik, tubuh yang molek d
“Aku akan mengantarmu. Dimana kamarmu?” tanya Devin sambil memegangi Raline yang berjalan sempoyongan. “Kamu terlalu mabuk sekarang, aku akan telepon Gavin.”“Jangan! Jangan panggil lelaki pemarah itu. Lebih baik aku ke tempat lain saja,” ujar Raline asal. Dia meracau sekarang. “Pesankan aku kamar lain.”***Brugh! Raline menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa kamar hotel. Dia memejamkan matanya karena terlalu mabuk. Sudah dua kali wanita itu muntah.Devin membawa iparnya ke kamar hotelnya. Membiarkan Raline tidur sejenak di sofa. Dress yang dipakai wanita itu tersibak naik. Paha mulusnya terlihat sangat jelas. Mulus dan putih bersih. Mata Devin tanpa sengaja melihatnya.
Sekarang Raline berada di kamarnya lagi bersama Gavin. Dengan sabar lelaki itu menunggu istrinya sadar. Memandangi wajah polos itu sekarang dalam keadaan pulas sekali. Sesekali Gavin mengusap wajahnya kasar. Emosinya mereda melihat istrinya baik-baik saja sekarang.Saat menemukan Raline, lelaki itu langsung menggendongnya dan membawanya kembali ke kamar. Hatinya tidak karuan memikirkan keadaan sang istri. Penyesalan itu terlihat jelas di wajahnya. Gavin tertidur sampai lupa bahwa istri belum pulang juga.Rasanya ingin sekali memaki Lucy yang tidak berusaha memberitahu keadaan istrinya. Pikiran Gavin sempat kacau karena Devin yang malah bersama Raline, bukan dirinya. Gavin terlampau menyesal sekarang. Dia hanya bisa menunggu wanita itu sadar.Waktu menunjukkan pukul lima pagi. Raline terbangun dan m
Sebuah helikopter jet ranger bersiap mengudara. Raline dan Gavin bersiap naik dan akan pergi ke Bali menaiki heli pribadi miliknya. Pasangan pengantin baru itu menaiki heli dan bersiap terbang menuju kota Bali.***HONEYMOON DI ULUWATU, BALIIni kali pertama Raline pergi menaiki alat transportasi udara. Dia gugup dan sedikit takut karena khawatir akan ketinggian. Ini perdana bagi wanita itu pergi dari Ibukota. Meski ada Gavin yang terus menggenggam tangannya, tanpa henti wanita itu bergumam khawatir terjadi sesuatu.Gavin terus menenangkan istrinya. Mengajaknya bicara hal yang membuat Raline tenang. Membahas indahnya tempat yang akan mereka tinggali selama dua malam nanti. Meski waktunya singkat, Gavin akan membuat istrinya itu bahagia bersamany
Udara di Uluwatu sangat menyegarkan. Aroma laut dan hamparan pasir putih membuat suasana sore hari semakin hangat. Gavin mengajak istrinya, sore itu untuk ber-jacuzzi di hunian Morabito Art Cliff yang termasuk fasilitas mewah disana.Wadah jacuzzi itu tepat menghadap ke pinggir pantai, dimana bisa melihat matahari tenggelam yang sebentar lagi bisa mereka nikmati. Gavin pun mengajak istrinya untuk berendam di jacuzzi.Raline yang mengenakan bikini sangat antusias karena bisa langsung melihat sunrise sambil memanjakan tubuh dengan air hangat dari jacuzzi. Tubuh wanita itu terasa sedang dipijat oleh air hangat yang menyentuh kulitnya.Saat Gavin masuk ke dalam jacuzzi dihiasi lampu LED yang mengelilingi mereka. Dia meraih tubuh Raline dan memeluknya dari belakang. Dihirupnya tengkuk leher wanita
Di dalam jacuzzi penuh cinta itu, Gavin benar-benar membuat Raline mabuk kepayang. Sentuhan demi sentuhan diberikan oleh lelaki itu dengan begitu lembut. Istrinya sudah melakukan pelepasan dua kali.Saat berada di puncak gairah, Gavin mempercepat ritme pergerakannya. Menekan dan menusuk liang sempit itu dengan cepat sampai keduanya mendesah penuh nikmat.“Oh, Gavin! Ohh ….”Sebuah desahan yang terselip nama sang suami membuat Gavin semakin bergairah menekan keperkasaannya sampai titik klimaks. Raline tersentak hebat beberapa kali dengan kepalanya yang menengadah penuh kenikmatan. Wanita itu menggeliat penuh hasrat saat liangnya di penuhi oleh milik Gavin di bawah sana.“Ergh!” lenguh Gavin sampai pada puncaknya. &ldq
Extra bab untuk my readers beloved, PAID LOVE. ___________ Di sebuah mall, Raline dan sang tante pergi ke sebuah store branded luar negeri. Dimana ada foto Raline yang terpampang lebar didepan store menggunakan pakaian branded tersebut dari atas hingga bawah. Ya, hari ini adalah hari tenang Raline sebelum berangkat pergi ke Australia minggu depan. Ia, mendapat black card untuk membelanjakan kartu hitam mewahnya dengan brand yang menjadikannya Brand Model Ambassador. “Ral, Tante mau ke toilet dulu sebentar. Kamu disini aja kan?” ijin Tante Maria pada san keponakan. Raline mengangguk sebagai jawaban. “Raline tunggu disini, ya, Tan.” Maria pun bergegas pergi dari store tersebut dan mencari toilet terdekat. Raline juga kembali diarahkan oleh salah satu retail sales berpengalaman pada produk terbaru mereka. Pada saat tangan Raline meraih salah satu tas yang terpanjang, tiba-tiba ada seseorang yang meraihnya terlebih dahulu. Lantas, wanita itu langsung menoleh dan menatap sosok lelak
Terima kasih sudah berkenan mampir di cerita sederhana ini. Tidak mewah memang, tetapi cerita ini aku tulis dengan hati dan cinta. Segenap hati aku menulis ini dalam keadaan tidak sempurna, karena authornya masih human. Bukan alien. Mhehehe :) Semua emosiku aku tuang di cerita PAID LOVE dari sedih, senang, gusar, bahagia bahkan tersedu-sedu seperti saat aku menuliskan sedikit ucapan untuk yang sudah singgah apalagi menetap bersama Author yang hobi makan remahan taro ini. Kiranya kalian kata-kata tidak puitis dan aneh ini bisa dong, kasih ulasan tentang cerita PAID LOVE, entah itu Raline, Gavin, Laura dan lain-lain. Singkat memang, tapi tidak ada cerita yang berakhir harus bahagia. Cerita ini memang menggantung, dan agak
"Luka itu tidak akan pernah bisa sembuh sekalipun bisa hilang dari pandangan mata ...."***Satu tahun kemudian ….Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Devin. Ia mencium bibir Raline dengan paksa. Berhasil wanita itu membalas dengan tamparan keras di wajah adik dari Gavin. Selama ini dia sangat mempercayai Devin. Tetapi sekarang semua kepercayaan itu hancur lebur."Kamu keterlaluan, Dev! Jadi semua itu kamu penyebabnya, huh!? Aku tidak menyangka kamu sejahat itu ternyata."Raline tidak menyangka jika semua yang terjadi adalah ulah Devin dan Lucy. Hubungan dia bersama Gavin hancur karena dengan sengaja lelaki itu mengadu domba keduanya sampai berpisah seperti sekarang.&nbs
Selama di dalam perjalanan menuju pulang, Laura terus membujuk Raline untuk menerima tawaran pemilik agensi model itu. Bahkan Raline kebingungan menolak tawaran itu saat Gasari memintanya lagi untuk menjadi model.“Ini bakal jadi pengalaman baru buat kamu. Siapa tahu uangnya bisa kamu tabung dan lanjut untuk kuliah. Daripada kamu di rumah terus, Nak. Coba baca dulu kontraknya, terus kamu bisa terima tawaran untuk berkunjung ke kantor agensi itu. Mama temani nanti, deh, ya?” bujuk Laura antusias.Dia juga sebenarnya tidak tega melihat anak kesayangannya itu hanya di rumah seperti dirinya tanpa memiliki aktivitas lain. Hanya Maria yang bekerja. Meski sebenarnya, Laura memiliki uang simpanan pemberian Gavin yang dirahasiakan olehnya dari Raline. Sepeserpun kartu gold pemberian dari menantunya itu tidak pernah disentuh olehnya.
Tiga puluh hari kemudian.Raline tinggal bersama Laura dan Maria. Sudah satu bulan wanita itu pergi dari rumah keluarga Gavin. Sebenarnya Raline ingin pergi dari rumah pemberian suaminya, namun Jamal sudah mewanti-wanti agar tidak perlu meninggalkan hunian mereka sekarang. Rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga Raline saat ini, sudah atas nama dia sendiri.Laura dan Maria sampai detik ini tidak tahu kenapa anak kesayangan mereka itu pergi meninggalkan Gavin dan malah tinggal bersama-sama sekarang.Raline berubah menjadi lebih pendiam dan suka berada di dalam kamar setelah keluar dari kediaman mertuanya. Bahkan, tidak jarang dia bisa tahan seharian penuh tidak keluar dari kamar. Laura sempat khawatir, tapi selalu saja Raline bisa berkilah kalau dia akan baik-baik saja.
Raline terikat kedua tangannya salah satu tiang kamar. Gavin menyesapi setiap inci tubuhnya tanpa ada yang tertinggal. Kissmark di leher, dan bekas gigitan membekas di sela paha wanita itu. Ia terperanjat akan sentuhan kasar Gavin yang berada di titik intimnya. Tubuh putih itu sekarang tidak mulus karena lelaki itu menodainya dengan bekas-bekas kegilaannya.Disuruhnya paksa wanita itu menggeliat seksi. Gavin memperlakukan Raline sudah seperti wanita bayaran. Rasa trauma itu kembali muncul. Dia tidak menyangka di dalam hidupnya jika Gavin yang memperlakukannya seperti ini. Kasar dan brutal. Tubuhnya sudah tidak tahan akan kegilaan lelaki itu. Desahan, rintihan tidak hentinya lolos.Pandangan Raline sudah buram. Dia memang bergairah dan sudah mencapai puncak dua kali, namun lelaki itu tidak kunjung menuntaskannya. Malah Gavin hanya menjadikannya tonto
Raline terperanjat setiap kali Gavin mencumbu setiap inci tubuhnya dengan brutal dan kasar. Setitik kristal bening keluar di sudut mata Raline yang tertutup rapat. Saat mata itu terbuka, ia seakan memohon pada Gavin agar berhenti menyiksanya.Tangan Gavin meremas kasar dada Raline tanpa ampun yang masih tertutup bra namun terlihat berantakan. Wanita itu sudah basah dibawah sana, tapi dia tidak merasakan kehangatan sama sekali akan sentuhan yang diberikan Gavin. Lelaki itu menyiksa tubuhnya kasar.“Emmpphh!” rintih Raline. Dia membuka matanya yang sudah sayu berusaha menatap dan memelas belas kasih di mata Gavin. Namun, tidak ada pandangan hangat lagi di mata sang suami. Air mata jatuh tak tertahan lagi. Raline menangis sekarang.Setelah puas membasahi tubuh Raline dengan salivanya
Sesampainya Gavin di rumah, suasana sudah sangat sepi. Hanya ada pengawal yang tengah berjaga di kediaman Yudistoro. Tuan besar di rumah itu pun sedang tidak berada di tempat.Gavin turun dari mobil dengan amarah yang tertahan. Rahangnya mengeras dengan penampilannya yang berantakan. Darah masih bersimbah di jari tangan suami dari Raline itu.Gavin terlebih dahulu mencuci tangannya di kamar dia sebelumnya. Lelaki itu enggan masuk ke dalam kamarnya bersama Raline. Dia sangat gusar dan dalam keadaan tidak baik.Sebisa mungkin Gavin menghindari bertemu dengan istrinya. Dilepasnya kemeja putihnya dan meminum banyak air putih yang baru saja dibawakan oleh pekerja di rumahnya.Membasuh wajah dan rambutnya, Gavin berdiri di depan cermin kamar mandi sambi
"Kamu tunggu disini," pinta Gavin pada Jamal."Baik, Tuan." Jamal berdiri di depan pintu gudang dan menurut saja atas perintah Gavin.Dengan langkah berat, Gavin masuk ke dalam gudang yang temaram. Hanya ada lampu yang menyala tepat di bawah Edd tengah disekap mulutnya. Ada dua pengawal yang berjaga di samping kiri dan kanan.Gavin memberi isyarat dengan mengibaskan tangan pada dua pengawalnya yang berjaga standby. Mereka pergi karena bos mudanya meminta untuk pergi. Tinggallah Gavin sendiri bersama Edd.Edd dalam keadaan tertidur saat ini. Mulutnya dibekap lakban berwarna hitam. Wajahnya terlihat memar di beberapa sudut. Edd melawan saat dibawa paksa oleh dua pengawal Gavin ke gudang ini. Belum hilang bekas pukulan Devin saat itu, sekarang wajah