"Sebentar, aku mau angkat telepon dulu," ucapnya kepada Cyra."I ... iya, Suamiku." jawab Cyra singkat.Namun entah kenapa Cyra merasakan ekspresi yang bereda dari wajah Felix. Dia seketika menatap istrinya dengan sangat sinis."Ada apa dengan Mas Felix? Kenapa dia menatapku seperti itu?" tanya Cyra dalam hatinya.Asisten Peter yang telah mengetahui kebenarannya. Menatap sang atasan dengan perasaan sedih yang mendalam. Dari tatapan Peter lah. Felix tahu jika telah terjadi hal buruk dengan anjing kesayangannya.Menyadari putranya yang mulai meninggalkan ruang rawatan istrinya. Membuat kedua orang tua Felix menjadi sangat heran dan mulai bertanya-tanya dari dalam hati mereka,"Ada apa dengan Felix?"Tuan dan Nyonya Domil baru saja melihat kebahagiaan dan kemesraan yang terpancar dari wajah putra mereka. Namun saat ini Felix malah menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran.Karena penasaran dengan perubahan ekspresi wajah sang putra, Tuan Doni pun berkata, "Felix! Kamu mau ke mana?" ucap sa
"Ada apa ini sebenarnya? Puspa tolong katakan sejujurnya!" ucap Tuan Doni sepeninggal Asisten Peter dari ruangan itu.Puspa pun menghela napasnya. Dia terlihat ragu-ragu untuk mengatakan semuanya. Sekilas Puspa melihat Cyra yang sedang menangis sedih. Hal itu semakin memberatkannya untuk bicara.Akan tetapi Puspa harus jujur karena jika tidak, nungkin saja Tuan Doni akan semakin marah. "Sebelumnya saya minta maaf, Tuan ... Nyonya. Tapi saya ingin mengatakan pendapat saya. Jika saya tidak yakin jika Nona Cyra penyebab Mopi kecelakaan," tukasnya sambil memandang ke arah Cyra.Disaat mendengar kata-kata Puspa barusan. Hati Cyra mulai sedikit terhibur. Setidaknya ada satu orang yang percaya, jika bukan dirinya yang membuat Mopi kecelakaan.Namun kekagetan sang ibu mertua mendengar jika Anjing kesayangan putranya kecelakaan. Membuat nyali Cyra menjadi menciut kembali. Dia sangat takut jika sang ibu mertua akan membencinya."Apa? Mopi kecelakaan?" seru Nyonya Mili sangat kaget. Sang nyony
Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan. Akhirnya Felix dan Peter sampai juga di klinik hewan milik dokter Nelson.Felix ke luar dari dalam mobil dengan penuh rasa emosi. Dia membanting pintu mobil dengan sangat keras lalu masuk ke dalam klinik itu dengan setengah berlari.Felix terus saja masuk ke dalam klinik itu. Dia tidak lagi mempedulikan para perawat yang menyapanya. Dirinya ingin segera bertemu dengan Mopi. Tidak ada yang boleh menghalanginya kali ini. Peter dengan setia menemani Felix memasuki klinik itu. Dia benar-benar sigap kali ini. Karena sejak ke luar dari dalam mobil tadi, cara Felix berjalan tidak seperti biasanya tegap dan lurus, memandang ke depan. Tapi kali ini Felix berjalan terhuyung-huyung dan sempoyongan, seperti orang yang sedang mabuk minumam beralkohol. Sang atasan sangat syok atas kematian Mopi, anjing kesayangannya.Sampai akhirnya Felix tiba di sebuah ruangan. Dia dapat melihat tubuh kaku Mopi yang telah di balut dengan kain putih panjang. Mungkin
"Cyra Alesha! Kamu akan merasakan akibatnya!" teriaknya keras dari dalam hatinya.Namun satu sisi lain di hatinya tiba-tiba saja merindukan istrinya. Felix ingin bersamanya saat ini. Dia ingin berbagi kesedihannya bersama Cyra. Akan tetapi Felix ingat betul jika Mopi mati karena istrinya.Tiba-tiba rasa amarah mulai bangkit dari dalam jiwanya. Beberapa rangkaian balas dendam mulai bermunculan dari dalam otaknya saat ini.Sementara Asisten Peter terlihat sedang menelepon seseorang untuk memastikan sesuatu.Asisten Peter"Apa? Jadi kalian menemukan petunjuk apa pun? Jadi untuk apa saya membayar Anda dengan sangat mahal?"Detektif "Maaf, Asisten Peter. Kami telah melakukan penyelidikan yang sangat detail. Akan tetapi tidak ada informasi yang berarti. Sepertinya ada orang besar yang bermain dibalik semua ini."Asisten Peter"Ada orang besar katamu?"Detektif"Tepat sekali, Asisten Peter. Sepertinya orang ini memilliki koneksi besar. Mungkin sepadan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Tuan
Tiba-tiba petir menyambar, angin mulai bertiup agak kencang. Langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Rintik hujan mulai berjatuhan di bumi. Dengan sigap, Asisten Peter segera meraih kendi yang berisikan abu Mopi dan menyembunyikannya di balik bajunya agar tidak terkena air hujan. Setelah itu dia pun mencoba berkata kepada Felix,"Tuan Muda, sepertinya hujan akan turun lebih deras lagi. Sebaiknya kita pulang dulu," tukasnya kepada sang atasan.Namun Felix serasa tak peduli. Dia terus saja menangis dan mulai merasakan kesepian yang mencekam jiwanya. Menyadari akan hal itu, Asisten Peter segera berlari menuju ke tempat di mana mobil sedang di parkir. Dia segera meletakkan kendi di dalam mobil. Setelah itu sang asisten mengambil payung lalu kembali ke area pemakaman.Asisten Peter lalu memayungi Felix. Namun hujan semakin deras saja. "Tuan Muda, maaf. Saya harus membawa Anda pulang. Cuaca semakin buruk, hal ini bisa saja berdampak dengan kesehatan Anda." Setelah be
"Deri songong! Lo ledekin gue, hah?" hardik Charles tak suka kepada sikap sang asisten yang menertawakannya."Sa ... saya mana berani dengan Anda, Tuan Muda," seru Deri lalu memberikan setelan jas baru untuk atasannya."Buang jas itu!" ketus Charles lalu mencampakkan bajunya yang tadi dipenuhi kotoran burung."Baik, Tuan Muda." Namun Deri bukannya membuang baju Charles itu. Dia malah menyembunyikan dengan seksama."Si Bos mah, main buang saja. Setelan jas ini kan, mahal harganya. Tinggal aku bawa ke tempat laundry. Sudah bersih kembali dan masih sangat layak untuk dipakai!" gumamnya dalam hati."Dasar burung sialan! Berani-beraninya mengotori pakaianku!" umpat Charles."Deri! Berikan aku satu senapan angin!" perintahnya kepada sang asisten."Senapan angin?" tanya Deri tak mengerti."Iya Deri songong! Jangan pura-pura bloon Lo!" kesalnya lagi."Ta ... tapi untuk apa senapan angin di area pekuburan ini, Tuan Muda?" tanya Deri tak mengerti maksud dari atasannya."Gue mau berburu anak Kun
Sesampai di lantai bawah, Puspa bertemu dengan Nyonya Mili dan dokter Alya yang kebetulan sedang duduk santai di ruang keluarga rumah itu. Beliau pun menanyakan bagaimana keadaan menantunya kepada sang ART."Puspa, bagaimana keadaan Cyra. Apakah dia banyak makan?""Maaf, Nyonya. Nona Cyra makannya hanya sedikit saja. Nona mengatakan jika dirinya sedang tidak berselera untuk makan." tutur Puspa. Lalu melanjutkan langkahnya untuk mengambil segelas air putih untuk Cyra."Dokter, bagaimana ini? Menantu saya makannya sangat kurang. Apakah itu tidak apa-apa?" tanya Nyonya Mili masih saja khawatir tentang keadaan menantunya. "Sepertinya saya harus menginfus Nona Cyra dengan cairan nutrisi, Nyonya. Agar lebih cepat pulihnya. Tapi saya menunggu perawat dari rumah sakit yang sedang dalam perjalanan menuju ke sini," tukas sang dokter.Sementara di ruang kerjanya, Tuan Doni sedang menghubungi beberapa orang suruhannya untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang menabrak Mopi. Namun dari beberapa o
Setelah mengetahui menantunya telah tidur. Mami Mili pun mulai ke luar dari kamar itu. Namun sebelumnya, dia memerintahkan kedua perawat itu untuk menjaga Cyra dengan baik malam ini."Suster, tolong kalian jaga menantu saya, ya? Kalau ada apa-apa segera hubungi Puspa atau saya," tuturnya."Siap, Nyonya. Dokter Alya juga telah berpesan tadi, jika terjadi sesuatu kepada Nona Cyra. Kami harus segera menghubungi dokter," sahut salah satu dari perawat itu."Anda tidak perlu khawatir. Nona Cyra telah menjadi tanggung jawab kami malam ini," ucap suster yang lain."Kami akan bergantian untuk menjaga Nona Cyra, Nyonya." sergah sang perawat."Terima kasih, suster. Saya lega mendengarnya.""Sama-sama Nyonya." Lalu Nyonya Mili benar-benar ke luar dari kamar sang menantu.Di luar kamar, Puspa yang dari tadi berjaga di depan pintu kamar Cyra segera bertanya kepada Nyonya Mili mengenai keadaan sang nona muda."Nyonya, maaf izin bertanya. Bagaimana keadaan Nona Muda sekarang?""Cyra akhirnya tidur ju
Pagi yang cerah ceria. Secerah hati kedua pasangan romantis sepanjang masa Cyra dan Felix. Mereka baru saja selesai joging santai di sekitar area perumahan. Felix dengan setia tetap mendampingi istrinya ke mana pun Cyra pergi, seperti pagi ini.Apalagi usia kandungan istrinya, telah genap sembilan bulan. Tinggal menunggu hari yang tepat untuk Cyra dapat melahirkan."Mas ... setelah mandi kita jalan ke mall, ya?" ucap Cyra kepada suaminya."Lho? Kok malah ke mall? Bukannya hari ini kita mau ziarah ke makam Bapak?" tutur Felix tak mengerti jalan pikiran sang istri."Eh ... iya, Mas. Maksud aku, setelah kita ke mall baru ke makam Bapak," ujarnya cengengesan."Sayang, memangnya kakimu nggak capek? Kita baru selesai joging, lho?" seru Felix lagi. Sang suami tak menyangka jika istrinya akhir-akhir ini memiliki energi berlebih dari biasanya. Padahal waktu untuk melahirkan akan segera tiba. "Aku nggak capek kok, Mas. Aku malah semakin bersemangat.""Apa?" kaget Felix dengan perkataan Cyra
Pagi yang cerah, jet pribadi milik Felix baru saja mendarat di bandar udara Thira, yang ada di Santorini, Yunani. Kedua sejoli itu segera menuju hotel yang akan mereka tinggali selama seminggu berada di kawasan indah itu.Sesampai di hotel, Cyra terlihat sangat kelelahan. Sang suami pun segera menyuruh istrinya untuk beristirahat sebentar."Sayang, kamu tidur sebentar deh. Kita jalan-jalannya agak sorean nantinya. Kamu pasti sangat kelelahan selama berada di pesawat nanti," tutur Felix."Iya, Mas. Aku sangat capek, nih." lirih Cyra."Tidurlah, aku akan membangunkanmu pada saat jam makan siang tiba," ucap Felix lalu mencium kening istrinya.Tak lupa sang suami juga mengecup lembut perut buncit istrinya, seraya berkata,"Terima kasih atas kerjasamanya, jagoan Daddy! Tetap kuat di dalam sana. Kamu, Mommy dan Daddy akan berada di tempat ini selama seminggu. So ... Daddy sangat berharap kamu ikut enjoy juga." Felix beberapa kali mencium perut Cyra membuat istrinya menjadi kegelian."Mas g
Dengan balutan kebaya berwarna baby blue, Cyra melangkah ke depan podium dengan didampingi oleh Felix yang memakai baju batik dengan warna senada. Sang suami menemani istrinya ke depan untuk menerima penghargaan sebagai salah satu mahasiswa yang lulus dengan predikat Cum Laude.Apalagi perut buncit Cyra sudah mulai kelihatan. Felix tidak mau terjadi sesuatu kepada istrinya karena sedang mengandung buah hati mereka.Felix juga diberikan kesempatan oleh pihak kampus untuk menyampaikan sepatah dua kata, untuk memotivasi para wisudawan dan wisudawati hari ini agar tidak pantang menyerah saat memasuki dunia kerja.Felix menyampaikan pidato tersebut dengan sangat piawai. Diam-diam Cyra semakin kagum dengan kepintaran suaminya. Bahkan Felix juga membuka jalan bagi para lulusan hari ini untuk melamar pekerjaan di perusahaan miliknya."Saya tunggu surat lamaran Anda semua di meja HRD di perusahaan saya. Kalian akan diseleksi dengan sangat ketat, tidak ada korupsi atau nepotisme. Semua ser
Apalagi setelah kehamilannya ini, Felix semakin over protektif kepadanya. Mendengar ancaman dari kedua orang tuanya yang akan membawa pergi istrinya, mau tidak mau, Felix pun mengikuti keinginan istrinya yang ingin menyelesaikan kuliahnya tahun ini.Malam pun tiba,Felix sedang berbaring di tempat tidur. Sedangkan Cyra masih duduk bersandar di dashboard ranjang. Sang istri terlihat sedang belajar saat ini. Besok pagi gilirannya untuk sidang skripsi.Beberapa buku bertebaran di atas kasur mereka. Felix ingin sekali protes karena istrinya yang dari tadi terus belajar tanpa jeda sedikit pun. Felix tidak mau jika Cyra menjadi kelelahan gara-gara belajar. Akan tetapi sang suami tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dirinya telah berjanji di hadapan kedua orang tuanya. Jika dia akan mendukung penuh Cyra yang akan menamatkan kuliahnya pagi ini.Dari tadi pandangan Felix terus saja tertuju kepada jam di dinding kamar mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun Cyra belum selesai
Di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan,"Bagaimana dengan hasil pemeriksaan Anda, dokter?" tanya Felix kepada dokter kandungan langganan istrinya.Saat ini Cyra dan Felix sedang berada di ruang pemeriksaan. Sang istri baru saja selesai di USG."Over all semua baik-baik saja, Tuan Muda. Kondisi Si kecil juga terlihat kuat di rahim ibunya. Perkembangannya juga normal. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan." tutur sang dokter kepada keduanya."Oh ya, dok. Kalau istri saya ingin bepergian ke luar negeri menggunakan pesawat, apakah bisa?""Bisa, Tuan. Hanya saja, usia kehamilan tidak boleh lebih dari tiga puluh dua minggu. Saya juga harus memeriksa kondisi Nona Cyra sebelum melakukan penerbangan." jelas sang dokter.Felix merasa senang mendengar penjelasan sang dokter. Pasalnya, dia ada rencana untuk mengajak Cyra ke sebuah tempat di luar negeri. Apalagi saat ini sedang musim panas. Felix ingin menghabiskan waktu bersantai dengan istrinya.Hari minggu pun tiba,Saat ini sepasan
Acara resepsi telah usai, Menyisakan kedua sejoli itu, yang sedang berada di kamar president suite di hotel Fairmont tersebut.Felix terlihat sedang memijit kaki istrinya yang sedikit pegal. "Kakimu masih sakit, Sayang?" tanya Felix kepada Cyra."Nggak terlalu kok, Mas. Sudah mulai agak mendingan setelah kamu pijitin. Terima kasih ya, Sayang." ucap Cyra lalu mengecup kening suaminya.Felix menjadi gemas sendiri melihat tingkah istrinya. Sebenarnya saat ini, dirinya ingin menerkam Cyra dan membawanya ke atas langit ke tujuh. Akan tetapi Felix takut istrinya akan kelelahan nantinya.Sepertinya Cyra mengetahui kemauan hati suaminya. Dia pun segera berkata,"Kamu kenapa, Mas? Apakah kamu mau malam ini?" seru Cyra penuh selidik ke arah Felix."Eh ... nggak kok, Sayang. A ... aku bisa menahannya. Apalagi kamu pasti sangat capek saat ini," seru Felix lagi. Sang suami segera tidur membelakangi istrinya. Dia tidak mau ketahuan jika saat ini alat tempurnya telah tegak berdiri dan siap tempur
Ballrom Hotel Fairmont, Jakarta Pusat,Hari ini tepatnya hari Sabtu. Sungguh menjadi akhir pekan yang indah terutama bagi pasangan Felix dan Cyra. Pasalnya hari ini, Keluarga besar Domil sedang mengadakan ceremony. Perayaan empat bulanankandungan Cyra sekaligus juga dengan resepsi pernikahan mereka.Kedua pasangan itu pun memilih hotel Fairmont yang berada di pusat kota Jakarta. Mereka pun memilih Thema acara megah itu, dengan kalimat 'memiliki cinta dan memberi kebahagiaan selamanya kepada orang terkasih' Hotel bintang lima ini sungguh sangat mewah dengan yang gaya megah. Detail Ballroom yang indah, interior canggih, dan ruang VIP yang berdekatan. Sehingga calon pengantin memiliki banyak pilihan elegan untuk hari istimewa mereka.Berbagai macam kuliner asal Indonesia dan beberapa makanan western juga terhidang istimewa saat ini. Ballroom pun mulai dipenuhi para tamu undangan yang mulai berdatangan. Hampir seribu orang yang menghadiri acara megah itu.Tuan Doni mengundang semua k
"Nak Felix, terima kasih atas kebaikanmu kepada keluarga Ibu," sahut Bu Nia."Aku juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Kakak kepadaku." Janu juga ikut menimpali. "Bu, Janu ... sekarang kita adalah keluarga. Sudah seharusnya anggota keluarga saling mendukung satu sama lain. Kalian berdua adalah bagian dari keluarga ku sekarang," tutur Felix panjang lebar kepada Bu Nia dan Janu.Mendengar ucapan suaminya, Cyra menjadi sangat terharu.Saat ini keduanya sedang berada di dalam kamar. Cyra semakin terharu dengan suaminya saat ini. Pasalnya Felix sedang menunjukkan sertifikat kepemilikan rumah megah ini atas nama Cyra. Sang istri dapat memperkirakan aset yang berikan suaminya kepada berjumlah milyaran rupiah.Cyra menjadi tercengang-cengang membaca isi dokumen resmi itu yang benar-benar sangat menguntungkan dirinya."Mas? Apakah ini tidak berlebihan?""Yap tentunya harus berlebihan, Sayang. Kamu kan istriku tercinta!" sahut Felix."Maksud aku bukan berlebihan yang seperti itu, Ma
Setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Hari ini Felix diizinkan oleh dokter untuk pulang ke rumah. Cyra juga telah pulih kembali. Perkembangan janin di dalam rahimnya juga sehat-sehat saja.Untuk melepas rasa trauma di hati istrinya, karena awal perkenalan mereka yang telah melewati banyak drama. Maka dari itu Felix telah menyiapkan hunian baru di sebuah kawasan perumahan elit, Permata Hijau di daerah Jakarta Selatan. Letak rumah baru mereka itu, tidak begitu jauh dari rumah kedua orang tuanya. Di rumah baru tersebut Bu Nia dan Janu juga ikut tinggal bersama mereka. Para ART di rumah lama telah diangkut dua hari yang lalu dan tetap bekerja di rumah baru Felix dan Cyra.Tak tanggung-tanggung rumah baru ini diberikan Felix kepada istrinya. Sertifikat rumah dan segala fasilitasnya atas nama Cyra, sang istri.Saat ini, Felix dan Cyra sedang dalam perjalanan menuju rumah baru mereka. Sang istri tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan perjalanan mereka kali ini. Cyra segera melirik ke ar