"Ini tadi pinjam ponsel temanku di sawah. Bapak mau minta tolong bisakah kamu meminjamkan uang lima puluh juta pada kami? Dengan jaminan sertifikat rumah? Bapak nggak mau sertifikat itu nantinya jatuh ke tangan orangblain saat kami tak bisa mengembalikan uangnya. Bapak lebih suka kalau kamu yang memilikinya nanti.""Mohon maaf Pak, kemarin Dita sudah berjanji pada Ibu untuk tak mencampuri urusan ini. Dan saya pribadi pun sesungguhnya sudah tak ingin tahu apapun tentang Mas Chandra, kecuali jika itu membahayakan nyawa saya.""Iya aku tahu Nduk. Maksudku begini, nanti kamu suruh orang lain untuk pura-pura jadi rentenir, dan meminjamkan uang pada istriku, bisa 'kan? Jadi Sari nggak bakal tahu kalau yang minjemin uang itu kamu. Soalnya aku ini pesimis, kayaknya nggak mungkin lagi bisa membayar hutang itu, uang dari mana lagi, aku kini sudah tidak punya apa-apa ya tinggal rumah itu saja. Jadi jika nanti Sari tak bisa memba
"Hari ini juga kalian sudah bisa mulai bekerja. Nanti aku akan memberikan seragam untuk kalian. Jangan lupa ajak juga keluarga kalian nanti bekerja di sini ya," ucapku sambil tersenyum."Terima kasih banyak, Bu. Kami akan pulang sebentar sekalian membawa satu orang teman kami untuk menghadap pada Ibu di sini. Ini dengan Bu siapa?" tanya si gondrong."Aku Dita, Pak. Ini uang buat kalian potong rambut dan merapikan sedikit penampilan, aku nggak mau punya satpam kayak preman, he-he. Ok!?" ucapku sambil menyerahkan empat lembar uang pecahan warna merah pada mereka."Siap Bos! Kami akan bekerja dengan baik di sini, dan kami bisa diandalkan, Bu." ucap yang lainnya."Iya-iya aku percaya kok. Mangkanya itu aku menjadikan kalian petugas keamanan di sini. Sudah sana buruan pulang dulu dan cepat balik ke sini."Mereka pun akhirnya pamit, lega rasany
Tunggu, jika sejak pukul dua belas hingga pukul satu siang ini, mereka semua ada di ruang tamu dan tanpa ada yang bermain ponsel, lalu siapa gerangan yang mengirimkan chat berisi ancaman pada pukul setengah satu siang tadi? Berarti benar dugaanku tadi masih banyak musuh yang ada di sekitarku. 'Jangan pernah lengah Dit, bahaya masih mengancammu dan juga usahamu'. Kini aku harus waspada tidak hanya pada orang luar melainkan pada orang dalam juga. Semua memiliki kemungkinan menjadi tersangkanya. Namun aku harus tetap slow dan tak boleh panik, Dita harus tetap kuat di depan orang lain. Akhirnya aku pun sampai di cafe ku. Alhamdulillah renovasinya sudah lima puluh persen selesai, kemungkinan seminggu ke depan sudah siap opening. Konsep cafe ini nantinya akan bernuansa alam namun tetap menunjukkan sedikit kemewahan tanpa mengesampingkan kenyamanan pengunjungnya. Pastiny
"Apa ada yang bisa saya bantu, Bu? Sepertinya Bu Dita sedang banyak masalah dan juga banyak yang meneror," perkataan Leo tadi segera membuyarkanku dari lamunan."Ah itu sudah biasa kok Le, cukup dengan kamu dan Felix selalu siap siaga menjagaku, itu saja sudah cukup.""Bu Dita ini memang wanita yang sangat tangguh. Jika wanita lain yang mengalaminya, saya tak yakin akan tetap bisa bertahan sendirian seperti ini. Saya sangat salut pada Bu Dita.""Wah terima kasih ya Le. Sebenarnya aku ini adalah wanita yang rapuh, namun sebisa mungkin tak ada yang melihat ketika aku sedang menangis atau down. Dan aku ingin menunjukkan pada semua lawanku, bahwa seorang wanita juga bisa berubah menjadi kuat jika di sakiti.""Benar sekali Bu. Semoga kedepannya nanti kehidupan Bu Dita akan lebih baik dan mendapatkan pria yang baik pula.""Amiiin terima kasih d
Masih ada waktu untuk melihat pergerakan Anton, sebelum aku sampai ke kantor, ku lihat ruangannya lima belas menit yang lalu.Tampak Anton baru saja masuk ke dalam ruangannya."Kenapa para pekerja itu begitu sigap sih? Hingga api itu tak bisa menyentuh area kantor!"Tentunya Anton kecewa karena misinya tak berhasil seratus persen. Lalu terlihat dia sedang menghubungi seseorang."Gimana sih kerjaanmu nggak bisa beres gini?" ucap Anton marah pada seseorang di seberang sana."Tak apa deh, yang penting gudang itu ludes terbakar. Tapi tadi kerjamu rapi 'kan?""Oke masalah itu bisa diatur!"Serapi apapun pekerjaan kalian, tetap saja akan terbongkar nantinya. Setelah menelepon orang dalam yang membantunya, terlihat Anton pun kembali menelepon, pasti itu adalah bosnya."Maaf Pak
Sesampainya di kantor polisi, kami langsung menunjukkan bukti yang baru saja kami dapat. Tentunya tanpa perlu melapor lagi, dan bersama dengan para penyidik yang menangani tentang kebakaran gudangku, kami pun segera menuju kediaman tersengka, menggunakan dua mobil.Kami harus menempuh perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai ke sana."Tetap awasi Ris, dan jangan sampai kita kehilangan jejak. Tolong kamu juga sekarang telepon Leo, tanyakan perkembanganya di kantor. Bilang padanya sekitar satu jam lagi kita akan sampai di kantor," ucapku pada Riska sembari menyetir.Riska mengangguk dan kemusian segera menelepon Leo."Keadaan di kantor masih aman Bu menurut Leo."Satu jam lagi berarti sekitar pukul dua belas di sana, aku harus mengantisipasi agar ketiga tersangka itu tak keluar kantor duluan. Sebuah ide terlintas di fi
Empat hari berlalu sejak kebakaran gudang itu, aku drop. Setelah hampir satu bulan tenaga dan fikiranku di forsir habis-habisan, akhirya badanku pun tumbang tak kuat menahan semua beban ini. Aku pun kini tengah di rawat di rumah sakit, karena penyakit tipes yang kuderita. Alhasil dokter memintaku istirahat selama dua minggu. Namun nanti sore aku sudah di perbolehkan untuk rawat jalan di rumah.Selama empat hari ini benar-benar kuistirahatkan badan dan pikiranku. Aku hanya berserah dan menitipkan semuanya kepada Allah. Kepulanganku dari rumah sakit di sambut bahgia oleh seisi rumah, Alhamdulillah penghuni rumahku kini sudah bertambah satu orang lagi. Ya Linda sekarang sudah menjadi bagian dari rumah ini, karena sejak tadi pagi dia sudah pindah kemari. Sementara itu, Felix belum juga tiba, karena kemarin justru aku mendapat berita duka, istrinya meninggal dunia. Aku hanya bisa mengucapkan bela sungkawa dan mengirimkan sedikit uang, karena memamg ak
Kumandang adzan magrib membuyarkan lamunanku, aku pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat magrib. Setelahnya ku sempatkan membaca ayat suci alquran yang bisa membuat hatiku lebih tenang.Tok tok tokk"Bu Dita!" Terdengar suara Linda dari balik pintu."Ada apa Lin? Masuk saja, nggak dikunci kok," teriakku."Eh Bu Dita masih mengaji ya, nanti saja deh," ujar Linda sambil tersenyum."Sudah selesai kok Lin. Duduklah sini, memangnya ada apa?""Saya mau bicara sesuatu Bu.""Iya, langsung ngomong saja, nggak apa-apa kok," ucapku sambil merapikan mukena."Saya ingin resign dari kantor Bu.""Loh, kenapa Lin? Kok tiba-tiba gini?!" ucapku kaget."Kalau diperbolehkan sama Bu Dita, saya ingin resig
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya ya teman-teman, yang akan segera saya publish hingga tamat jugaPESANAN HENNA CALON PENGANTIN SUAMIKUBLURB: Rury kaget saat mendapat pesanan Henna dari perempuan yang ternyata selingkuhan suaminya itu.yuk. ikuti bagaimana dia menghancurkan pesta pernikahan suaminya itu.Jangan lupa baca cerita terbaruku PEMBALASAN ISTRI GENDUTEnding season 1 (Pov Author)Setelah sekitar satu jam bertemu dengan Bima, maka Raisa dan Dita pun kemudian meninggalkan rutan. Tampak sekali gurat kesedihan di wajah Bima saat berpisah dengan Ryan. Dalam hatinya sungguh menyesal karena tak bisa merawat dan menemani putranya itu hingga dewasa. Meski dia memberontak atau lari seperti apapun rasa
Mempertemukan Ryan Dengan Ayahnya (Pov Author)Selama tujuh hari meninggalnya Lisa, Dita dan Ryan tingggal di rumah Jombang bersama Raisa yang membantunya menjaga Ryan, sementara Bik Sanah di suruh Dita kembali ke rumah Kediri, untuk mengatur rumah seperti biasanya, karena memang dia adalah kepala pelayan di sana. Dita juga membeli sepetak tanah di sebuah perkampungan, lalu dibangunkan sebuah mushalla wakaf atas nama Almarhumah Lisa. Karena memang Dita sangat mengkhawatirkan Lisa, jadi dia berharap dengan ini, bisa mengurangi dosa kakaknya itu.Seperti janjinya kemarin kepada Lisa, hari ini dia akan membawa Ryan bertemu dengan Ayahnya, bersama dengan Raisa dia berangkat pukul tujuh pagi menuju ke rutan.Setelah melewati pemeriksaan, akhirnya mereka diperbolehkan untuk menemui si gembong na
Pertemuan Yang Amat Singkat. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi.Kami sudah menunggu di luar sekitar lima belas menit, namun dokter atau pun perawat belum ada yang keluar dari ruangan itu. Tak ada perbincangan diantara kami, semua hanya diam. Tapi mungkin perasaan yang di rasakan Bik Sanah dan Raisa tak seperti yang kini kurasakan.Aku hancur, rasanya sama seperti saat melihat Papa terbaring lemah dahulu. Dalam hati aku terus berdoa semoga ada keajaiban yang bisa membuat Mbak Lisa kembali sehat. Aku tahu tak ada yang tak mungkin bagi Allah.Ryan kini telah tertidur di gendonganku setelah tadi sempat rewel dan terus menangis. Mataku tak lagi bisa meneteskan air mata, saking sedihny
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l