Masih ada waktu untuk melihat pergerakan Anton, sebelum aku sampai ke kantor, ku lihat ruangannya lima belas menit yang lalu.Tampak Anton baru saja masuk ke dalam ruangannya."Kenapa para pekerja itu begitu sigap sih? Hingga api itu tak bisa menyentuh area kantor!"Tentunya Anton kecewa karena misinya tak berhasil seratus persen. Lalu terlihat dia sedang menghubungi seseorang."Gimana sih kerjaanmu nggak bisa beres gini?" ucap Anton marah pada seseorang di seberang sana."Tak apa deh, yang penting gudang itu ludes terbakar. Tapi tadi kerjamu rapi 'kan?""Oke masalah itu bisa diatur!"Serapi apapun pekerjaan kalian, tetap saja akan terbongkar nantinya. Setelah menelepon orang dalam yang membantunya, terlihat Anton pun kembali menelepon, pasti itu adalah bosnya."Maaf Pak
Sesampainya di kantor polisi, kami langsung menunjukkan bukti yang baru saja kami dapat. Tentunya tanpa perlu melapor lagi, dan bersama dengan para penyidik yang menangani tentang kebakaran gudangku, kami pun segera menuju kediaman tersengka, menggunakan dua mobil.Kami harus menempuh perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai ke sana."Tetap awasi Ris, dan jangan sampai kita kehilangan jejak. Tolong kamu juga sekarang telepon Leo, tanyakan perkembanganya di kantor. Bilang padanya sekitar satu jam lagi kita akan sampai di kantor," ucapku pada Riska sembari menyetir.Riska mengangguk dan kemusian segera menelepon Leo."Keadaan di kantor masih aman Bu menurut Leo."Satu jam lagi berarti sekitar pukul dua belas di sana, aku harus mengantisipasi agar ketiga tersangka itu tak keluar kantor duluan. Sebuah ide terlintas di fi
Empat hari berlalu sejak kebakaran gudang itu, aku drop. Setelah hampir satu bulan tenaga dan fikiranku di forsir habis-habisan, akhirya badanku pun tumbang tak kuat menahan semua beban ini. Aku pun kini tengah di rawat di rumah sakit, karena penyakit tipes yang kuderita. Alhasil dokter memintaku istirahat selama dua minggu. Namun nanti sore aku sudah di perbolehkan untuk rawat jalan di rumah.Selama empat hari ini benar-benar kuistirahatkan badan dan pikiranku. Aku hanya berserah dan menitipkan semuanya kepada Allah. Kepulanganku dari rumah sakit di sambut bahgia oleh seisi rumah, Alhamdulillah penghuni rumahku kini sudah bertambah satu orang lagi. Ya Linda sekarang sudah menjadi bagian dari rumah ini, karena sejak tadi pagi dia sudah pindah kemari. Sementara itu, Felix belum juga tiba, karena kemarin justru aku mendapat berita duka, istrinya meninggal dunia. Aku hanya bisa mengucapkan bela sungkawa dan mengirimkan sedikit uang, karena memamg ak
Kumandang adzan magrib membuyarkan lamunanku, aku pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat magrib. Setelahnya ku sempatkan membaca ayat suci alquran yang bisa membuat hatiku lebih tenang.Tok tok tokk"Bu Dita!" Terdengar suara Linda dari balik pintu."Ada apa Lin? Masuk saja, nggak dikunci kok," teriakku."Eh Bu Dita masih mengaji ya, nanti saja deh," ujar Linda sambil tersenyum."Sudah selesai kok Lin. Duduklah sini, memangnya ada apa?""Saya mau bicara sesuatu Bu.""Iya, langsung ngomong saja, nggak apa-apa kok," ucapku sambil merapikan mukena."Saya ingin resign dari kantor Bu.""Loh, kenapa Lin? Kok tiba-tiba gini?!" ucapku kaget."Kalau diperbolehkan sama Bu Dita, saya ingin resig
"Iya-iya Yank, jangan khawatir. Aku nggak akan berhubungan lagi dengan Dita."Sepertinya ada tamu yang datang di teras, tampak Mas Chandra keluar, kemudian kembali duduk ke ruang tamu sambil membawa sebuah bungkusan kotak berwarna coklat. Mas Chandra mulai membukanya."Apaan sih itu Yank?" tanya Raisa penasaran."Ya ini yang aku bilang tadi, paketan sabu dari bos besar. Ini yang akan buat kita kaya mendadak Yank."Setelah berhasil di buka, tampak dua buah bungkusan plastik putih besar berisi serbuk berwarna putih, pasti ini lah yang di sebut dengan sabu."Yank, cepat tutup dulu pintu dan jendelanya, agar nggak ada tetangga yang tahu! Sekalian kamu panggil Ibu agar bantu mengemas ini!"Raisa pun segera melakukan permintaan suaminya itu, dan segera kembali bersama Bu Mirna.
Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan SuamikuPov Chandra"Ya lakukan seperti yang ku minta! Jangan sampai gagal!" ucapku tegas.Pagi ini, kuminta anak buahku untuk menculik dan merampok semua barang yang di bawa Dita. Tujuan utamaku tentu saja membuatnya merasakan apa yang kurasakan dulu, hidup segan mati tak mau. Entah mengapa dendamku padanya tak pernah bisa padam, meski Raisa telah memintaku untuk tak lagi berhubungan dengan Dita.Jujur, sebenarnya di dalam hati kecilku masih ada rasa cinta padanya, dan aku tak ingin kedepannya nanti dia bakal hidup bahagia dengan suami barunya. Lebih baik dia mati, dengan begitu tak akan ada pria lain yang bersanding denganya lagi.Aku adalah Wisnu Chandra, seorang lelaki bodoh yang telah membuang berlian seperti Dita, demi memenuhi nafsu sesatku saja. Sejak pertama kali bertemu dengannya dulu, aku lang
Segera aku masuk kamar dan kututup muka mertuaku itu dengan bantal. Tak sampai lima menit, kulihat kakinya yang tadi berontak kini telah diam, berarti nyawanya pun telah melayang. Kembali kurapikan bantal dan cepat-cepat pergi dari kamar itu.Selang sepuluh menit, kudengar teriakan Dita, ahh itu pasti karena papanya sudah mati, eh meninggal. Aku pun menghampirinya dan pura-pura tak tahu. Lega rasanya bisa membuat laki-laki tua itu pergi selamanya.Sejak kematian papanya itu, Dita menyerahkan jabatan CEO-nya kepadaku, karena dia ingin fokus untuk menjadi ibu rumah tangga saja, dan nggak mau kecapekan agar bisa cepat memiliki momongan, katanya. Apapun alasan Dita yang pasti ini menjadi suatu kebanggan bagiku, seorang Wisnu Chandra yang miskin bisa menjadi CEO dan sebentar lagi pemilik segala kekayaan ini, hahahaha.Hubunganku dengan Dita tetap seperti biasa, kutunjukkan padanya bahwa aku adalah se
Sesaat kemudian kurasakan sebuah pukulan keras di tengkuk, hingga kemudian semua menjadi gelap.*********** *************"Awww sakit!"Saat aku membuka mata, kurasakan tengkukku masih nyeri, kepalaku juga teramat pusing dan juga ada rasa perih di lengan kananku.'Dimana aku kini?' pikirku.Kususuri sekitarku, aku kini berada di dalam sebuah ruangan, padahal seingatku tadi aku masih berada di pinggir jalan saat para laki-laki itu merampokku.Luka di lenganku ternyata telah di perban, begitupun saat kuraba, ternyata luka di dahiku kini pun telah di beri plester.'Apakah aku kini telah berada di rumah sakit?'Namun sepertinya tidak, karena ruangan ini tanpa ada peralatan medis tersedia, layaknya ruang perawatan di rumah sakit. Hanya seperti sebuah kamar dengan ranjan
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya ya teman-teman, yang akan segera saya publish hingga tamat jugaPESANAN HENNA CALON PENGANTIN SUAMIKUBLURB: Rury kaget saat mendapat pesanan Henna dari perempuan yang ternyata selingkuhan suaminya itu.yuk. ikuti bagaimana dia menghancurkan pesta pernikahan suaminya itu.Jangan lupa baca cerita terbaruku PEMBALASAN ISTRI GENDUTEnding season 1 (Pov Author)Setelah sekitar satu jam bertemu dengan Bima, maka Raisa dan Dita pun kemudian meninggalkan rutan. Tampak sekali gurat kesedihan di wajah Bima saat berpisah dengan Ryan. Dalam hatinya sungguh menyesal karena tak bisa merawat dan menemani putranya itu hingga dewasa. Meski dia memberontak atau lari seperti apapun rasa
Mempertemukan Ryan Dengan Ayahnya (Pov Author)Selama tujuh hari meninggalnya Lisa, Dita dan Ryan tingggal di rumah Jombang bersama Raisa yang membantunya menjaga Ryan, sementara Bik Sanah di suruh Dita kembali ke rumah Kediri, untuk mengatur rumah seperti biasanya, karena memang dia adalah kepala pelayan di sana. Dita juga membeli sepetak tanah di sebuah perkampungan, lalu dibangunkan sebuah mushalla wakaf atas nama Almarhumah Lisa. Karena memang Dita sangat mengkhawatirkan Lisa, jadi dia berharap dengan ini, bisa mengurangi dosa kakaknya itu.Seperti janjinya kemarin kepada Lisa, hari ini dia akan membawa Ryan bertemu dengan Ayahnya, bersama dengan Raisa dia berangkat pukul tujuh pagi menuju ke rutan.Setelah melewati pemeriksaan, akhirnya mereka diperbolehkan untuk menemui si gembong na
Pertemuan Yang Amat Singkat. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi.Kami sudah menunggu di luar sekitar lima belas menit, namun dokter atau pun perawat belum ada yang keluar dari ruangan itu. Tak ada perbincangan diantara kami, semua hanya diam. Tapi mungkin perasaan yang di rasakan Bik Sanah dan Raisa tak seperti yang kini kurasakan.Aku hancur, rasanya sama seperti saat melihat Papa terbaring lemah dahulu. Dalam hati aku terus berdoa semoga ada keajaiban yang bisa membuat Mbak Lisa kembali sehat. Aku tahu tak ada yang tak mungkin bagi Allah.Ryan kini telah tertidur di gendonganku setelah tadi sempat rewel dan terus menangis. Mataku tak lagi bisa meneteskan air mata, saking sedihny
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l