Segera aku mengalihkan kamera pengintai ke ruang tamu Raisa, karena sebelum Mas Chandra datang tadi, aku kan sedang melihat Raisa merokok dan menengak pil putih itu bersama dua orang teman perempuannya. Baru kutinggal menemani calon suaminya dua jam saja, kini dia sudah pingsan. Firasatku sih pasti karena pil yang di minumnya tadi.Ku atur kamera tepat sebelum Mas Chandra dataang. Terlihat mereka bertiga masih saja bercanda sambil merokok, Raisa pun kemudian menyalakan lagi rokoknya yang ke dua."Heh Sa, kamu itu lagi hamil jangan banyak-banyak dong rokoknya!" ujar salah satu perempuan itu pada Raisa."Heleh memangnya kenapa kalau hamil? Kamu juga sih kesini bawa ginian," jawab Raisa enteng."Kan merokok dapat menyebabkan keguguran, nggak takut kamu? Kan itu aset agar kamu bisa menikah dengn orang kaya raya itu," kata yang lainnya."Siapa
"Kita arak muter kampung saja dulu, Pak! Sambil nunggu anak dan calon mantunya datang!"Teriakan salah seorang warga tersebut, membuat warga yang tadinya sudah tenang kini mulai ramai lagi. Hampir semua warga yang berada di ruangan itu menyetujuinya."Iya di arak rame-rame saja, biar kapok!!""Muter kampung saja biar semuanya pada tau wajah para pezina ini!!""Iya biar tahu rasa, sudah tua kok banyak tingkah!!""Langsung kita nikahkan saja Pak!"Sementara itu Bu Mirna hanya bisa memangis sambil menutupi wajahnya. Sama halnya dengan sang kekasih yang hanya bisa diam, pasrah."Tenang...tenang dulu ya Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, kita musyawarahkan dulu. Itu kelihatanya Raisa dan calon suaminya sudah datang," ucap Pak Kades.Kedua orang yang di tunggu-tunggu itu akhirnya datang. Mas Chandra membopong tubuh Raisa yang masih terlihat lemas. Keduanya pun tak bisa berkata apa-apa lagi, karena telah me
H-5 dan H-4Tak ada yang spesial di dua hari tersebut. Aku melakukan aktivitas rutin seperti biasa. Ke kantor, latihan taekwondo dan juga melakukan banyak hal yang menyenangkan untuk sedikit bisa mengurangi luka di hati yang masih basah ini.Sementara Mas Chandra pun tetap seperti biasanya, dia tetap menjalani profesi barunya menjadi seorang penjarah. Dari intaian kamera yang berada di mobilnya, sehari bisa dua kali, dia dan komplotannya beraksi. Dan pintarnya juga, sekarang Mas Chandra mengajak suami mertuanya sebagai partner dalam bekerja. Tentunya juga tanpa sepengetahuan Raisa dan juga Bu Mirna.Kemarin mereka sempat bilang akan membeli mobil besok, memang banyak sekali hasil jarahan mereka setiap hari. Namun tetap sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat pasti akan kepeleset, eh terjatuh juga. Tetapi dalam hati aku selalu berdoa, agar aku Allah memberiku waktu untuk membalas sakit hatiku pada Mas Chandra sebelum dia masuk penjara.
Tentu aku harus menyelidiki lagi kejadian ini. Pasti ada campur tangan orang dalam, sehingga bisa tahu saat-saat Pak Johan membawa uang sebanyak itu sendirian. Prasangkan buruk tentu saja langsung mengarah ke Mas Chandra, mengingat profesinya sekarang. Namun aku tak bolehnegative thingkingdulu, sebelum ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa dia lah pelakunya."Felix tolong lebih cepat ya, kita menuju ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengunjungi karyawanku," ucapku kepada Felix yang sedang menyetir mobil."Siap Bu."Segera ku buka laptop untuk mengintai keadaan ruang tamu Raisa, siapa tahu aku bisa mendapatkan sedikit info dari sana. Waktu ku setel sejak pagi hari, namun sepertinya tak ada sesuatu yang mencurigakan. Terlihat ruang tamu itu masih tak memperlihatkan kehidupan hingga pukul sembilan pagi, padahal jam segitu kalau aku sih sudah beraktivitas, hehehe.Baru kemudian terlihat Bu Mirna menyapu dan membuka pin
Nggak pernahlah Bu, buat apa coba chat dengan orang kayak gitu? Nggak guna banget. Ya sejak kejadian dia mau merampok kantor kita dulu itu," ucap Linda.Kenapa dia berbohong padaku ya? Sedangkan tadi aku tahu sendiri bahwa dia telah mengirim chat pada Mas Chandra.Semua ini benar-benar membuatku bingung, semog a saja pikiranku tak terbelah antara masalah perampokan ini dan juga masalah dengan Mas Chandra."Bu Dita yang sabar ya, semua ini pasti berlalu. Saya ini kasihan sekali lho sama Bu Dita, di saat memdapat penghianatan dari Pak Chandra, banyak pula cobaan yang lainnya datang. Tetapi saya yakin sekali Bu Dita adalah orang yang kuat dan pasti bisa melewati semua ini."Seakan bisa mengerti keresahan hatiku, Linda pun memberi banyak dukungan kepadaku, dan sepertinya dia sangat tulus mengucapkan semua ini.Setelah itu, aku pun menemui Pak
Aku pun bertanya di mana ruang perawatan tersebut. Setelah mendapat info dari sang suster aku langsung menuju ke sana. Ternyata ruangan itu sedikit terbuka, nampak Pak Johan sedang duduk di atas ranjang dan berbincang dengan dua orang pria. Kuurungkan niatku untuk masuk ke dalam, saat mendengar sayup-sayup percakapan mereka.Aku pun bersembunyi di balik pintu dan menaruh telunjuk di depan bibirku, mengisyaratkan pada Felix agar dia diam, dia pun mengangguk. Aku pun kembali memasang telinga di depan pintu ini."Semua sudah terkondisikan dengan baik Bos!" Terdengar suara berat seorang pria."Bagus sekali kerja kalian!" Itu adalah suara Pak Johan, ya aku sangat mengenalinya."Bagus bagaimana sih Pa? Luka yang kalian buat ini terlalu dalam. Dasar bodoh!"Suara wanita tersebut kalau tidak salah adalah suara istri dari Pak Johan.
Malam itu juga aku berikan bukti-bukti yang ku punya kepada polisi, aku sudah tak mau lagi berbaik hati dengan seseorang yang ternyata musuh dalam selimut. Biarlah polisi menangani kasus ini lebih dalam, yang penting kurasa penyelidikan kasus ini sudah kututup, karena sudah kutemukan siapa pelakunya. Tak boleh ada masalah baru timbul dalam tiga hari ke depan. Karena mulai besok aku harus mengumpulkan persiapan untuk resepsi pernikahan Mas ChandraSetelah itu, aku pun menuju rumah sakit, tentu saja untuk menemui orang tuaku. Ya mulai hari mereka sudah ku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Karena meski nanti aku dan Mas Chandra akan berpisah, tapi nanti hubungan kami tak akan berubah. Malah mulai sekarang mereka akan tinggal di rumahku. Alhamdulillah hidupku tak akan kesepian lagi.Karena kondisi Bapak yang sudah membaik, maka malam ini beliau sudah di perbolehkan pindah ke ruang perawatan. Dan alhamdulillah meski tidur di rumah sakit, malam ini aku merasa lebih
Hari ini adalah hari pernikahan suamiku, Mas Chandra dan selingkuhannya Raisa. Akad nikah akan di adakan nanti malam selepas magrib. Entah kenapa aku dari pagi terus saja gelisah. Jujur hati kecilku masihlah merasakan sakit, meski mulutku bisa tersenyum dan berkata 'aku baik-baik saja'."Nduk, kamu yang sabar ya. Yang ikhlas, jangan pikirkan lagi Chandra. Ibu yakin sekali pasti Allah telah menyiapkan jodoh yang lebih baik untukmu. Menangislah agar hatimu sedikit lega." Seakan tahu isi di dalam pikiranku, Ibu pun menemuiku di kamar selepas shalat subuh itu.Kutumpahkan segalanya dengan air mataku, yang sebelumnya selalu ku tahan agar tak ada seorang pun yang tahu bahwa sesungguhnya aku ini wanita yang rapuh. Ibu kemudian membawaku ke dalam pelukanya."Ingat Nduk, kamu bukanlah wanita yang lemah, kamu adalah wanita yang kuat. Jangan hanya karena laki-laki seperti Chandra kamu jatuh. Lupakan dia, biarkan dia bersama perempuan pilihannya. Bukankah
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya ya teman-teman, yang akan segera saya publish hingga tamat jugaPESANAN HENNA CALON PENGANTIN SUAMIKUBLURB: Rury kaget saat mendapat pesanan Henna dari perempuan yang ternyata selingkuhan suaminya itu.yuk. ikuti bagaimana dia menghancurkan pesta pernikahan suaminya itu.Jangan lupa baca cerita terbaruku PEMBALASAN ISTRI GENDUTEnding season 1 (Pov Author)Setelah sekitar satu jam bertemu dengan Bima, maka Raisa dan Dita pun kemudian meninggalkan rutan. Tampak sekali gurat kesedihan di wajah Bima saat berpisah dengan Ryan. Dalam hatinya sungguh menyesal karena tak bisa merawat dan menemani putranya itu hingga dewasa. Meski dia memberontak atau lari seperti apapun rasa
Mempertemukan Ryan Dengan Ayahnya (Pov Author)Selama tujuh hari meninggalnya Lisa, Dita dan Ryan tingggal di rumah Jombang bersama Raisa yang membantunya menjaga Ryan, sementara Bik Sanah di suruh Dita kembali ke rumah Kediri, untuk mengatur rumah seperti biasanya, karena memang dia adalah kepala pelayan di sana. Dita juga membeli sepetak tanah di sebuah perkampungan, lalu dibangunkan sebuah mushalla wakaf atas nama Almarhumah Lisa. Karena memang Dita sangat mengkhawatirkan Lisa, jadi dia berharap dengan ini, bisa mengurangi dosa kakaknya itu.Seperti janjinya kemarin kepada Lisa, hari ini dia akan membawa Ryan bertemu dengan Ayahnya, bersama dengan Raisa dia berangkat pukul tujuh pagi menuju ke rutan.Setelah melewati pemeriksaan, akhirnya mereka diperbolehkan untuk menemui si gembong na
Pertemuan Yang Amat Singkat. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi.Kami sudah menunggu di luar sekitar lima belas menit, namun dokter atau pun perawat belum ada yang keluar dari ruangan itu. Tak ada perbincangan diantara kami, semua hanya diam. Tapi mungkin perasaan yang di rasakan Bik Sanah dan Raisa tak seperti yang kini kurasakan.Aku hancur, rasanya sama seperti saat melihat Papa terbaring lemah dahulu. Dalam hati aku terus berdoa semoga ada keajaiban yang bisa membuat Mbak Lisa kembali sehat. Aku tahu tak ada yang tak mungkin bagi Allah.Ryan kini telah tertidur di gendonganku setelah tadi sempat rewel dan terus menangis. Mataku tak lagi bisa meneteskan air mata, saking sedihny
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l