Aku pun bertanya di mana ruang perawatan tersebut. Setelah mendapat info dari sang suster aku langsung menuju ke sana. Ternyata ruangan itu sedikit terbuka, nampak Pak Johan sedang duduk di atas ranjang dan berbincang dengan dua orang pria. Kuurungkan niatku untuk masuk ke dalam, saat mendengar sayup-sayup percakapan mereka.Aku pun bersembunyi di balik pintu dan menaruh telunjuk di depan bibirku, mengisyaratkan pada Felix agar dia diam, dia pun mengangguk. Aku pun kembali memasang telinga di depan pintu ini."Semua sudah terkondisikan dengan baik Bos!" Terdengar suara berat seorang pria."Bagus sekali kerja kalian!" Itu adalah suara Pak Johan, ya aku sangat mengenalinya."Bagus bagaimana sih Pa? Luka yang kalian buat ini terlalu dalam. Dasar bodoh!"Suara wanita tersebut kalau tidak salah adalah suara istri dari Pak Johan.
Malam itu juga aku berikan bukti-bukti yang ku punya kepada polisi, aku sudah tak mau lagi berbaik hati dengan seseorang yang ternyata musuh dalam selimut. Biarlah polisi menangani kasus ini lebih dalam, yang penting kurasa penyelidikan kasus ini sudah kututup, karena sudah kutemukan siapa pelakunya. Tak boleh ada masalah baru timbul dalam tiga hari ke depan. Karena mulai besok aku harus mengumpulkan persiapan untuk resepsi pernikahan Mas ChandraSetelah itu, aku pun menuju rumah sakit, tentu saja untuk menemui orang tuaku. Ya mulai hari mereka sudah ku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Karena meski nanti aku dan Mas Chandra akan berpisah, tapi nanti hubungan kami tak akan berubah. Malah mulai sekarang mereka akan tinggal di rumahku. Alhamdulillah hidupku tak akan kesepian lagi.Karena kondisi Bapak yang sudah membaik, maka malam ini beliau sudah di perbolehkan pindah ke ruang perawatan. Dan alhamdulillah meski tidur di rumah sakit, malam ini aku merasa lebih
Hari ini adalah hari pernikahan suamiku, Mas Chandra dan selingkuhannya Raisa. Akad nikah akan di adakan nanti malam selepas magrib. Entah kenapa aku dari pagi terus saja gelisah. Jujur hati kecilku masihlah merasakan sakit, meski mulutku bisa tersenyum dan berkata 'aku baik-baik saja'."Nduk, kamu yang sabar ya. Yang ikhlas, jangan pikirkan lagi Chandra. Ibu yakin sekali pasti Allah telah menyiapkan jodoh yang lebih baik untukmu. Menangislah agar hatimu sedikit lega." Seakan tahu isi di dalam pikiranku, Ibu pun menemuiku di kamar selepas shalat subuh itu.Kutumpahkan segalanya dengan air mataku, yang sebelumnya selalu ku tahan agar tak ada seorang pun yang tahu bahwa sesungguhnya aku ini wanita yang rapuh. Ibu kemudian membawaku ke dalam pelukanya."Ingat Nduk, kamu bukanlah wanita yang lemah, kamu adalah wanita yang kuat. Jangan hanya karena laki-laki seperti Chandra kamu jatuh. Lupakan dia, biarkan dia bersama perempuan pilihannya. Bukankah
Sejak selesai shalat subuh, pikiranku sudah mulai tak karuan memikirkan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi nanti. Bismillah semua terjadi hanyalah atas kehendakMu ya Allah.Bukan tanpa alasan aku kemarin meminta WO untuk menyediakan makanan dalam porsi dua kali lipat dari pesanan Raisa, tapi karena aku takut makanan yang stok makanan yang tersedia nanti tidak akan mencukupi.Karena dalam pesta resepsi nanti bukan hanya undangan Raisa saja yang hadir, tapi juga para tamu undanganku.Undanganku itu adalah semua karyawan kantor, semua pekerja di dua rumahku, tetangga di dua rumahku, dan tetangga di rumah orang tua Mas Chandra, dan juga ada beberapa kolega dan teman-temanku. Yang mungkin jumlahnya juga sekitar lima ratusan lah. Aku ingin mereka semua menjadi saksi kehancuran seorang Wisnu Chandra, yang selama ini selalu terlihat ramah dan berkelakuan baik pada mereka.Dalam
Raisa pun segera membuka pita ungu tersebut dan membuka gulungan kertas, seketika matanya melotot membaca tulisan yang ada di kertas itu."Apaan sih ini Mbak? Surat cerai?" tanya Raisa bingung.Aku hanya menganguk sambil tersenyum."Kenapa Mbak menghadiahkan surat cerai untukku? Surat cerai siapa ini?!" tanyanya lagi, kali ini terlihat agak panik.Sementara Mas Chandra sudah mulai gelisah, kini dia pun berdiri dan ingin merebut kertas tersebut dari tangan Raisa."Apa-apaan sih kamu Yank?!" Raisa marah sekali pada Mas Chandra, "Dita Prameswari dan Wisnu Chandra? Apa-apaan semua ini?!" Raisa kini berteriak emosi, membuat semua mata tamu undangan tertuju ke pelaminan."Jelaskan semua ini!!" teriak Raisa kepadaku.Seorang pria naik ke atas pelaminan membawakan beberapa lembar ker
Sekitar lima menit semua mata masih saja tertuju di layar, dan undangan hanya saling berbisik kembali. Sesuai permintaanku, maka saat ini pihak WO memberikan snack box kepada seluruh tamu termasuk kedua mempelai.Tampak Mas Chandra yang mukanya sudah pucat dari tadi langsung meneguk sebotol kecil air mineral itu. Sedangkan Raisa masih shock sekali kelihatanya, hingga dia meremas-remas kertas salinan surat cerai yang dari tadi di pegangnya itu."Bagaimana sudah jelas 'kan? Kalau saja dulu suamimu ini pintar menyembunyikan perselingkuhannya tersebut. Maka bukan tak mungkin jika kami bercerai dia bisa mendapatkan separuh dari harta gono gini kami. Sayangnya dia sedikit polos, hingga akhirnya dia pun harus terima nasib tak menerima uang sepeser pun dariku," ucapku sambil tersenyum menunjukkan deretan gigi putihku.Sebenarnya apa sih bedanya bodoh dengan polos? Ah kurasa tak ada bedanya!"Dasar kamu wanita jahat! Wanita kurang ajar kamu!!" teri
"Mau kemana kamu Mas? Jangan buru-buru pergi dari sini. Masih banyak fakta yang akan ku ungkap!" kataku padanya."Cukup sudah Dek, maafkan aku. Sungguh tega kamu menguliti dan mempermalukan aku di depan umum seperti ini. Tolong kali ini biarkan kami pergi dari sini," rengeknya."Aku tega? Lalu apa yang kau lakukan kepada dahulu itu di sebut apa Mas? Kamu membohongiku, menduakanku, mencurangiku, menjambretku dan berusaha untuk membunuh aku. Untung saja Allah masih melindungiku, hingga sampai kini aku bisa berada di sini. Tak mudah bagiku memafkan semua yang telah kau lakukan itu. Jadi kali ini bersikap manislah melihat semua pembalasanku!" ucapku penuh emosi.Akhirnya Mas Chandra pun kembali duduk seperti semula. Tak akan ku biarkan kamu pergi dengan mudah Mas. Hari ini semua orang harus tau tentang kebusukanmu, bukankah sudah kubilang aku akan membuat hidupmu bagai di neraka. Tak jadi soal bagik
"Aku tak butuh cinta! Aku hanya butuh uang, uang dan uang!" teriak Raisa lagi."Sudahlah sudah Yank, semua sudah hancur tak akan bisa di perbaiki lagi. Aku sungguh sangat mencintaimu Yank, itulah sebabnya aku berbohong dan melakukan semua ini. Apapun kulakukan hanya untuk membahagiakanmu. Di sisa umurku ini akan kulakukan apapun yang kau inginkan!" ucap Mas Chandra mencoba menenangkan Raisa.Akhirnya Raisa pun luluh ke pelukan suaminya itu, dan tanpa malu-malu lagi Mas Chandra-pun menciumi pipi Raisa.Bagai sedang melihat pagelaran wayang orang, aku dan para tamu undangan sangat menikmatinya. Benar-benar muka tembok, padahal baru saja kupermalukan sedemikian rupa, kini malah mereka memadu kasih di depan banyak orang.Plok plok plok"Wow inilah pasangan terfavorit bulan ini!" ujarku sambil bertepuk tangan.Tak
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya ya teman-teman, yang akan segera saya publish hingga tamat jugaPESANAN HENNA CALON PENGANTIN SUAMIKUBLURB: Rury kaget saat mendapat pesanan Henna dari perempuan yang ternyata selingkuhan suaminya itu.yuk. ikuti bagaimana dia menghancurkan pesta pernikahan suaminya itu.Jangan lupa baca cerita terbaruku PEMBALASAN ISTRI GENDUTEnding season 1 (Pov Author)Setelah sekitar satu jam bertemu dengan Bima, maka Raisa dan Dita pun kemudian meninggalkan rutan. Tampak sekali gurat kesedihan di wajah Bima saat berpisah dengan Ryan. Dalam hatinya sungguh menyesal karena tak bisa merawat dan menemani putranya itu hingga dewasa. Meski dia memberontak atau lari seperti apapun rasa
Mempertemukan Ryan Dengan Ayahnya (Pov Author)Selama tujuh hari meninggalnya Lisa, Dita dan Ryan tingggal di rumah Jombang bersama Raisa yang membantunya menjaga Ryan, sementara Bik Sanah di suruh Dita kembali ke rumah Kediri, untuk mengatur rumah seperti biasanya, karena memang dia adalah kepala pelayan di sana. Dita juga membeli sepetak tanah di sebuah perkampungan, lalu dibangunkan sebuah mushalla wakaf atas nama Almarhumah Lisa. Karena memang Dita sangat mengkhawatirkan Lisa, jadi dia berharap dengan ini, bisa mengurangi dosa kakaknya itu.Seperti janjinya kemarin kepada Lisa, hari ini dia akan membawa Ryan bertemu dengan Ayahnya, bersama dengan Raisa dia berangkat pukul tujuh pagi menuju ke rutan.Setelah melewati pemeriksaan, akhirnya mereka diperbolehkan untuk menemui si gembong na
Pertemuan Yang Amat Singkat. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi.Kami sudah menunggu di luar sekitar lima belas menit, namun dokter atau pun perawat belum ada yang keluar dari ruangan itu. Tak ada perbincangan diantara kami, semua hanya diam. Tapi mungkin perasaan yang di rasakan Bik Sanah dan Raisa tak seperti yang kini kurasakan.Aku hancur, rasanya sama seperti saat melihat Papa terbaring lemah dahulu. Dalam hati aku terus berdoa semoga ada keajaiban yang bisa membuat Mbak Lisa kembali sehat. Aku tahu tak ada yang tak mungkin bagi Allah.Ryan kini telah tertidur di gendonganku setelah tadi sempat rewel dan terus menangis. Mataku tak lagi bisa meneteskan air mata, saking sedihny
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l