Tentu aku harus menyelidiki lagi kejadian ini. Pasti ada campur tangan orang dalam, sehingga bisa tahu saat-saat Pak Johan membawa uang sebanyak itu sendirian. Prasangkan buruk tentu saja langsung mengarah ke Mas Chandra, mengingat profesinya sekarang. Namun aku tak boleh negative thingking dulu, sebelum ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa dia lah pelakunya.
"Felix tolong lebih cepat ya, kita menuju ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengunjungi karyawanku," ucapku kepada Felix yang sedang menyetir mobil."Siap Bu."Segera ku buka laptop untuk mengintai keadaan ruang tamu Raisa, siapa tahu aku bisa mendapatkan sedikit info dari sana. Waktu ku setel sejak pagi hari, namun sepertinya tak ada sesuatu yang mencurigakan. Terlihat ruang tamu itu masih tak memperlihatkan kehidupan hingga pukul sembilan pagi, padahal jam segitu kalau aku sih sudah beraktivitas, hehehe.Baru kemudian terlihat Bu Mirna menyapu dan membuka pinNggak pernahlah Bu, buat apa coba chat dengan orang kayak gitu? Nggak guna banget. Ya sejak kejadian dia mau merampok kantor kita dulu itu," ucap Linda.Kenapa dia berbohong padaku ya? Sedangkan tadi aku tahu sendiri bahwa dia telah mengirim chat pada Mas Chandra.Semua ini benar-benar membuatku bingung, semog a saja pikiranku tak terbelah antara masalah perampokan ini dan juga masalah dengan Mas Chandra."Bu Dita yang sabar ya, semua ini pasti berlalu. Saya ini kasihan sekali lho sama Bu Dita, di saat memdapat penghianatan dari Pak Chandra, banyak pula cobaan yang lainnya datang. Tetapi saya yakin sekali Bu Dita adalah orang yang kuat dan pasti bisa melewati semua ini."Seakan bisa mengerti keresahan hatiku, Linda pun memberi banyak dukungan kepadaku, dan sepertinya dia sangat tulus mengucapkan semua ini.Setelah itu, aku pun menemui Pak
Aku pun bertanya di mana ruang perawatan tersebut. Setelah mendapat info dari sang suster aku langsung menuju ke sana. Ternyata ruangan itu sedikit terbuka, nampak Pak Johan sedang duduk di atas ranjang dan berbincang dengan dua orang pria. Kuurungkan niatku untuk masuk ke dalam, saat mendengar sayup-sayup percakapan mereka.Aku pun bersembunyi di balik pintu dan menaruh telunjuk di depan bibirku, mengisyaratkan pada Felix agar dia diam, dia pun mengangguk. Aku pun kembali memasang telinga di depan pintu ini."Semua sudah terkondisikan dengan baik Bos!" Terdengar suara berat seorang pria."Bagus sekali kerja kalian!" Itu adalah suara Pak Johan, ya aku sangat mengenalinya."Bagus bagaimana sih Pa? Luka yang kalian buat ini terlalu dalam. Dasar bodoh!"Suara wanita tersebut kalau tidak salah adalah suara istri dari Pak Johan.
Malam itu juga aku berikan bukti-bukti yang ku punya kepada polisi, aku sudah tak mau lagi berbaik hati dengan seseorang yang ternyata musuh dalam selimut. Biarlah polisi menangani kasus ini lebih dalam, yang penting kurasa penyelidikan kasus ini sudah kututup, karena sudah kutemukan siapa pelakunya. Tak boleh ada masalah baru timbul dalam tiga hari ke depan. Karena mulai besok aku harus mengumpulkan persiapan untuk resepsi pernikahan Mas ChandraSetelah itu, aku pun menuju rumah sakit, tentu saja untuk menemui orang tuaku. Ya mulai hari mereka sudah ku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Karena meski nanti aku dan Mas Chandra akan berpisah, tapi nanti hubungan kami tak akan berubah. Malah mulai sekarang mereka akan tinggal di rumahku. Alhamdulillah hidupku tak akan kesepian lagi.Karena kondisi Bapak yang sudah membaik, maka malam ini beliau sudah di perbolehkan pindah ke ruang perawatan. Dan alhamdulillah meski tidur di rumah sakit, malam ini aku merasa lebih
Hari ini adalah hari pernikahan suamiku, Mas Chandra dan selingkuhannya Raisa. Akad nikah akan di adakan nanti malam selepas magrib. Entah kenapa aku dari pagi terus saja gelisah. Jujur hati kecilku masihlah merasakan sakit, meski mulutku bisa tersenyum dan berkata 'aku baik-baik saja'."Nduk, kamu yang sabar ya. Yang ikhlas, jangan pikirkan lagi Chandra. Ibu yakin sekali pasti Allah telah menyiapkan jodoh yang lebih baik untukmu. Menangislah agar hatimu sedikit lega." Seakan tahu isi di dalam pikiranku, Ibu pun menemuiku di kamar selepas shalat subuh itu.Kutumpahkan segalanya dengan air mataku, yang sebelumnya selalu ku tahan agar tak ada seorang pun yang tahu bahwa sesungguhnya aku ini wanita yang rapuh. Ibu kemudian membawaku ke dalam pelukanya."Ingat Nduk, kamu bukanlah wanita yang lemah, kamu adalah wanita yang kuat. Jangan hanya karena laki-laki seperti Chandra kamu jatuh. Lupakan dia, biarkan dia bersama perempuan pilihannya. Bukankah
Sejak selesai shalat subuh, pikiranku sudah mulai tak karuan memikirkan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi nanti. Bismillah semua terjadi hanyalah atas kehendakMu ya Allah.Bukan tanpa alasan aku kemarin meminta WO untuk menyediakan makanan dalam porsi dua kali lipat dari pesanan Raisa, tapi karena aku takut makanan yang stok makanan yang tersedia nanti tidak akan mencukupi.Karena dalam pesta resepsi nanti bukan hanya undangan Raisa saja yang hadir, tapi juga para tamu undanganku.Undanganku itu adalah semua karyawan kantor, semua pekerja di dua rumahku, tetangga di dua rumahku, dan tetangga di rumah orang tua Mas Chandra, dan juga ada beberapa kolega dan teman-temanku. Yang mungkin jumlahnya juga sekitar lima ratusan lah. Aku ingin mereka semua menjadi saksi kehancuran seorang Wisnu Chandra, yang selama ini selalu terlihat ramah dan berkelakuan baik pada mereka.Dalam
Raisa pun segera membuka pita ungu tersebut dan membuka gulungan kertas, seketika matanya melotot membaca tulisan yang ada di kertas itu."Apaan sih ini Mbak? Surat cerai?" tanya Raisa bingung.Aku hanya menganguk sambil tersenyum."Kenapa Mbak menghadiahkan surat cerai untukku? Surat cerai siapa ini?!" tanyanya lagi, kali ini terlihat agak panik.Sementara Mas Chandra sudah mulai gelisah, kini dia pun berdiri dan ingin merebut kertas tersebut dari tangan Raisa."Apa-apaan sih kamu Yank?!" Raisa marah sekali pada Mas Chandra, "Dita Prameswari dan Wisnu Chandra? Apa-apaan semua ini?!" Raisa kini berteriak emosi, membuat semua mata tamu undangan tertuju ke pelaminan."Jelaskan semua ini!!" teriak Raisa kepadaku.Seorang pria naik ke atas pelaminan membawakan beberapa lembar ker
Sekitar lima menit semua mata masih saja tertuju di layar, dan undangan hanya saling berbisik kembali. Sesuai permintaanku, maka saat ini pihak WO memberikan snack box kepada seluruh tamu termasuk kedua mempelai.Tampak Mas Chandra yang mukanya sudah pucat dari tadi langsung meneguk sebotol kecil air mineral itu. Sedangkan Raisa masih shock sekali kelihatanya, hingga dia meremas-remas kertas salinan surat cerai yang dari tadi di pegangnya itu."Bagaimana sudah jelas 'kan? Kalau saja dulu suamimu ini pintar menyembunyikan perselingkuhannya tersebut. Maka bukan tak mungkin jika kami bercerai dia bisa mendapatkan separuh dari harta gono gini kami. Sayangnya dia sedikit polos, hingga akhirnya dia pun harus terima nasib tak menerima uang sepeser pun dariku," ucapku sambil tersenyum menunjukkan deretan gigi putihku.Sebenarnya apa sih bedanya bodoh dengan polos? Ah kurasa tak ada bedanya!"Dasar kamu wanita jahat! Wanita kurang ajar kamu!!" teri
"Mau kemana kamu Mas? Jangan buru-buru pergi dari sini. Masih banyak fakta yang akan ku ungkap!" kataku padanya."Cukup sudah Dek, maafkan aku. Sungguh tega kamu menguliti dan mempermalukan aku di depan umum seperti ini. Tolong kali ini biarkan kami pergi dari sini," rengeknya."Aku tega? Lalu apa yang kau lakukan kepada dahulu itu di sebut apa Mas? Kamu membohongiku, menduakanku, mencurangiku, menjambretku dan berusaha untuk membunuh aku. Untung saja Allah masih melindungiku, hingga sampai kini aku bisa berada di sini. Tak mudah bagiku memafkan semua yang telah kau lakukan itu. Jadi kali ini bersikap manislah melihat semua pembalasanku!" ucapku penuh emosi.Akhirnya Mas Chandra pun kembali duduk seperti semula. Tak akan ku biarkan kamu pergi dengan mudah Mas. Hari ini semua orang harus tau tentang kebusukanmu, bukankah sudah kubilang aku akan membuat hidupmu bagai di neraka. Tak jadi soal bagik