“La!” seru El Bara hingga suaranya menggema di lobby sampai menghentikan langkah Qailula dan Evrard.Bos dan sekretaris itu menoleh ke samping ke asal suara di mana El Bara tengah berjalan mendekat sembari membawa satu cup kopi yang baru saja pria itu beli di Caffe sebelah gedung ini.“Aku memanggil Lula, kenapa kamu ikut berhenti?” El Bara sewot.Evrard menatap malas El Bara lantas menarik langkah meninggalkan mereka di tengah-tengah lobby.“Kamu ke mana aja sih, La? Kenapa menghindar terus? Waktu kapan hari itu aku nungguin kamu sampe malem lho, katanya kamu mau ke rumah aku ketemu mami.” Ceritanya El Bara sedang merajuk.“Waktu itu aku telepon sekretaris kamu katanya kamu ada tamu, jadi aku pulang aja enggak mau ganggu … dan setelah itu aku sibuk nyambut kedatangan nona Sienna yang mendadak.” Qailula memberikan alasan dengan raut wajah masam agar El Bara beranggapan kalau dia belum membuka hati untuk pria itu.“Oke … aku percaya, tapi nanti malem kita makan malem ya?” Qailu
“Udah dekat, Pak … itu mereka.” Qailula menunjuk ke arah gerbang utama di mana mobil-mobil mewah baru saja melewatinya.Qailula dan pak Arif menyambut pengusaha sukses asal Amerika itu.“Saya Qailula, sekretaris tuan Evrard … beliau sudah menunggu Anda di ruang meeting.” Qailula menjabat tangan Jevgar Brown.Pria itu cukup lama menatap Qailula sembari menggenggam tangannya dengan senyum di bibir sebelum beralih ke pria yang berdiri di sebelah Qailula.Qailula menggiring rombongan klien ke ruang meeting yang berada di lantai lima belas.Di sana, Evrard beserta El Bara dan beberapa peringgi di perusahaan menyambut mereka.Meeting penting ini pun segera dilakukan mengingat banyaknya bahan yang harus pihak Alterio Corp jabarkan.El Bara mengawasi Qailula dari tempatnya duduk, Qailula berdiri di meja tim support untuk memastikan para tim support bekerja dengan benar.Dia dan sekretaris tuan Brown juga sering berkoordinasi mengenai segala sesuatu tentang kelancaran rapat ini.Belum
“Oke La, kita akan pacaran sehat … selama itu, aku akan memperbaiki diri aku … memantaskan diri aku untuk menjadi suami dan ayah yang baik dari anak-anak kita.” El Bara mantap sekali dengan ucapannya.Qailula juga bisa melihat keseriusan dalam sorot mata El Bara.Jadi, saat El Bara mengantar Qailula ke apartemennya—pria itu hanya mengantar hingga depan lobby tapi masih bisa french kiss dengan Qailula di dalam mobil sebelum gadis yang kini telah resmi jadi kekasihnya itu turun dari dalam mobil.Qailula melangkah menuju area lift sembari menundukan kepala lalu tersenyum dengan jemari menyentuh bibirnya yang bengkak karena ulah El Bara barusan.Ya ampun, hati Qailula berbunga-bunga lagi setelah lima tahun layu.Dia berharap hubungannya dengan El Bara kali ini berjalan lancar sampai ke pelaminan.*** Keesokan harinya, hanya Jevgar Brown beserta bagian legal dan sang sekertaris seksi kembali datang ke kantor Evrard secara mendadak.Meski tanpa persiapan namun Evrard dengan bantuan
“Tapi tuan Brown tidak menginginkan hubungan jangka panjang … hanya selama dia berada Indonesia saja,” sambung Anastasia lagi membuat Qailula melongo menatapnya.Sementara itu, pembahasan yang sama terjadi di meja Evrard dan Jevgar.“Aku menyukai sekretaris Anda, Tuan Alterio … apa bisa kamu memberikannya untukku sebagai hadiah atas terjalinnya kerjasama bisnis kita?” Dengan santai dan tanpa dosa Jevgar meminta.Evrard tertawa untuk menyembunyikan kekesalannya atas permintaan Jevgar barusan sebelum membalas ucapan pria itu.“Mohon maaf Tuan Brown, di Negara ini permintaan Anda itu dianggap melecehkan … sekretaris saya bukan perempuan seperti itu.” Evrard menolak secara halus.“Ayolah Tuan Alterio, Anda pasti bisa mengabulkannya.” Jevgar memaksa.“Sekalipun saya bujuk, Qailula tidak akan bersedia melakukannya … saya tahu betul dia seperti apa.” Nada suara Evrard terdengar tegas.“Baiklah … bagaimana kalau saya bertanya kepada dia secara langsung?” cetus Jevgar percaya diri.“Si
Punggung Qailula terasa hangat, ada dada bidang yang mendekat di saat dia masih menungging tapi tidak lagi mendongak karena Evrard melepaskan jambakanya.Nafas Evrard memburu di telinganya selama beberapa saat, Qailula melirik ke samping tanpa menolehkan kepala lalu detik selanjutnya mendapatkan kecupan di pipi kemudian kecupan itu pindah ke rahang lalu ke leher berakhir di tengkuk.Bokong Evrard masih bergerak kencang menghasilkan bunyi pertemuan antar kulit yang menggema di kamar itu.Tubuh keduanya telah lembab, hawa panas menyeruak dari dalam tubuh membuat pendingin ruangan tidak berguna.Perlahan Evrard membawa tubuh Qailula jatuh ke ranjang tanpa melepaskan miliknya dari dalam Qailula.Qailula berbaring miring di peluk Evrard dari belakang sementara pria itu masih memberikan hentakan.Tangan Evrard menarik wajah Qailula agar menoleh ke belakang sehingga dia bisa memagut bibir ranum itu lagi.Saat Qailula nyaris kehabisan nafas, Evrard mengurai pagutan namun tidak ingin me
Qailula curiga kalau sebenarnya Evrard tidak benar-benar mabuk.Dia mendongak setelah deru nafas Evrard berubah teratur.Qailula mendapati wajah tampan berahang tegas yang telah ditumbuhi halus dengan mata terpejam.Bagaimana Qailula bisa membenci pria setampan bak titisan Dewa ini sementara pria itu selalu memperlakukannya baik dan begitu perhatian?Meskipun malam ini Evrard menyakitinya terlalu dalam sampai merusak masa depannya namun entah kenapa Qailula tidak bisa membenci Evrard.Apakah dia memang terlalu bodoh dalam urusan menghadapi pria?Pelukan Evrard mengerat membawa sisi wajah Qailula mengusel di dada pria itu.Qailula berusaha untuk tidur karena tubuhnya pun teramat lelah. Namun baru saja dia nyaris masuk ke alam mimpi, Evrard kembali merangkak naik ke atasnya namun yang ketiga kali ini aura pria itu kembali kelam.Evrard memasukinya kasar seperti pertama tadi, mencekik malah tanpa segan mengigit tidak peduli Qailula menjerit.Pria itu juga menampar bokongnya be
Semula, suasana sarapan pagi itu hanya hening sampai akhirnya Evrard buka suara.“Waktu di night club, Jevgar meminta kamu sebagai hadiah dari kerja sama ini ….” Kalimat Evrard menggantung mendapati respon Qailula yang langsung mendongak menatapnya lekat lantaran mengingat ucapan Anastasia tadi malam yang memberitahunya kalau klien dari Amerika itu menginginkannya menjadi gundik pria itu selama di Indonesia.“Saya kasih dia pengertian kalau kamu bukan perempuan seperti itu … saya pikir Jevgar akan menyerah tapi saat saya hendak ke toilet, saya melihat Anastasia memasukan obat ke dalam minuman kamu … itu kenapa saya datang lalu menghabiskannya sebelumnya kamu minum … harusnya saya buang minuman itu.” Evrard menjelaskan.Sampai di sini Qailula percaya, sebenarnya Evrard ingin melindunginya.“Kenapa Pak Evrard menenggak minuman itu?” Qailula membutuhkan jawaban.“Tadinya saya ingin melindungi kamu … tapi malah ….” Evrard menghentikan kalimatnya.“Saya minta maaf, La … saya akan ber
Qailula belum pernah semalas ini saat hendak pergi bekerja.Bukan pekerjaannya yang membuat Qailula enggan dan berat hati melainkan karena harus bertemu dengan Evrard.Setiap melihat wajahnya bayangan akan pergulatan malam itu ikut melintas dalam benak Qailula.Bagaimana cara Evrard memagut bibirnya, sentuhan penuh damba yang meninggalkan jejak panas serta hentakan dari milik pria itu yang mampu membawa Qailula terbang ke Nirwana.Qailula sampai bergidig setiap mengingatnya, kepala cantik itu lantas menggeleng mengenyahkan segala momen erotis antara dia dan sang bos.Dia hirup udara dalam kemudian mengembuskannya perlahan.Qailula meraih tas lantas menarik langkah keluar unit apartemen menuju Penthouse Evrard untuk melayani segala kebutuhan pria itu.Tugas ini yang paling berat karena dia sudah seperti istrinya Evrard, menyiapkan sarapan, memilih stelan jasnya, memakaikan dasi.Begitu Qailula menapakan kaki di apartemen Evrard, sang pemilik sedang berada di dapur hanya menggu
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b