Punggung Qailula terasa hangat, ada dada bidang yang mendekat di saat dia masih menungging tapi tidak lagi mendongak karena Evrard melepaskan jambakanya.Nafas Evrard memburu di telinganya selama beberapa saat, Qailula melirik ke samping tanpa menolehkan kepala lalu detik selanjutnya mendapatkan kecupan di pipi kemudian kecupan itu pindah ke rahang lalu ke leher berakhir di tengkuk.Bokong Evrard masih bergerak kencang menghasilkan bunyi pertemuan antar kulit yang menggema di kamar itu.Tubuh keduanya telah lembab, hawa panas menyeruak dari dalam tubuh membuat pendingin ruangan tidak berguna.Perlahan Evrard membawa tubuh Qailula jatuh ke ranjang tanpa melepaskan miliknya dari dalam Qailula.Qailula berbaring miring di peluk Evrard dari belakang sementara pria itu masih memberikan hentakan.Tangan Evrard menarik wajah Qailula agar menoleh ke belakang sehingga dia bisa memagut bibir ranum itu lagi.Saat Qailula nyaris kehabisan nafas, Evrard mengurai pagutan namun tidak ingin me
Qailula curiga kalau sebenarnya Evrard tidak benar-benar mabuk.Dia mendongak setelah deru nafas Evrard berubah teratur.Qailula mendapati wajah tampan berahang tegas yang telah ditumbuhi halus dengan mata terpejam.Bagaimana Qailula bisa membenci pria setampan bak titisan Dewa ini sementara pria itu selalu memperlakukannya baik dan begitu perhatian?Meskipun malam ini Evrard menyakitinya terlalu dalam sampai merusak masa depannya namun entah kenapa Qailula tidak bisa membenci Evrard.Apakah dia memang terlalu bodoh dalam urusan menghadapi pria?Pelukan Evrard mengerat membawa sisi wajah Qailula mengusel di dada pria itu.Qailula berusaha untuk tidur karena tubuhnya pun teramat lelah. Namun baru saja dia nyaris masuk ke alam mimpi, Evrard kembali merangkak naik ke atasnya namun yang ketiga kali ini aura pria itu kembali kelam.Evrard memasukinya kasar seperti pertama tadi, mencekik malah tanpa segan mengigit tidak peduli Qailula menjerit.Pria itu juga menampar bokongnya be
Semula, suasana sarapan pagi itu hanya hening sampai akhirnya Evrard buka suara.“Waktu di night club, Jevgar meminta kamu sebagai hadiah dari kerja sama ini ….” Kalimat Evrard menggantung mendapati respon Qailula yang langsung mendongak menatapnya lekat lantaran mengingat ucapan Anastasia tadi malam yang memberitahunya kalau klien dari Amerika itu menginginkannya menjadi gundik pria itu selama di Indonesia.“Saya kasih dia pengertian kalau kamu bukan perempuan seperti itu … saya pikir Jevgar akan menyerah tapi saat saya hendak ke toilet, saya melihat Anastasia memasukan obat ke dalam minuman kamu … itu kenapa saya datang lalu menghabiskannya sebelumnya kamu minum … harusnya saya buang minuman itu.” Evrard menjelaskan.Sampai di sini Qailula percaya, sebenarnya Evrard ingin melindunginya.“Kenapa Pak Evrard menenggak minuman itu?” Qailula membutuhkan jawaban.“Tadinya saya ingin melindungi kamu … tapi malah ….” Evrard menghentikan kalimatnya.“Saya minta maaf, La … saya akan ber
Qailula belum pernah semalas ini saat hendak pergi bekerja.Bukan pekerjaannya yang membuat Qailula enggan dan berat hati melainkan karena harus bertemu dengan Evrard.Setiap melihat wajahnya bayangan akan pergulatan malam itu ikut melintas dalam benak Qailula.Bagaimana cara Evrard memagut bibirnya, sentuhan penuh damba yang meninggalkan jejak panas serta hentakan dari milik pria itu yang mampu membawa Qailula terbang ke Nirwana.Qailula sampai bergidig setiap mengingatnya, kepala cantik itu lantas menggeleng mengenyahkan segala momen erotis antara dia dan sang bos.Dia hirup udara dalam kemudian mengembuskannya perlahan.Qailula meraih tas lantas menarik langkah keluar unit apartemen menuju Penthouse Evrard untuk melayani segala kebutuhan pria itu.Tugas ini yang paling berat karena dia sudah seperti istrinya Evrard, menyiapkan sarapan, memilih stelan jasnya, memakaikan dasi.Begitu Qailula menapakan kaki di apartemen Evrard, sang pemilik sedang berada di dapur hanya menggu
“Udah Pak.” Qailula memindahkan tangan Evrard dari atas pangkuannya ke atas paha pria itu, setelahnya memasukan kembali jarum dan benang tadi ke dalam tas yang sudah dibungkus dengan aman.Namun sampai Qailula selesai memasukan alat jahit itu ke dalam tas, Evrard belum menyingkir dari sampingnya begitu juga dengan tangan pria itu masih bertengger di pinggulnya sambil sesekali menggerakan jari-jari. Qailula menoleh lagi menatap wajah Evrard yang ternyata tampak tenang sedang memandang ke depan.Dia terus menatap tajam sampai Evrard tersadar sedang ditatap sedemikian lekat lalu pria itu menoleh balas menatap Qailula.Qailula memberi kode menggunakan sorot mata dan kedua alis yang dia angkat agar Evrard menyingkir karena tubuh Qailula terdesak ke pintu membuat duduknya tidak nyaman namun pria itu malah ikut-ikutan menaikkan kedua alisnya dengan tatapan seolah tanya, “Apa?”Qailula mendelik sebal, tidak bisa memprotes lebih keras apalagi mendorong Evrard agar menjauh.Pria itu bosn
Semenjak pagi, Qailula tidak banyak bicara.Ekspresinya judes bukan main kadang mendelik kalau Evrard terang-terangan menatapnya.Alih-alih di masukan ke dalam hati, Evrard malah merasa lucu dengan tingkah Qailula dan jadi ingin terus menggodanya.“La, ke ruangan saya!” titah Evrard melalui intercom.“Baik, Pak.” Qailula pergi ke ruangan Evrard sesuai perintah pria itu.“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Qailula bertanya.“MacBooknya kayanya ada trouble, kamu bisa cek dulu sebelum panggil teknisi?” kata Evrard dengan tampang datar seperti biasa.Qailula mendekat lantas berdiri di samping Evrard mencari tahu trouble yang dimaksud pria itu.Dalam hati Qailula curiga, masa CEO sekelas Evrard tidak mengerti bagaimana mengoperasikan MacBook dengan benar?Tampilan layar MacBooknya memang tidak beraturan, Qailula memerlukan mouse agar lebih mudah mencari apa yang menjadi penyebab trouble di MacBook Evrard.Namun saat dia cari, mousenya berada di sisi lain meja itu.Qailula sempat he
“Bullshit!” Qailula menggeram.Dia masuk ke bilik toilet saat mendengar suara langkah kaki mendekat dari luar.“Gila lo, deket banget sama pak Bara! Dia cowoknya si Lula!” kata seorang perempuan yang dari suaranya Qailula kenal bernama Siska-sekretarisnya El Bara.“Ih dia yang deketin gue duluan kali … dia curhat-curhat gitu tadi di pantry katanya pacaran sehat sama si Lula … trus dia kode-kode ngajakin hubungan tanpa status buat menyalurkan kebutuhan biologisnya doank dan gilanya dia bilang cinta banget sama Lula.” Berlian lantas tergelak.“Dasar cowok! Enggak dikasih selangkangan sama ceweknya malah cari selangkangan cewek lain,” celetuk Berlian lalu terdengar suara air keluar dari kran.“Terus untungnya buat lo apa?” Siska bertanya lagi.“Dia nawarin gaji dua puluh juta sebulan buat nemenin bobo doank.” Berlian menjawab.Tahu bagaimana ekspresi Qailula?Dia menatap kosong toilet tanpa ada perasaan terkejut.Qailula tidak merasa heran, El Bara yang lama hidup bebas pasti ha
Acara malam itu baru selesai hampir tengah malam, setelah berbasa-basi sebentar dengan Ghazanvar—Evrard yang sudah menangkap sosok Qailula di pintu utama langsung pamit untuk menyusul sekretarisnya.“Kita pulang sekarang,”kata Evrard.“Sebentar lagi pak Joko datang, Pak.” Qailula memberitahu.“Oke.” Evrard bergumam.Meski hanya cahaya bulan dan lampu-lampu temaram yang menjadi penerang saat itu namun Evrard masih bisa melihat dengan jelas wajah pucat Qailula.“Kamu sakit, La?” Evrard bertanya, ekspresi wajahnya tampak khawatir.“Enggak, Pak.” Qailula memang merasa tidak sakit, hanya lelah saja.“Itu mobilnya.” Qailula menunjuk mobil yang melaju mendekat ke arah mereka.Qailula membuka pintu untuk Evrard, tubuhnya tiba-tiba terdorong pelan oleh pria itu hingga masuk ke dalam mobil.Dia jadi duduk di kabin belakang bersama Evrard yang baru saja menutup pintu.Yang membuat Qailula was-was adalah Evrard juga menutup sekat pembatas antara kabin depan dengan kabin belakang.Mobil
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b