Dari dalam mobil, Evrard melihat dua petugas medis gadungan mendorong sebuah ranjang pasien mendekat dengan cepat.Evrard duduk di kabin belakang sementara pak Joko sebagai pengemudi bersiap menerima Vita dengan melepaskan rem tangan.Salah satu pria yang tadi mendorong ranjang Vita membuka pintu mobil sementara pria yang lain menggendong Vita yang dalam keadaan pingsan ke dalam mobil lalu menurunkannya di kabin belakang di samping Evrard.Setelah itu dua pria tadi masuk ke dalam mobil, salah satunya menempati kursi penumpang depan dan satunya lagi duduk kabin belakang bersama Evrard mengapit Vita.Lalu seorang pria berpakaian sekuriti datang kemudian mendorong ranjang pasien pergi dari sana bersamaan dengan pak Joko membawa mobil pergi dari area belakang rumah sakit milik tante Zara.“Kalian pakai apa untuk membuat dia pingsan? Dia dalam keadaan lemah dan sedang hamil,” kata Evrard bertanya.“Obat bius khusus dengan dosis aman untuk nona Vita, Pak … karena tadi nona Vita hampir
“Azura!” Suara cempreng Janina membuat Qailula mengangkat pandangannya dari pembukuan hari ini yang sedang dia kerjakan.“Janina ….“ Qailula balas menyapa namun dengan senyum yang dipaksakan dan sorot mata sayu serta wajah pucat pasi.“Kamu sakit?” Janina mendekat dengan raut khawatir.Mengulurkan tangan untuk mengecek suhu tubuh Qailula.“Kamu demam, Azura …,” kata Janina semakin khawatir.“Iya … aku hanya butuh istirahat.” Qailula menyahut.“Ya sudah, kamu enggak perlu antar aku … kamu istirahat saja … aku antar kamu pulang ya?” kata Janina lagi.“Tidak perlu Janina ….” Kalimat Qailula menggantung saat Fabiano datang dari area belakang untuk menutup toko.“Fabiano … bisa kamu antar Janina ke Genova? Ibunya sakit, dia harus menjenguknya … Seharusnya aku yang mengantar Janina ke sana tapi aku sedang tidak enak badan.” Qailula memohon dengan tampang memelas.Fabiano menoleh menatap Qailula, dia tahu kalau Qailula memang sedang sakit bahkan Yadi siang dia yang membelikan Qailul
Di dalam pesawat, Vita terus waspada menatap orang-orang yang duduk di kabin tengah.Dia masih belum mengerti dan yakin apa sebenarnya mau Elvern dan kenapa pria itu mengirimnya ke Itali.Mata Vita membulat dan tubuhnya menegang tatkala salah seorang pria yang mengenakan pakai petugas medis datang mendekat.“Cek suhu dulu,” kata pria itu ramah.Pria petugas medis menempelkan alat pengecek suhu di kening Vita kemudian beralih pada alat tensi.Vita tidak menolak karena menurutnya apa yang dilakukan petugas medis tidak membahayakan justru untuk menolongnya.“Aku tahu kamu baik, kamu hanya petugas medis … jadi bisakah kamu menolongku kabur setelah kita sampai di Itali nanti?” Vita sedang membujuk.Pria petugas medis tampak seperti orang Indonesia asli, siapa tahu hatinya terketuk sebagai sesama orang Indonesia untuk saling membantu.“Nona adalah wanita yang dicintai tuan Elvern Alterio … tuan Elvern mengorbankan banyak materi untuk bisa bersama Nona jadi sebaiknya Nona jangan kabu
Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Elvern begitu dia sampai di rumah dan bertemu kedua orang tuanya. “Apa-apaan sih kamu, El? Kenapa kamu bertingkah seperti ini? Apa salah mommy dan daddy sama kamu?” Mommy nyerocos padahal tadi daddy yang menampar Elvern. “Maafin El ya Mi, apapun yang dikatakan tuan Kurota dan om Arkana benar semua … El enggak akan ngelak,” kata Elvern yang sudah bisa menebak kalau tuan Kurota pasti telah menghubungi kedua orang tuanya untuk mengabarkan berita pembatalan perjodohan tersebut. “Enggak El, kali ini Mommy enggak bisa maafkan kamu … kamu bikin Mommy dan daddy malj dan kamu tahu, berapa kerugian yang daddy kamu tanggung atas batalnya kerjasama dengan tuan Kurota?” balas mommy dengan nada tinggi. Sudah menjadi hal biasa kalau daddy tidak akan mendapat kesempatan bicara manakala mommy tengah kecewa oleh kelakuan Elvern karena mommy ingin sampai puas memarahi si sulung. “El janji akan dapatkan pengganti tuan Kurota dalam waktu dekat,” kata
Elvern tidak sabar ingin bertemu Vita, dia mengatakan kepada kedua orang tuanya akan pergi ke Rusia sepulang kerja guna meloby seorang Pengusaha yang bisa menggantikan tuan Kurota padahal dia pergi ke Itali.Tentunya kedatangannya ke Itali tanpa sepengetahuan Bianco, itu kenapa Elvern menggunakan penerbangan komersil sementara privat jetnya terbang ke Rusia.Sebelumnya dia menghubungi Ghazanvar untuk membelikan mobil mewah yang akan dia gunakan setiap kali ke Itali sehingga saat sampai ke Bandara, mobil sudah menanti dan siap membawanya bertemu Vita.Tiba-tiba jantung Elvern berdetak kencang seiring mobil yang ditumpanginya memasuki gerbang depan Mansion dengan penjagaan ketat.Dia langsung turun tepat setelah mobil berhenti, langkahnya menderap di dalam Mansion yang luas setelah mendapat sambutan para pelayan.Elvern berhenti di depan pintu ganda kamar utama, dia mengangkat tangan mengetuk pintu kemudian mendorong benda tersebut.Tatapannya langsung bersirobok dengan Vita yang
"Baby ...." Elvern beringsut maju mendesak tubuh Vita."Apa ih, geser sana sempit!" Vita mendorong wajah Elvern bukan dadanya membuat kepala Elvern mendongak.Elvern menjauhkan tangan Vita dari wajah tanpa merasa risih apalagi kesal lalu mengecup telapak tangannya menghasilkan desiran di dalam tubuh Vita."Ayah tiri kamu sedang dalam proses hukum ... enggak akan lama lagi vonis hukumam Penjara, aku udah titip rumah kamu ke pak RT biar nanti kalau bunda kamu pulang dan pak RT akan kabarin kita." Dengan santai Elvern bicara sembari memainkan rambut Vita.Perlahan Vita menoleh, sesaat menatap wajah tampan itu.Elvern balas menatap Vita, dadanya mulai panas oleh gejolak hasrat karena gaun tidur Vita berkerah rendah sehingga mengekspose sebagian besar buah dadanya."Aku percaya kamu bisa menghukum ayah tiriku, tapi ... apa kamu bisa menemukan bunda aku? Kalau kamu bisa menemukan aku dan tahu semua tentang aku pasti kamu juga bisa menemukan bunda." Suara Vita rendah sekali karena seda
“Dari tadi, aku nungguin kamu bangun ….” Elvern menjawab seraya bangkit dari tempat tidur usai melepaskan pelukan.“Aku pergi ya, Vit … kalau hari ini berkas kamu datang, kamu akan diantar ke kampus sama Diego …,” kata Elvern yang sedang melangkah menuju kamar mandi.“Diego yang kepala asisten rumah tangga di sini?” Vita menyusul Elvern ke kamar mandi.“Iya ….” Elvern menjawab dari dalam kamar mandi.“Enggak mau ah, dia jutek … kadang kalau aku nanya, dia enggak mau jawab.” Vita bersandar pada dinding kaca kamar mandi yang tanpa pintu itu.“Ya udah, aku pecat dia sekarang dan langsung cari gantinya.” Setelah Elvern bicara demikian terdengar suara air shower mengalir deras.“Eh … jangan!” sergah Vita, dia jadi tidak enak hati kalau sampai ada yang kehilangan pekerjaan karenanya.Vita menegakan punggung kemudian menarik langkah menuju sebuah meja di mana terdapat sebuah jar berisi air.Vita menghabiskan satu gelas kecil air mineral sebagai ritual paginya. Tidak lama Elvern k
“Dari mana kamu?” Suara daddy menggelegar di ruangan gelap yang sedang Elvern lewati. Elvern menghentikan langkah kemudian lampu menyala.Mommy Kalila dan daddy King sedang duduk di sofa, mereka mengenakan pakaian tidur karena memang hari telah larut.“Dari kantor, Dad … ‘kan tadi siang kita sempet zoom meeting.” Elvern menjawab santai dan tenang tanpa dosa.“Kemarin … kemarin kamu dari mana? Kenapa privat jet kamu mendarat di Rusia tapi enggak ada booking hotel atas nama kamu di sana dan klien yang katanya akan kamu temui sedang berada di Jerman makan malam dengan Daddy.” Daddy menuntut penjelasan.Kali ini Elvern sepertinya telah membuat kedua orang tuanya murka bila dilihat dari ekspresi wajah mommy Kalila dan daddy King yang bengis.Elvern melangkah mendekati kedua orang tuanya seraya mengembuskan nafas panjang.“Tapi ‘kan aku berhasil mengajak tuan Adrik kerjasama dengan perusahaan kita menggantikan tuan Kurota … memangnya Daddy belum denger beritanya? Besok tuan Adrik ak
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b