Canggung adalah suasana yang harus mereka hadapi pagi ini.Terutama Evrard yang sudah melakukan silent treatment tapi berakhir kalah dengan mendatangi Qailula.Padahal awalnya Qailula merasa kalau dia sedang bermimpi dipeluk Evrard namun nyatanya pria itu benar-benar datang, meluruhkan egonya.Apalagi alasan Evrard sampai bisa seperti ini jika bukan karena cinta.Tapi dalam kasus Evrard dan Qailula, cinta saja tidak cukup untuk membuat mereka bisa bersama.Saat ini Evrard dan Qailula duduk saling berhadapan di meja makan melakukan sarapan pagi dalam hening, sesekali saling mencuri pandang lantas segera memutusnya secara bersamaan sewaktu tatapan mereka bersirobok.“Kemarin siang, Bara memaksa kamu lagi untuk menerima tawarannya?” Akhirnya Evrard buka suara.“Iya.” Qailula menjawab singkat malas-malasan.“Apa jawaban kamu?” Rasa penasaran tersirat dalam nada suara Evrard.“Aku belum memberikan jawaban.” Qailula menjawab jujur.“Lalu … apa keputusan kamu?” Evrard menatap Qailu
“Ba-baik Nona Sienna … akan saya sambungkan.” Bip.Qailula sedang menahan panggilan dari Sienna dan langsung menghubungi pesawat telepon di ruangan Evrard.“Kenapa La?” Evrard menjawab cepat.“Nona Sienna telepon.” Suara Qailula terdengar lemas.“Kamu bilang apa sama dia?” “Aku bilang mau aku sambungkan.” Qailula mengerutkan wajahnya sembari menggigit bibir bawah, perasaannya campur aduk dengan perasaan bersalah mendominasi.“Ya udah sambungkan.” Detik selanjutnya tanpa menimpali perintah Evrard, Qailula langsung menyambungkan panggilan telepon dari Sienna ke pesawat telepon yang berada di ruangan Evrard.“Hallo.” Evrard bersuara setelah melihat lampu di pesawat telepon menyala pertanda dia sudah tersambung dengan Sienna.“Apa yang terjadi? Kemarin aku menghubungimu tapi kamu enggak menjawabnya sampai panggilanku tersambung ke voice mail.” Sienna dengan nada dingin dan ketusnya.Andaikan Evrard bisa melihat tampang Sienna saat ini pasti bulu kuduknya akan merinding karen
“Pi, nama cewek yang disuruh uncle Bianco untuk dijagain itu siapa?” Tante Zara bertanya kepada suaminya yang datang ke rumah sakit untuk menjemput.“Emm … siapa ya lupa, Kalula apa Kalila gitu … mirip-mirip nama si Kak Lila sih …,” balas om Arkana acuh sembari mematuti layar ponselnya membalas pesan yang masuk.“Qailula bukan?” Tante Zara menyebutkan sebuah nama.“Iya kali, si Roger yang Papi tugasin.” Lagi-lagi Arkana menjawab enteng.“Bukannya Qailula itu sekertarisnya ayah Narendra?” ujar tante Zara kembali dan berhasil mengambil alih perhatian Om Arkana.“Oh ya?” Om Arkana malah balik bertanya.“Ada fotonya enggak? Papi suka lupa nama tapi kalau wajah pasti kenal.” Tante Zara merotasi bola matanya malas, dia lantas memberikan ponselnya kepada sang suami di mana di layarnya ada foto Qailula yang dia dapatkan dari foto sewaktu pernikahan keponakan suaminya di Jerman beberapa waktu lalu.“Oh iya … ini sekretaris ayah, selain pak Tyo—dia ‘kan yang suka dibawa-bawa ayah kalau
Di sisi lain, Qailula baru tahu kalau otak Evrard sangat cepat berpikir untuk mencari alasan dalam berkilah atau menciptakan suatu kebohongan.Seperti saat pria itu dicecar Sienna dalam sambungan telepon, begitu tenang Evrard menjawab pertanyaan Sienna dengan alasan rasional dan masuk akal membuat wanita itu kehabisan kata-kata untuk mencecarnya lagi.Begitu juga dengan kehamilan Qailula, sepertinya Evrard sudah memiliki banyak rencana untuk menutupi kehamilannya ini hingga sanggahan apa yang harus dia berikan agar terlepas dari tuduhan kalau anak yang tengah dikandung Qailula adalah anaknya.Sampai pada akhirnya Qailula sadar kalau dia dan anak ini akan selalu disembunyikan, tidak akan pernah mendapat pengakuan Evrard.Padahal dia sendiri yang menginginkan itu tapi kenapa kalau dipikirkan kembali rasanya sakit sekali?Qailula menundukan kepala menyembunyikan raut sendunya.“Istirahat lah, sebentar lagi makan malam datang … aku akan menemani kamu di sini.” Evrard menundukan kepa
“Mbak Lula segera ke sini ya untuk mengurus segala sesuatu ya.” Qailula memutus sambungan telepon sepihak, tidak sempat memberikan respon karena terlalu syok, tidak percaya kalau sang nenek meninggalkannya begitu saja.Dia menyesal tidak setiap hari menjenguk beliau.Pekerjaannya terlalu menyita waktu belum lagi kondisi tubuhnya yang sangat lemah dan sering sakit-sakitan semenjak mengandung membuat Qailula semakin jarang mengunjungi nenek.“Enggak mungkin.” Qailula bergumam.Dia menutup wajahnya menggunakan kedua tangan kemudian menangis sejadi-jadinya.Bu Dena mendekat untuk menenangkan Qailula dengan cara mengusap-ngusap punggungnya.Perawat yang mengantar Qailula awalnya merasa heran tapi kemudian bu Dena menjelaskan apa yang terjadi sehingga sang perawat membawa Qailula yang duduk di kursi roda berpindah ke area tunggu untuk memberi waktu agar Qailula bisa menenangkan diri.Namun tidak lama, setelah kesadarannya dia raih, Qailula meminta perawat membawanya ke ruang ICU.
Evrard berlari keluar dari ruangannya setelah mendapat kabar tentang neneknya Qailula dari pak Joko melalui sambungan telepon sesaat setelah dia mengaktifkan ponselnya bermaksud menghubungi Qailula.“Saya duluan, Vin!” seru Evrard ketika melewati meja Kevin.Kevin membuka mulutnya hendak menahan Evrard karena masih banyak pekerjaan yang membutuhkan perhatian pria itu namun suara Kevin tidak sempat keluar lantaran Evrard sudah melewati lorong yang menghubungkan ke area lift.Kevin mengembuskan nafas panjang, bahunya melorot dengan mata merotasi malas.“Si mbak Lula lagian pake ambil cuti panjang buat merawat neneknya, jadi repot ‘kan gue.” Kevin bergumam.Detik berikutnya dia tertegun mengingat obat yang dimasukan ke dalam teh Qailula kemarin.“Apa mbak Lula sebenarnya sakit ya? Mungkin obatnya sudah bekerja … tapi mbak Lulanya enggak kenapa-kenapa, kan?” Kevin bicara sendiri, dia jadi cemas.“Vin, kok seharian ini aku enggak liat Lula … Lula sakit lagi?” El Bara tiba-tiba datan
Pria itu terpekur mencerna ucapan bu Dena barusan, sekarang Qailula sebatang kara hanya dirinya orang terdekat Qailula andaikan benar dia adalah suaminya Qailula.Namun pada kenyataannya mereka tidak menikah dan tidak akan pernah bisa menikah, jadi hanya janin itu satu-satunya keluarga terdekat Qailula nanti.Itu sebabnya janin yang ada di dalam rahim Qailula harus hidup dan lahir dengan sehat.Evrard mengulurkan tangannya mengusap perut Qailula, matanya mulai berkaca-kaca sementara gerakan tangan pria itu bergetar lantaran dadanya bergemuruh hebat.“Kamu harus sehat ya Nak … nanti kamu yang akan menemani mommy karena Daddy enggak bisa selalu bersama kalian.” Evrard bicara kepada sang janin di dalam hati.Perlahan kelopak mata Qailula terbuka seiring dengan erangan tertahan dan pergerakan tubuhnya yang menggeliat.“Ev …,” lirih Qailula tatkala menangkap sosok Evrard di mana saat ini dia sedang membutuhkan pria itu.“Baby.” Evrard duduk di tepi ranjang kemudian merengkuh tubuh Q
“Ada kabar terbaru dari Roger?” Tante Zara bertanya kepada suaminya yang belum juga memberi kabar tentang pencarian pria yang telah membunuh mendiang neneknya Qailula.“Belum Mi, tapi Papi udah kerahin orang untuk menangkap pria itu.” Om Arkana menjawab, keduanya berada di dalam lift kosong yang akan membawa mereka ke ruangan Qailula.Sebelum bertolak ke Singapura nanti sore karena besoknya pesta pernikahan putra kedua mereka akan berlangsung di sebuah resort termewah di sana—tante Zara dan om Arkana mengunjungi Qailula di ruang rawatnya.“Mami udah periksa selang infus yang digunakan sama mendiang neneknya Qailula mengandung zat berbahaya yang bisa langsung menghentikan pacu jantung … Mami yakin, orang itu suruhan Sienna … Ev harus tahu, tapi gimana cara kasih tahunya dan belum tentu dia percaya.” Tante Zara mengesah.“Kita kumpulan bukti, setelah Papi menemukan pria itu … Papi akan membuatnya mengaku agar Ev percaya.” Om Arkana memiliki rencana.Tante Zara menganggukan kepalany
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b