Salah satu alasan kenapa Elvern berani kabur dari rapat adalah karena rapat itu sebentar lagi selesai.Mommy dan daddy harus terbang ke Indonesia dua jam lagi untuk menghadiri pesta pernikahan keponakan mommy dari om Kama yang bernama Zyandru.Itu kenapa mommy dan daddy tidak mendebat atau menahan Elvern karena mereka sedang terburu-buru.Elvern sendiri tadinya akan datang, ikut bersama mommy dan daddy tapi karena Vita dikabarkan menghilang jadilah dia memilih pergi ke Itali.Pria itu menggunakan mobil untuk sampai ke Bandara mengingat landasan heli di atas gedung ini sudah diisi helikopter yang akan membawa mommy dan daddy ke Bandara.Tidak mungkin juga Elvern nebeng bersama mereka sampai Bandara sementara kedua orang tuanya itu tidak merestui hubungannya dengan Vita.Elvern tidak mengerti kenapa Vita berani kabir, yang dia dengar dari Diego—Vita tidak kesepian lagi karena memiliki dua sahabat baru.Jalanan sore itu sangat macet, berulang kali dia berdecak lidah kesal di kursi
“Qailula? Kamu Lula ‘kan!” seru Elvern sembari mencengkram lengan Qailula.Qailula tergagap, matanya mengerjap dengan cepat, dia syok dan sedang berusaha mengelak tapi otaknya blank.Mendengar suara bariton dari luar yang memanggil sebuah nama tidak mereka kenal, Vita dan Janina langsung bergegas memeriksanya ke ruang tamu.“Elvern!” Vita bergumam tanpa sadar membuat Elvern dan Qailula menoleh.“Vita … baby ….” Elvern mengesah, raut wajahnya tampak lega.Dia masuk lebih jauh ke dalam rumah sambil mencengkram pergelangan tangan Qailula yang jadi diseret pria itu menghampiri Vita.“Kamu ….” Elvern menatap Qailula dan Vita bergantian.“Kamu kenal sama Lula?” tanya Elvern pada Vita menggunakan bahasa Indonesia sehingga Janina tidak mengerti apa yang diucapkannya.Vita dan Janina menoleh menatap Qailula yang raut wajahnya tampak panik dan gugup.Sampai di sini Qailula sudah tahu kalau pria yang masih mencengkram tangannya ini adalah Elvern-kakaknya Evrard dan tentu apa yang Elvern
Elvern berpindah duduk ke samping Vita setelah Qailula pergi meninggalkan mereka di living room.Vita yang terjebak antara sandaran tangan kursi dan Elvern jadi tidak bisa bergerak lantaran tangan Elvern yang memegang sandaran tangan kursi mengungkungnya.“Vit … mau sampai kapan kamu membuat aku memohon?” Sekarang Elvern lebih serius membuat Vita menoleh menatapnya tajam.“Sampai kamu tahu rasanya sakit ditinggal begitu saja setelah menjadi pelampiasan hasrat seperti yang aku rasakan setahun lalu … aku kejar kamu sampai halaman depan tapi enggak sekalipun kamu mendengar teriakan aku … kamu pikir semua materi dan makanan enak yang kamu kasih itu membuat aku bahagia? Enggak, El … percuma kalau enggak sama kamu ….” Vita menghentikan kalimatnya, langsung tersadar telah keceplosan bicara.Dan senyum Elvern seketika terbit, dia semakin yakin dengan perasaan Vita yang sama dengannya.Tentu saja, tidak sulit mencintai pria Alterio dengan kesempurnaan fisik dan kemapanan dari segi finansi
“Selama ini aku berusaha mengambil hati mommy sama daddy, menunjukkan kalau aku pria bertanggungjawab agar bisa nikahin kamu karena kedua orang tua aku enggak merestui kita bukan karena enggak suka sama kamu tapi karena takut aku menyakiti kamu dan anak kita nanti mengingat kebiasaan aku yang brengsek khawatir membuat rumah tangga kita gagal di tengah jalan … jadi selama ini aku berusaha memperbaiki diri, memantaskan diri untuk bisa menikahi kamu.” Nada suara Elvern terdengar tulus sampai mampu meloloskan buliran kristal dari sudut mata Vita.Elvern melapisi satu sisi wajah Vita dan mempertemukan tatap mereka.Sesaat netra keduanya saling terpaku karena terkadang mata lebih jujur dari pada bibir. Selanjutnya Vita tidak menolak saat Elvern menyatukan bibir mereka memberikan lumatan lembut.Vita luluh, percaya dengan ucapan Elvern yang terlontar begitu tulus dengan ekspresi serius dan sorot mata penuh keyakinan.Jadi Vita diam saja saat Elvern mulai mengecupi lehernya sambil meluc
Sudah lama Evrard tidak berkumpul dengan para sepupunya.Dia menarik diri karena baginya tidak ada kebahagiaan selain bersama Qailula.Tapi di pesta pernikahan kakak sepupunya-Zyandru tidak mungkin dia tidak datang apalagi mommy dan daddy jauh-jauh dari Jerman menyempatkan untuk menghadiri pesta tersebut.Evrard menatap cermin sembari mengancingkan kemeja, masih terekam jelas dalam benaknya momen saat Qailula yang mengancingkan kemejanya setiap pagi lalu memasang dasi dan merapihkan kerah kemeja.Setelah Qailula, Evrard tidak mengijinkan orang lain melakukan itu padanya.Dia mengendarai sendiri mobil mewahnya ke pesta Zyandru, selalu disediakan jasa valet setiap kali Gunadhya membuat hajatan sehingga dia tidak perlu repot mencari tempat parkir.Sampai di sana acara belum mulai tapi seluruh anggota keluarga telah hadir.Evrard mengecek ponsel, terdapat satu pesan dari mommy yang mengatakan akan datang terlambat.Mommy dan daddy masih dalam perjalanan udara, mereka langsung data
Qailula dan Evrard duduk di bangku sebuah taman, pandangan mereka tertuju pada pegunungan hijau membelakangi sebuah Benteng yang dibangun pada zaman kuno.Sudah hampir lima belas menit lamanya mereka berdua duduk di sana tanpa suara setelah tadi Alberto meminta Evrard agar membawa Qailula ke taman untuk bicara.Mengetahui betapa baiknya orang-orang di sini kepada Qailula membuat Evrard lega karena nyatanya Qailula tidak hidup menderita.“La … aku minta maaf ….” Evrard meraih tangan Qailula lalu mengisi sela jemari rampingnya.Qailula hanya melirik sekilas sebelum akhirnya mengembalikan pandangan ke pegunungan di depan, tidak menolak genggaman tangan Evrard tapi tidak juga menyambutnya.“Udah cukup kamu menghukum aku La, kita pulang sekarang ke Jakarta … lalu, menikah …,” sambung Evrard dengan nada rendah tapi tegas memaksa.“Entahlah, Ev … aku lebih suka di sini, hidup sederhana … apa adanya … ak—“ Kalimat Qailula terjeda.“Oke, kalau gitu aku akan pindah ke sini juga,” sela Ev
“Jadi gimana La? Kamu mau balik ke Jakarta?” Vita bertanya di tengah acara memasak untuk makan malam.Di dapur rumah Qailula yang mungil ini juga ada Janina membantu mereka.“Kamu sendiri gimana?” Qailula malah balik bertanya.“Gini ya La, kalau kamu balikan sama Evrard dan pulang ke Jakarta … aku juga akan balikan sama Elvern … tapi kalau kamu memutuskan tinggal di sini aja, aku juga akan tinggal di sini sama kamu … pokoknya aku mah gimana kamu.”Qailula tertawa pelan mendengar celotehan Vita kemudian dia tersadar kalau raut wajah Janina tampak bersedih.Qailula menyikut lengan Vita lantas mengendik ke arah Janina yang tengah memotong paprika di meja dapur.Vita meringis, itu kenapa dia menyerahkan keputusan kepada Qailula karena berat hati meninggalkan Janina.Qailula dan Vita menarik kursi meja makan mengapit Janina.Janina yang menyadari kalau Qailula dan Vita sudah berada di samping kiri dan kanannya seketika menoleh ke arah mereka secara bergantian.Qailula dan Vita kem
Evrard tidak ke Jerman untuk menunggu kedua orang tuanya pulang, dia malah langsung bertolak ke Jakarta.Menurut informasi, kedua orang tuanya baru saja berangkat dari Jakarta di saat yang sama dia mengudara pulang ke Jakarta.Evrard sedang merajuk, kedua orang tuanya harus tahu kalau dia kesal karena mereka yang menyembunyikan Qailula.Padahal hampir dua tahun terakhir Evrard hidup merana mengkhawatir nasib Qailula yang tidak jelas. Meskipun niat mereka baik tapi tetap saja Evrard tidak suka.Qailula masih bersikap dingin kepadan Evrard dan Evrard akan pelan-pelan membuka hati Qailula untuk bisa menerimanya kembali.Tadi baru saja Rio memberikan sebuah informasi mengenai berkas yang harus dia pelajari dan tanda tangani untuk segera dijalankan besok jadi mau tidak mau Evrard harus membuka MacBook yang tersedia di pesawat untuk menyelesaikan pekerjaannya.Qailula yang duduk di depan Evrard sesekali mencuri pandang pada pria tampan itu yang begitu serius menatap layar MacBook, k
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b