BAB 4 - WORKING
Di sebuah danau pinggir kota..
Terik matahari yang seakan membakar kulit dan menyilaukan mata jika memandangnya dengan mata telanjang itu telah berpamitan kepada dua sejoli yang tengah melakukan acara kencan ala – ala pasangan yang sedang dimabuk asmara namun terkesan aneh bagi beberapa manusia – manusia lain yang melihatnya. Bagaimana tidak aneh, seorang pria yang notabenenya adalah seorang CEO di sebuah grup perusahaan terbesar di Asia mengajak seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan ialah kekasih yang ia kencani setahun terakhir ini dengan mengajaknya kencan menonton beberapa film – film lawas pada layar LCD di dalam supercar yang ia pasang tempo lalu dengan bantuan si jangkung alias Azri sahabat rusuh dari Rissa si cerewet sang pujaan hati.
Namun bukannya protes atau kesal, gadis bersuara cempreng dan cerewet itu sangat menikmati momen berduanya bersama pria kulkas beton yang duduk disampingnya dengan menikmati minuman juga snack terakhir yang tersisa dari hasil belanja di minimarket tadi siang. Mereka berrdua memang sangat kompak dalam melakukan hal – hal yang tidak masuk akal bahkan terkesan unik dan anti mainstream mengikuti gaya berpacaran anak muda zaman sekarang yang terkesan hedon.
Sebenarnya hari ini Ken akan mengajak Rissa menonton film di bioskop mall di kota itu. Tapi karena insiden saling mendiamkan itu berakhir di tepi jalan dengan memakan waktu yang tidak sedikit namun membuahkan hasil perdamaian diantara keduanya, mereka memutuskan untuk menonton film di tempat lain dan berakhir di danau pinggir kota. Keduanya tampak menikmati waktu berduanya dengan maksimal, selain menonton film – film lawas, mereka juga mendengarkan musik dan ikut beryanyi ketika musik favoritnya tengah bermain di urutan playlist yang mereka buat. Mereka benar – benar memanfaatkan waktu liburnya di hari minggu ini untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dari segudang rutinitas pekerjaan yang mereka emban masing – masing.
“By...” tanya Rissa pada Ken yang tampak memainkan ponselnya. Ken pun mengalihkan pandangan matanya kearah Rissa yang menatapnya dengan wajah imut.
“Yes baby, why?” tanyanya dengan menyimpan ponselnya. Rissa tampak meregangkan ototnya dan menguncir rambutnya asal ke atas yang terlihat berantakan akibat tingkah duduknya yang tidak beraturan selama menonton.
“Emmm, aku lelah by. Apa kita tidak pulang? Lihatlah, langitnya sudah berubah warna menjadi jingga,” ucap Rissa kembali menatap Ken. Ken pun ikut meregangkan ototnya dan melihat jam di pergelangan tangannya dan melihat langit yang ditunjuk Rissa, “Hampir lima jam kita berada disini, pantas saja langit sudah jingga sekarang sudah jam lima lebih baby. Baiklah ayo rapikan dulu sampah makanan dan minuman kita,” jawab Ken sambil meraih kantong plastik yang ada dibawah kakinya.
***
Kediaman Adam Salvino,
Setelah berjam – jam berada dirumah sahabat sekaligus calon besan dalam hitungan beberapa bulan ini, kedua pasangan suami istri legend itu tengah duduk di ruang makan dengan beberapa pelayan membawa hasil masakan si nyonya Adam, alias mom Nia untuk menu makan malam kedua pasutri itu. Tampak suaminya melipat koran yang sedang ia baca dan meletakkannya di kursi kosong sebelah kirinya.
“Darl, apa kau yang memasak semua ini?” tanya Adam dengan meraih gelas berisi air putih didepannya hendak meminumnya sambil melihat istrinya tengah membantu pelayan menyiapkan makan malam mereka.
“Yes dad, kau harus mencobanya, ini resep yang baru saja aku dapatkan dari Nad tadi siang” jawab sang istri dengan senyum khasnya yang merekah. Adam yang mendengar kata resep baru itu pun tersedak,
“Uhuuk.. uhuuk.. kau bilang resep baru mom?”tanyanya memastikan pada sang istri yang menepuk – nepuk punggungnya dengan hati – hati.
“Iya sayangku, minumlah pelan – pelan tidak akan ada yang berani memintanya, kecuali aku jika ingin... kau pasti tau kan. Dasar kau ini memang pria energik hihi..” jawab Nia dengan mengerlingkan matanya genit pada sang suami yang langsung berdehem menahan malu pada para pelayan yang masih berada di ruang makan itu karena ucapan sang istri yang menurutnya tidak punya malu dan tidak berfilter itu.
Para pelayan yang mendengar obrolan kedua pasangan suami istri legend itu hanya bisa menahan senyumnya dan ingin cepat – cepat kembali ke dapur untuk segera menghindari drama pasutri yang mungkin sebentar lagi akan berlangsung pada detik ini. “Mom, diamlah..” ketus Adam pada Nia yang masih menyunggingkan senyum sambil melirik pada para pelayan yang berdiri di depannya.
Para pelayan berpamitan kepada keduanya dan segera beranjak ke dapur untuk merapikan beberapa peralatan masak yang digunakan nyonya besar di rumah itu untuk mencoba memasak resep baru yang didapatnya dari sahabat baiknya. Terlihat banyak sekali peralatan memasak yang keluar dari lemari di ruang dapur itu yang tengah di cuci dan dirapikan kembali oleh pelayan yang bergantian bertugas untuk mencuci peralatan bekas tempur memasak sang nyonya besar Adam.
Diruang makan terlihat Nia mengambilkan menu makan malam suaminya yang tampak gelisah melihat sang istri mulai menyendokkan beberapa lauk hasil eksperimennya mencoba resep baru dari Nadhine. “Darl, kurasa sudah cukup. Malam ini aku ingin mengurangi lauk karena aku merasa tubuhku berbalut sedikit lemak jahat,” ucap Adam yang membuat Nia menghentikan kegiatan memilihkan beberapa lauk dan menatap kearah suaminya.
“Oh, apakah malam ini kau akan diet dad? Kurasa tubuhmmu masih bugar dan tidak berlemak sedikitpun. Kau masih sangat sexi dad, aku bisa merasakannya hehe” jawab Nia dengan senyuman jahilnya yang membuat Adam salah tingkah.
“Emm, mungkin kau tidak bisa melihatnya mom. Tapi aku merasakan tubuhku sedikit berlemak dan kau tentu tau kan, itu emm membuatku sedikit emm risih,” Adam memberikan alasan yang bisa diterima Nia, dan akhirnya ia mengehela nafas lega melihat istrinya berhenti menyendokkan lauk dipiringnya.
“Baiklah, aku tidak akan membuatmu berlemak dad. Sekarang cobalah hasil perdana resep baru ku dad,” pinta Nia dengan berbinar membuat Adam gelagapan karena ia bisa menebak rasa yang tercipta dari hasil karya yang dibuat istrinya, dengan tersenyum kaku Adam mulai memakan menu masakan Nia dan sedikit memejamkan matanya untuk mengurangi rasa nano – nano seperti yang ada dipikirannya.
“Emm, apa saja bahan yang kau pakai mom? Resep kali ini terasa bersahabat di lidah daddy. Baru pertama ini kau memasak makanan manusia nomal darling. Eh, emm itu maksutku resep perdana masakanmu ini sangat lezat untuk manusia seperti aku ini yang akan diet,” ucap Adam dengan meralat beberapa perkataannya yang terakhir agar sang istri tidak murka mendengarnya. Nia yang mendapat pujian dari suaminya itu tertawa bahagia dan ikut menyicipi masakan yang ia buat dengan susah payah itu, sebenarnya yang susah payah adalah pelayan yang membantunya memasak karena Nia berulang kali melakukan kesalahan memasukkan bumbu – bumbu.
“Akhirnya setelah sekian purnama, kau sangat menikmati hasil masakanku dad. Aku senang sekali, sayangnya kau sedang mengurangi jatah makanmu padahal aku memasaknya banyak sekali,” ucapan Nia membuat Adam merasa bersalah karena sudah membohongi sang istri, karena ia takut rasa masakan Nia akan seperti nano – nano seperti sebelum – sebelumnya.
“Tenang darl, sepertinya aku akan membatalkan diet malam ini. Untuk sisa yang lain kau kan bisa membaginya kepada mereka, bukankah mereka juga sudah membantumu memasak ?” tanya Adam pada Nia yang terlihat sedikit sedih.
“Aku sudah membaginya dengan mereka dad, bahkan satpam pun sudah kebagian masakanku. Kau yakin tidak diet malam ini??” tanya Nia memastikan kembali ucapan Adam. Adam pun mengangguk dan seketika senyuman merekah tampak di wajah Nia. Mereka pun makan malam dengan lahap karena keberhasilan perdana hasil masakan Arshinta Kirania Salvino yang berhasil memasak makanan manusia normal dari masakan nano – nano menurut suami dan putra tunggalnya.
***
Satu jam perjalanan dari danau menuju ke kediaman Ardian, tampak supercar frozen grey milik Ken berhenti dan mengklakson depan rumah megah itu agar segera dibuka oleh penjaga. Setelah pagar terbuka lebar, Ken segera memarkirkan mobilnya di halaman dan membangunkan gadis cantik yang tertidur di sebelahnya dengan kepala yang menyandar pada bahu lengan kekarnya. Saat akan membangunkan, Ken tampak memandang penuh cinta dan mengelus lembut pipi mulus milik Rissa.
Rissa yang merasa ada elusan lembut pada pipinya pun membuka matanya perlahan dan melihat ke arah Ken yang semakin mendekatkan wajahnya dan membuat Rissa yang baru saja bangun mengerjapkan matanya salah tingkah. Ken yang sengaja melakukan itu membuat gadis itu memerah dan semakin salah tingkah dan memejamkan matanya kembali, “Hei, ayo turun apa kau akan tidur di mobilku?” tanya Ken datar setelah melepaskan seatbelt pada Rissa.
Rissa yang mendengar suara datar Ken segera membuka matanya kembali dan segera turun dari mobil dan membanting pintunya dengan keras. Ken yang masih berada di dalam mobil terlonjak kaget mendengar bantingan keras pada mobil kesayangannya. “Dasar barbar, apa dia malu karena salah mengira aku akan menciumnya?” kata Ken dengan melangkahkan kakinya keluar mobil untuk menyusul sang kekasih yang sepertinya sebal dengannya.
“Dasar sialan, apa dia sengaja menggodaku? Bikin malu saja,” gerutu Rissa pelan dengan menghentakkan kakinya keras sehingga membuat Ardian dan Nadhine yang sedang berada di ruang tamu menoleh. Mereka saling berpandangan dengan mengerutkan dahi melihat putri bungsunya pulang dengan bersungut – sungut.
“Kau itu kenapa honey? Apa kau dan Ken bertengkar??” tanya Nadhine pada putrinya yang masih kesal itu. Bukannya menjawab pertanyaan dari sang mama, Rissa menanyakan menu makan malam hari ini. “Aku hanya kesal saja mam, baiklah aku mau mandi dulu ya,” jawab Rissa dan pamit kepada kedua orang tuanya yang tampak bingung dengan kelakuan putrinya.
“Malam om, tante..” sapa Ken dari balik pintu dan berjalan kearah ruang tamu dan mengahampiri pasutri yang masih melihat kepergian putrinya, Rissa. “Eh, malam boy. Apa kalian sedang bertengkar??” tanya Adam dan Nadhine bersamaan. Keenan yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa tampak mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan dari kedua calon mertuanya yang beberapa bulan lagi ini terwujud.
“Bertengkar? Maksud om dan tante, Ken bertengkar dengan Rissa??” tanya Ken pada kedua pasutri itu yang menatapnya dengan penuh tanya itu. Ardian dan Nadhine kompak kembali menganggukkan kepalanya dan membuat senyum tipis di wajah Keenan.
“Tidak om, tante. Kami berdua tidak bertengkar, hanya saja Rissa sepertinya salah paham karena dia baru saja bangun tidur.” Jawab Ken santai. Mendengar penuturan Ken, kedua pasutri itu hanya ber oh ria. Rissa pun turun dari kamar dan menghampiri ketiga orang yang masih duduk di ruang tamu dan saling berbincang itu untuk mengajak mereka makan malam.
Setelah usai makan malam Keenan dan Rissa pamit pada Ardian dan Nadhine untuk mengobrol sebentar di taman belakang sebelum Ken pulang. “By, apa lusa kau jadi pergi ??” tanya Rissa pada Ken yang duduk disebelahnya yang terlihat sedang mengetik pada ponselnya. Ken yang mendengar pertanyaan dari Rissa hanya menatapnya sekilas dan kembali mengetik pada ponselnya seraya berkata, “Wait baby,” lalu diam dan terlihat mengecek beberapa email yang masuk dari asisten sekaligus sahabatnya.
***
Jika Rissa memiliki Azri dan Nara yang menjadi sahabatnya mulai dari taman kanak – kanak hingga dewasa, Keenan memiliki Jaden dan Zelle yang menjadi sahabat terbaik sejak dirinya kuliah di London hingga kini mereka bekerja di satu perusahaan milik Adam yang saat ini dikelola oleh putra semata wayangnya itu.
Mereka bertiga tidak kalah solid dengan ketiga biang rusuh itu, dimana jika salah satu dari mereka membutuhkan bantuan maka mereka dengan segera membantunya sampai tuntas. Ketika mereka masih berada di London, saat itu Ken dan Jad berada di salah satu klub & bar di kota itu yaitu Bounce Farringdon dan kebetulan melihat Zelle ketakutan karena kekasihnya yang mabuk dan mencoba untuk melecehkannya. Kedua pria kaku dan datar itu segera beranjak menghampiri sahabat wanitanya itu dan melayangkan beberapa bogeman di wajah kekasih Zelle hingga menimbulkan keributan,
“What the fuck are you doing??!!” maki Ken pada kekasih Zelle yang sudah tidak berdaya akibat pukulan – pukulan Jad yang mengenai titik lemahnya. “Fucking jerk?!!” umpat Jaden kemudian. Zelle yang ketakutan segera meraih tubuh Jaden dan Keenan untuk ia peluk dan membawa kedua pria yang tidak lain sahabatnya itu keluar dari klub & bar itu. Sedangkan kekasih Zelle yang kini sudah menjadi mantannya tergeletak tidak berdaya dan tampak di bopong oleh petugas keamanan klub.
Ketiganya sudah keluar dari klub dan berjalan ke area parkir, mereka tampak memasuki sedan mewah Roll Royce Phantom Halcyon mobil milik Jaden. Mereka bertiga tampak masih diam dan terlihat mengatur nafasnya agar lebih rileks. Kedua pria yang duduk didepan itu tidak mengatakan sepatah kata pun pada wanita yang duduk dibelakang itu dan beberapa menit kemudian melayangkan tatapan tajamnya ketika mereka membalikkan tubuh mereka untuk melihat wanita yang menjadi sahabatnya empat tahun ini. Hal itu membuat Zelle menundukkan kepalanya dan terisak,
“You stupid ?! Can’t you see??? That’s fucking dangerous,” sembur Jaden saat melihat Zelle yang terisak dan semakin menundukkan kepalanya takut pada dua pria kaku dan datar itu jika murka. Keenan hanya diam menatap datar Zelle dengan mata tajamnya. “Sorry..” jawab Zelle masih dengan sisa isakan setelah beberapa lama tidak berani menjawab pertanyaan Jaden. Kedua pria dihadapannya tampak mengembuskan nafasnya kasar dan membalikkan tubuh mereka ke depan dengan Jaden yang bersiap mengemudikan sedan mewahnya keluar halaman klub.
***
Keenan yang sudah selesai dengan berbagai email dari Jaden beralih menatap dalam gadis cantik berpiyama yang berada disampingnya, dan mengambil tangannya untuk digenggam. “Yes baby, lusa aku harus pergi dengan Jad dan kemungkinan selama dua minggu. Kenapa kau menanyakannya? Tumben sekali kau bertanya, ada apa?” jawab Ken dengan datar namun lembut dan terasa menggelitik hati Rissa yang mendengar.
“Emm,, never mind by. Aku hanya tanya saja, karena kebetulan aku juga ada acara gathering kantor minggu ini untuk penyambutan kelahiran anak bosku. Karena mereka memutuskan untuk merayakan kelahiran pertama baby mereka dengan karyawannya, kau juga ingat bukan kalau bosku dan istrinya sudah lama sekali menanti kelahiran buah hati mereka setelah lima tahun pernikahan,” ucap Rissa membalas tatapan Ken yang menatapnya tanpa berkedip. “Emm,, apa ada yang salah dengan ku? Kenapa kau melihatku seperti itu??” tanya Rissa dengan salah tingkah karena tatapan Ken yang semakin tajam namun terlihat penuh cinta.
Ken yang tau gadis di depannya salah tingkah pun mencoba untuk menjahilinya kembali dengan mendekatkan wajahnya di depan wajah gadis yang pipinya bak tomat itu, “Emm ada bulu matamu yang jatuh sa,” jawab Ken sambil membelai wajah Rissa dengan lembut dan membuat Rissa semakin salah tingkah dan pipinya semakin merona. Ken pun tertawa melihat kekasihnya salah tingkah akibat ulahnya,
“Hahaha kau terlihat menggemaskan jika sedang salah tingkah by... Emm, kau bilang akan gathering minggu ini? lalu ?” kata Ken baru saja membuyarkan fantasi Rissa yang membayangkan mereka akan berciuman.
“Kau sungguh menyebalkan Keenan ?!! Iya, aku akan gathering tapi tidak di kantor. Bos sudah mereservasi villa di pinggir kota sesuai keinginan istrinya, karena ingin merasakan suasana pegunungan dan jauh dari kota. Maka dari itu aku bilang padamu kalau aku mungkin akan sulit dihubungi selama seminggu gathering,” ketus Rissa dengan menarik tangannya dari genggaman Ken.
Mendengar jika akan sulit menghubungi Rissa, Ken mengerutkan dahinya dan menatap tajam pada Rissa yang tengah meminum jus strawberry yang ia bawa tadi. “Apa kau bercanda?? Mana mungkin perusahaan melakukan gathering di daerah pegunungan selama seminggu?? Cih.. aku tau itu hanya akal – akalanmu saja karena tidak mau aku menghubungimu kan ?!” ketus Ken dengan nada bicaranya yang mulai naik satu oktaf dan membuat Rissa yang menikmati minumannya sedikit tersedak dan mengelus dadanya mendengar tuduhan pria menyebalkan disampingnya itu.
“Kau itu kenapa tidak bisa percaya aku sedikit saja, selalu menuduhku begitu. Baiklah dengarkan penjelasan aku, bos memang akan melakukan gathering selama seminggu penuh namun tidak semua karyawannya ikut seminggu full seperti aku dan beberapa staf yang jabatannya tinggi. Karyawan yang tidak mengikuti gathering seminggu penuh, mereka akan bergantian selama tiga hari per orangnya dengan anggota per divisi mereka, tidak mungkin juga kan perusahaan akan libur selama seminggu apa kata para klien dan suplier kami nanti. Sampai sini kau paham kan by???” penjelasan panjang kali lebar sudah Rissa berikan pada pria kulkas beton yang tampak memikirkan perkataan gadis barbar nan cerewet disampingnya.
Ken pun hanya menjawab dengan deheman membuat Rissa kesal setengah mati, karena penjelasan panjangnya hanya dijawab dengan deheman dan raut datar saja. Rissa pun berdecih sinis dan melirik Ken yang tampak akan bersiap untuk pamit pulang karena sudah larut malam.
“Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Kau jangan sering mengumpati aku diam – diam, atau aku akan menghukummu baby. Kau segeralah beristirahat jangan begadang. Cup...” ucap Ken dengan mengecup kening Rissa dalam dan berdiri untuk pulang dari rumah sang kekasih.
Rissa pun mengantarkan Ken keluar dan membalas kecupan dari Ken di taman belakang dengan mencium pipi Ken sekilas sebelum pria itu memasuki mobilnya, dan melambaikan tangannya pada sang kekasih. “Take care baby, hubungi aku jika kau sudah sampai rumah.” Ucap Rissa saat Ken akan menutup pintu mobil dan mengendarainya keluar dari rumah Rissa.
***
Keesokannya, Rissa tampak sedang memilih pakaian kerja yang akan dikenakannya hari ini. Ia menjatuhkan pilihannya pada Ribbon Sleeve Lace Collared Blouse warna hitam yang ia padu padankan dengan bawahan rok span abu – abu. Usai memakai pakaian kerjanya, ia melanjutkan dengan merias dirinya tipis dan tidak lupa membubuhkan sedikit blush on pink pada pipinya dan memberikan eye shadow pada kelopak matanya agar telihat tegas. Ia juga menggunakan lipstik orange corall agar terlihat segar dan dewasa. Selesai dengan merias diri, ia mengambil tas kerja juga memakai sepatu hitamnya dengan hells sekitar lima senti itu tidak lupa dengan jam tangan stainless steel warna gold produk keluaran Alexandre Christie hadiah dari Ken di ulang tahunnya tahun kemarin dan akan beranjak keluar dari kamarnya. Sebelum itu ia mematut dirinya di depan cermin terlebih dahulu dan bersenandung riang menyambut aktivitas hari seninnya pagi itu.
Sama halnya dengan Keenan yang telah siap dengan setelan kemeja dan juga jas serta celana kainnya yang tampak serasi ia padukan, tidak lupa jam tangan analog keluaran produk Alexandre Christie yang bergaya simple dengan desain croco skin strip yang membuat penampilan Ken tampak gagah dan menawan. Ia pun segera meraih kunci mobilnya dan segera menjemput Rissa yang sudah siap berangkat dan sedang menunggunya.
Setelah menempuh waktu sekitar dua puluh menit, Ken sudah berada dirumah Rissa dan segera pamit pada kedua orang tua Rissa dan juga Gavin yang juga akan berangkat bekerja. Mereka berdua memasuki mobil Ken dan keluar dari halaman rumah Ardian dan bersiap menuju ke kantor Rissa bekerja. Di dalam perjalanan keduanya tampak mengobrol dan sesekali tertawa, lagu ‘working’ milik Tate McRae feat Khalid tengah terdengar di pemutar musik mobil Keenan.
And when I’m working (yeah)
You’re the only one that I want
But we’re not working (no)
Yeah, I told you from the start
I’m not perfct
I’m not perfect (oh)
Yeah, that’s why you like me so much
We’re not working (yeah), We’re not working (no)
***
BAB 5 - NICE TO MEET YOU Perusahaan Citra – Jarvis Lakashya Group (C-JL Group), Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit antara jarak dari rumah Rissa ke perusahaan tempatnya bekerja, mobil Ken tampak berhenti di depan gerbang perusahaan bidang layanan public relations (hubungan masyarakat) dan advertising C-JL Group. Rissa melepas seatbelt dan hendak beranjak keluar, namun tangan Ken memegangnya dan membuat Rissa menoleh padanya. “Sa, jam berapa kau pulang kantor nanti ?” tanya Keenan seraya menatap mata Rissa dengan teduh. Rissa yang ditatap seperti itu mengerutkan dahinya dan membatin, “Tumben si kulkas hangat??” “Emm,, mungkin aku baru bisa keluar kantor jam 5 an Ken. Ada apa, tumben kau bertanya??” tanya Rissa pada Ken yang masih menatapnya. “ Aku ingin mengajak kau makan diluar setelah pulang kerja nanti, sekalian menghabiskan waktu karena kemungkinan besok siang aku dan Jad akan berangkat ke Singapura,” ucapnya
BAB 6 - BEAUTYFUL PEOPLE “ Clarissa, Nice to meet you..” ucap pria didepan Rissa dengan kacamata hitam yang bertengger pada hidung mancungnya, membuat Rissa membulatkan kedua bola matanya dan tidak bisa menjawab sapaan pria itu. Rissa yang tadinya akan menekan aplikasi hijau untuk memesan taksi online mengurungkan niatnya dan menatap pria itu dengan sinis. “Ada apa kau kemari? Apa kau memiliki kekasih lain di perusahaan ini? Setahuku kekasihmu itu sangat manja hanya untuk sekedar bekerja,” ketusnya. “Haha, aku kesini bukan untuk menemui kekasihku melainkan menemui mantan kekasihku yang cantik dan imut,” jawab pria itu dengan percaya diri tinggi yang membuat Rissa ingin menyumpal mulutnya dengan kaos kaki milik Azri yang satu bulan belum dicuci. “Aku tidak suka basa basi, ada apa kau kemari?” tanyanya dengan memicingkan mata, menatap pria dihadapannya yang kini telah turun dari sedan mewahnya dan berjalan kearahnya. Pria itu membuka pi
BAB 7 - WHO IS SHE / HE ? Satu hari sebelumnya, Sepeninggal Rissa dari cafe yang ia datangi bersama seorang wanita dari masa lalunya, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar dan melirik sinis pada pria dihadapannya yang masih diam membeku karena bingung dengan situasi dimana mantan kekasihnya itu pergi setelah diteriaki oleh seorang pria asing baginya. Sadar dengan lirikan sinis dari pria asing yang bersama dengan wanita cantik dihadapannya, Kazu pun segera beranjak keluar dari cafe dan berniat menyusul Rissa. Sedangkan wanita yang masih melingkarkan tangan di lengan kekarnya tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi baru saja, dan berniat akan bertanya kepadanya. Namun ia segera melepas kasar tangan wanita itu dari lengannya dengan melirik tajam dan berkata, “ Jangan pernah menyentuhku sembarangan atau kau akan tahu akibatnya”. Setelah mengatakan itu, ia berlalu pergi dan menyusul wa
BAB 8 - CONSEQUENCES 1 Singapore, Setelah memakan waktu kurang dari 2 jam penerbangan dari Jakarta – Singapura, ketiga makhluk rupawan itu menginjakkan kakinya di bandara Singapura Changi dan segera menghampiri beberapa orang yang sudah menunggu kedatangan mereka dari 30 menit yang lalu. Claire dihampiri asisten Alex yang menjemput kedatangannya atas perintah dari sang kakak, sang asisten segera meraih koper kecil milik adik kesayangan bosnya dan berjalan di belakang wanita itu. Ken dan Jad pun dihampiri oleh beberapa pengawal dan seorang pria yang menjadi wakil pimpinan di perusahaan Salvino Grup cabang Singapura. Mereka tampak memberi hormat pada pimpinan perusahaan pusat, dan segera mengambil alih barang – barang yang dibawa kedua pria tersebut. Claire berhenti sejenak melirik pada kedua pria yang tadi berangkat bersama dengannya dan memberi kode pada asisten Alex untuk terlebih dahulu masuk ke dalam mobil setelah
BAB 9 - CONSEQUENCES 2 Lantai 7 gedung Diego Company, Di sebuah ruangan yang biasa disebut dengan ruangan rapat milik Diego company, terlihat seorang pria paruh baya dengan perkiraan usia sekitar lima puluh tahuhan yang masih terlihat tampan di usianya. Pria itu mengenakan jas dan kemeja yang serasi dan juga dasi yang menempel pada lehernya tampak serius mendengarkan laporan dari seorang pria muda yang berdiri di depannya. Saat keduanya masih fokus pada pembicaraan itu, tiba – tiba pintu ruangan diketuk dari luar. “Masuk,” perintahnya dengan nada tegas. Pembicaraan itu pun terjeda dengan kemunculan seorang pria muda dengan wajah yang sedikit mirip dengan pria paruh baya itu. Pria muda blasteran Jepang Amerika Indonesia hasil dari perbauran gen antara ibu dan ayahnya itu berjalan dengan senyuman khasnya yang terpampang di wajah tampannya membuat siapa saja yang melihat akan terpesona, namun tidak bagi pria paruh baya i
BAB 10 - ARE YOU OKAY Resort World Sentosa Singapore, Kedua pria tampan namun datar itu tengah membicarakan masalah pekerjaannya, disela – sela pembicaraan itu Jad membicarakan keadaan Zelle yang terlihat tidak sedang baik – baik saja saat mendengar suara wanita itu terisak dan tidak mau membicarakan ataupun menjawab pertanyaannya dan juga Ken. “Kau yakin Rio dan Doni bisa menjaga betina datar itu? Aku masih penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh si botak gempal itu pada betina datar”. “Kita tunggu saja laporan dari Rio, dia dan Doni sudah mengurus semua. Aku sudah memerintahkan Rio untuk meminta rekaman cctv dari hotel Arai, semoga saja dia bisa berhasil membujuk pihak hotel untuk memberikan salinan itu,” jawab Ken menatap Jad yang masih tampak khawatir dengan keadaan Zelle. Ia juga mengkhawatirkan keadaan si betina datar, namun ia tidak mau gegabah dalam bertindak untuk segera memutuskan kontrak kerja sama m
BAB 11 - I'M SO TIRED Di sebuah resto hotel, terlihat seorang pria dan seorang wanita tengah menikmati menu sarapan yang tersaji dengan keheningan yang tercpita diantara keduanya. Wanita cantik itu tampak elegan dengan style yang simple dan minimalis, ia menggunakan atasan putih dengan blazer polos warna cream dipadukan dengan short pants hitam membuat tampilannya terkesan casual, classy dan modern. Ia mengenakan strappy sandals warna hitam untuk menyempurnakan penampilannya dan ia juga menggerai rambut panjang hitamnya. “Ehm.. Vino, apa hari ini kau sibuk?” tanya Claire dengan hati – hati. Ken yang mendengar pertanyaan Claire pun mendongakkan kepalanya menatap pada wanita cantik yang duduk di hadapannya, meletakkan sendok dan garpu di samping piring. “Ada apa kau menanyakan aku sibuk atau tidak?” “Apa kau tidak ingin pergi ke tempat dulu kita biasa jalan – jalan Vin?” “Hmm, kenapa? Kau ingin kesana ???” tanya Ken masih dengan wajah d
BAB 12 - FINE Apartemen Grand City Gabby Zellean Owen, wanita berusia sekitar 29 tahun itu terlihat lebih segar dan sehat setelah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih bertengger di kepalanya. Ia berjalan ke arah sofa dekat tempat tidurnya dan mengambil benda pipih dengan harga yang tidak murah itu, ia melihat beberapa panggilan tidak terjawab pada daftar panggilan. Zelle mengernyitkan dahinya dengan masih menggenggam ponselnya dan membuka panggilan tidak terjawab itu, “Tidak biasanya Clarissa menghubungi ku hingga sepuluh kali. Ada apa dengannya?” gumamnya. Zelle memutuskan untuk meletakkan ponselnya kembali setelah mengirim pesan pada Rissa untuk menunggunya sebentar karena ia akan menghubunginya kembali setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke meja rias dan mengeringkan rambutnya, ia berpikir sejenak dan menerka – nerka mengapa wanita si kulkas beton itu menghubunginya di jam
BAB 15 – IT’S TIME Zelle yang baru saja menerima panggilan dari sang bos itu pun menghela nafasnya panjang dan bersungut – sungut karena Ken telah membuang waktunya yang berharga itu. “Bukankah kadar itu yang bilang, kalau jangan menyia – nyiakan waktu barang sedetik saja untuk hal yang tidak penting. Cih.. pria itu selalu melanggar peraturan yang dibuat sendiri.” Ia pun kembali menyelesaikan pekerjaannya, di sela – sela pekerjaannya ponselnya mengeluarkan suara notifikasi pesan yang masuk. Diliriknya benda pipih yang tergeletak itu dengan malas, melihat nomor yang tak dikenal tertera pada layar ia pun dengan acuh membiarkannya. Namun, tidak sampai lima menit benda pipih itu meraung – raung untuk minta disentuh sang pemilik karena bukan pesan lagi melainkan sebuah panggilan. “Halo?” sapanya pada penelepon. Hening dan hanya ada suara angin yang terdengar, Zelle mengerutkan dahinya dan sekali lagi menyapa penelepon itu namun tetap saja
BAB 14 – NOWSemua karyawan CJ-L hadir di aula gedung CJ-L yang dikhususkan untuk tempat acara – acara penting milik perusahaan seperti : rapat besar, briefing anggota per divisi, dll. Aula itu mampu menampung kurang lebih 500 orang. Lumayan besar bukan untuk ukuran perusahaan yang belum besar seperti milik Arn company, Diego company bahkan Salvino grup.Jarvis dan Citra selaku pemilik juga pimpinan CJ-L juga turut hadir di aula itu dengan menggendong seorang bayi mungil perempuan yang cantik dan gembul.“Selamat pagi untuk semua karyawan CJ-L yang bisa hadir di aula pada hari ini. Saya dan istri selaku pimpinan perusahaan CJ-L, ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan – rekan sekalian atas dedikasi yang telah diberikan kepada perusahaan. Tanpa adanya peran serta dari rekan – rekan sekalian, mustahil perusahaan kita masih berdiri dan bisa berkembang sejauh ini melihat banyaknya perusahaan &ndas
BAB 13 – ONE MORE TIMEKeenan sudah siap dengan pakaian casualnya dan tampak lebih gagah dan lebih tampan. Saat akan bergegas keluar dari resort, langkahnya terhenti karena ulah si pria sengklek datar di depannya.“Wahh, harum sekali pria perjaka satu ini. Mau kemana dengan aroma tubuh yang wangi dan segar ini?? Apa kau sedang berusaha menggoda iman betina di luaran sana???” sinis Jad dengan mencebikkan bibirnya.“Cihh, dasar pria gila. IRI?? BILANG BOS?!!”“Kau kan tahu, aku sedang ada janji dengan Claire dan juga ingin bertemu Alex membahas kerja sama kita,” lanjut Ken santai.“Alaahhh, bilang saja kau mau main api dengan wanita gila itu. Kau hanya mencari alasan bertemu Alex padahal semua itu hanya buat kedok untuk bertemu masa lalumu yang gilanya sama denganmu itu. Cihhh, dasar pria laknat. Sudah diberi ganti yang lebih baik dan layak, malah main – main dengan yang usang dan
BAB 12 - FINE Apartemen Grand City Gabby Zellean Owen, wanita berusia sekitar 29 tahun itu terlihat lebih segar dan sehat setelah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih bertengger di kepalanya. Ia berjalan ke arah sofa dekat tempat tidurnya dan mengambil benda pipih dengan harga yang tidak murah itu, ia melihat beberapa panggilan tidak terjawab pada daftar panggilan. Zelle mengernyitkan dahinya dengan masih menggenggam ponselnya dan membuka panggilan tidak terjawab itu, “Tidak biasanya Clarissa menghubungi ku hingga sepuluh kali. Ada apa dengannya?” gumamnya. Zelle memutuskan untuk meletakkan ponselnya kembali setelah mengirim pesan pada Rissa untuk menunggunya sebentar karena ia akan menghubunginya kembali setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke meja rias dan mengeringkan rambutnya, ia berpikir sejenak dan menerka – nerka mengapa wanita si kulkas beton itu menghubunginya di jam
BAB 11 - I'M SO TIRED Di sebuah resto hotel, terlihat seorang pria dan seorang wanita tengah menikmati menu sarapan yang tersaji dengan keheningan yang tercpita diantara keduanya. Wanita cantik itu tampak elegan dengan style yang simple dan minimalis, ia menggunakan atasan putih dengan blazer polos warna cream dipadukan dengan short pants hitam membuat tampilannya terkesan casual, classy dan modern. Ia mengenakan strappy sandals warna hitam untuk menyempurnakan penampilannya dan ia juga menggerai rambut panjang hitamnya. “Ehm.. Vino, apa hari ini kau sibuk?” tanya Claire dengan hati – hati. Ken yang mendengar pertanyaan Claire pun mendongakkan kepalanya menatap pada wanita cantik yang duduk di hadapannya, meletakkan sendok dan garpu di samping piring. “Ada apa kau menanyakan aku sibuk atau tidak?” “Apa kau tidak ingin pergi ke tempat dulu kita biasa jalan – jalan Vin?” “Hmm, kenapa? Kau ingin kesana ???” tanya Ken masih dengan wajah d
BAB 10 - ARE YOU OKAY Resort World Sentosa Singapore, Kedua pria tampan namun datar itu tengah membicarakan masalah pekerjaannya, disela – sela pembicaraan itu Jad membicarakan keadaan Zelle yang terlihat tidak sedang baik – baik saja saat mendengar suara wanita itu terisak dan tidak mau membicarakan ataupun menjawab pertanyaannya dan juga Ken. “Kau yakin Rio dan Doni bisa menjaga betina datar itu? Aku masih penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh si botak gempal itu pada betina datar”. “Kita tunggu saja laporan dari Rio, dia dan Doni sudah mengurus semua. Aku sudah memerintahkan Rio untuk meminta rekaman cctv dari hotel Arai, semoga saja dia bisa berhasil membujuk pihak hotel untuk memberikan salinan itu,” jawab Ken menatap Jad yang masih tampak khawatir dengan keadaan Zelle. Ia juga mengkhawatirkan keadaan si betina datar, namun ia tidak mau gegabah dalam bertindak untuk segera memutuskan kontrak kerja sama m
BAB 9 - CONSEQUENCES 2 Lantai 7 gedung Diego Company, Di sebuah ruangan yang biasa disebut dengan ruangan rapat milik Diego company, terlihat seorang pria paruh baya dengan perkiraan usia sekitar lima puluh tahuhan yang masih terlihat tampan di usianya. Pria itu mengenakan jas dan kemeja yang serasi dan juga dasi yang menempel pada lehernya tampak serius mendengarkan laporan dari seorang pria muda yang berdiri di depannya. Saat keduanya masih fokus pada pembicaraan itu, tiba – tiba pintu ruangan diketuk dari luar. “Masuk,” perintahnya dengan nada tegas. Pembicaraan itu pun terjeda dengan kemunculan seorang pria muda dengan wajah yang sedikit mirip dengan pria paruh baya itu. Pria muda blasteran Jepang Amerika Indonesia hasil dari perbauran gen antara ibu dan ayahnya itu berjalan dengan senyuman khasnya yang terpampang di wajah tampannya membuat siapa saja yang melihat akan terpesona, namun tidak bagi pria paruh baya i
BAB 8 - CONSEQUENCES 1 Singapore, Setelah memakan waktu kurang dari 2 jam penerbangan dari Jakarta – Singapura, ketiga makhluk rupawan itu menginjakkan kakinya di bandara Singapura Changi dan segera menghampiri beberapa orang yang sudah menunggu kedatangan mereka dari 30 menit yang lalu. Claire dihampiri asisten Alex yang menjemput kedatangannya atas perintah dari sang kakak, sang asisten segera meraih koper kecil milik adik kesayangan bosnya dan berjalan di belakang wanita itu. Ken dan Jad pun dihampiri oleh beberapa pengawal dan seorang pria yang menjadi wakil pimpinan di perusahaan Salvino Grup cabang Singapura. Mereka tampak memberi hormat pada pimpinan perusahaan pusat, dan segera mengambil alih barang – barang yang dibawa kedua pria tersebut. Claire berhenti sejenak melirik pada kedua pria yang tadi berangkat bersama dengannya dan memberi kode pada asisten Alex untuk terlebih dahulu masuk ke dalam mobil setelah
BAB 7 - WHO IS SHE / HE ? Satu hari sebelumnya, Sepeninggal Rissa dari cafe yang ia datangi bersama seorang wanita dari masa lalunya, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar dan melirik sinis pada pria dihadapannya yang masih diam membeku karena bingung dengan situasi dimana mantan kekasihnya itu pergi setelah diteriaki oleh seorang pria asing baginya. Sadar dengan lirikan sinis dari pria asing yang bersama dengan wanita cantik dihadapannya, Kazu pun segera beranjak keluar dari cafe dan berniat menyusul Rissa. Sedangkan wanita yang masih melingkarkan tangan di lengan kekarnya tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi baru saja, dan berniat akan bertanya kepadanya. Namun ia segera melepas kasar tangan wanita itu dari lengannya dengan melirik tajam dan berkata, “ Jangan pernah menyentuhku sembarangan atau kau akan tahu akibatnya”. Setelah mengatakan itu, ia berlalu pergi dan menyusul wa