Menjalani kehidupan rumah tangga dengan orang yang dicintai dan mencintai kita adalah suatu keindahan yang selalu membuat hati mengucap rasa syukur. Cinta dengan porsi yang pas dan seimbang tanpa berat sebelah adalah kenikmatan yang dijalani oleh Oncom juga Naufal. Wanita itu membalas besarnya cinta sang suami agar rajutan asmara mereka sama tanpa besar sebelah. Walaupun jelas pada awal pernikahan Naufal yang memiliki rasa itu terlebih dahulu sedangkan Oncom hanya mengikuti dengan ucapan rasa syukur karena bisa dicintai oleh laki-laki seperti Naufal yang katanya spek syurga. "Hari minggu Aa ada undangan ke daerah Bogor, Sayang. Nanti Neng ikut ya," ucap Naufal memberitahu istrinya tentang acar yang akan ia hadiri.Setelah pulang bulan madu dari Swiss satu bulan lalu dan dilanjutkan sakit selama empat hari, karena suhu tubuh Naufal yang tidak bersahabat dengan cuaca di sana akhirnya Naufal kembali menerima undangan untuk mengisi ceramah. Hal yang menjadi bahan omongan orang sekitar da
Mungkin ini yang disebut dengan salah satu keindahan menikah. Dulu Oncom paling anti yang namanya berurusan dengan bumbu dapur, tapi sekarang wanita itu sudah famliliar memegangnya. Bahkan tak jarang moment yang Oncom tunggu adalah memasak dengan sang suami yang selalu romantis. Saat dirinya menggoreng ikan ataupun tempe Naufal tidak pernah absen untuk menciptakan kemesraan yang membuatnya melayang. Memeluknya dari belakang adalah agenda wajib bagi laki-laki itu saat istrinya berada di depan kompor. "Tempenya wangi banget sih," ujar Naufal dengan menghirup aroma mawar yang keluar dari rambut Oncom."Yang wangi tempe kenapa yang diciumin rambut, Neng?"Oncom berbalik memandangi wajah suaminya, mengalungkan kedua tangannya pada leher Naufal yang otomatis membuat laki-laki itu menunduk. Keromantisan yang setiap hari terjadi saat mereka berada di dapur, kebahagiaan sederhana yang membuat rumah tangga mereka terasa begitu manis melebihi gula. "Karena Neng lebih wangi dari apa pun di dun
Menikmati masa tua dengan berbincang santai di halaman belakang rumah adalah suatu kenikmatan yang luar biasa setelah lelahnya menjalani hidup masa muda dengan segala usaha. Untuk Abah Yai sendiri hidupnya sudah cukup melanglang buana dari satu daerah ke daerah lain untuk menuntut ilmu yang sekarang ia amalkan dalam dirinya. Sekarang saatnya ia menikmati masa renta bersama istri yang dulu sering ia tinggalkan untuk mengajar dan belajar. "Assalamu'alaikum. Widih! Ini orang tua pacaran aja," ucap Oncom dengan nada nyaring diiringi mencium tangan kedua mertuanya.Mendengar ucapan asal menantunya membuat Abah Yai dan Bu Nyai tertawa ringan. Jika menantu lain mungkin tidak akan berani apalagi dengan status mereka yang tinggi karena ilmunya. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Oncom yang memang sebelumnya sudah dekat dengan pasangan paruh baya itu. Sesuai perkataannya Oncom bukan menganggap mereka mertua, melainkan orang tua kandung seperti pada Sutirah dan Sukira.
"Harusnya tangan aku Fal yang kamu gandeng kayak gitu. Apa sih istimewanya sampah itu? Dia bahkan enggak bisa dibandingin sama aku."Campur aduk perasaan yang dirasakan oleh Marsih yang lebih didominasi rasa marah. Sepupunya tidak pantas bersanding dengan wanita tidak jelas seperti Oncom, karena yang pantas bersanding dengan Naufal adalah wanita seperti dirinya yang pintar dalam berbagai bidang juga cantik tidak diragukan. Bukan wanita dengan nama yang tidak jelas seperti Oncom. Marsih mengepalkan tangannya melihat kemesraan yang seharusnya menjadi milik dirinya, seandainya Naufal mengetahui tentang perasaannya mungkin sepupunya itu akan membalas rasa cinta yang ia miliki."Mata kamu buta Fal kalau emang beneran kamu yang yang minta pernikahan itu. Tapi aku tetep enggak percaya karena pastinya enggak mungkin dan aku tetep yakin kalau wanita itu yang minta dengan paksa."Kecamuk dalam hati dan pikirannya terus berlanjut tanpa bisa ia hentikan, rasanya menyesakkan setiap kali melihat pa
"𝘈𝘭𝘩𝘢𝘮𝘥𝘶𝘭𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘶𝘭𝘢𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘶𝘭𝘢. 𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘰𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘣𝘶𝘭 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘪. 𝘞𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘰𝘢."Firda mengunggah postingan terbaru dengan foto berasama Ibu Nyai. Menambahkan caption yang ambigu untuk mengecoh warganet agar mengaminkan doa untuknya. Para followers yang selama ini selalu kepo dengan kehidupan Firda tentu akan membanjiri kolom komentar sosial medianya dengan pertanyaan dan doa. Apalagi dengan dirinya yang memutuskan untuk vakum terlebih dahulu dari permintaan untuk mempromosikan suatu brand dan hanya akan memposting sesekali kehidupan dalam masa menjal
"Makin pinter istri Aa ngajinya. Semangat ya hafalannya," puji Naufal setelah mendengarkan setoran hafalan sang istri. Kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap sore berada di belakang rumah dengan pemandangan kebun singkong sembari mengetes hafalan Oncom. Wanita yang kini hidupnya berubah sembilan puluh derajat itu merasa lebih nyaman, lebih tenang dan lebih bermanfaat dalam menjalani hidup. Mereka tidak menempati rumah pemberian anak Onta karena banyaknya kegiatan malam di pesantren. Namun, sesekali mereka menginap di sana jika ingin suasana baru. Rumah itu dijadikan warung sembako cukup besar atau yang disebut agen oleh masyarakat dengan harga yang cukup miring. Modalnya semua dari tabungan Oncom tanpa bantuan dari Naufal, dijaga oleh dua orang santri yang mengabdi di pesantren. "Tapi kadang-kadang suka lupa lagi," keluh Oncom.Hafalannya baru sampai surat Ad-Duha selama dua bulan terakhir karena Oncom masih harus menyelesaikan kursusnya. Sekarang bahasa inggrisnya pun sudah lum
Saat dirinya memutuskan untuk tinggal di pesantren Firda memang harus siap dengan segala kegiatan yang sudah terjadwal dengan baik. Seperti saat ini dirinya dibangunkan pada pukul setengah tiga dini hari untuk mengikuti kegiatan rutin yaitu sholat malam, apalagi dirinya yang harus menjadi panutan bagi para santri. "Ini kita beneran jam segini harus ikut ke masjid?" tanya Firda setelah ia siap dengan mukenanya."Ya iyalah, tapi kita di majelis bukan di masjid. Malam ini jadwalnya Bu Nyai yang jadi imam," jawab Marsih membuat Firda semangat.Ia harus mengambil shaf di belakang calon mertuanya itu agar mendapatkan kesan baik. Dirinya memang belum dikenalkan pada ustadzah lain juga pada para santri dan hal itu akan dilakukan sekarang membuatnya semangat. "Ya udah hayu sekarang kita berangkat," ajaknya tidak sabar.Mereka berjalan untuk menuju majlis khusus tempat sholat para santriwati. Firda baru melihat ternyata kehidupan malam bukan hany
"Assalamualaikum, Sayang. Istri Aa kenapa ini tumben tidur lagi?"Naufal kembali setelah sholat subuh, melihat istrinya tertidur langsung dihampiri dengan rasa khawatir. Biasanya setelah sholat subuh istrinya akan berada di dapur untuk membuat sarapan sederhana dengan bahan yang ada di kulkas."Enggak tau Neng lagi males ngapa-ngapain. Neng mau tidur ya," balas Oncom dengan memeluk pinggang suaminya yang masih duduk."Enggak enak badan ya? Pusing?" tanya Naufal khawatir dengan memeriksa kening istrinya."Enggak, cuma males aja. Pengen tidur ngantuk," balasnya dengan manja. "Ya udah tidur lagi aja. Aa mau siap-siap dulu ada pelajaran pagi ini buat anak kelas tujuh. Neng mau sarapan apa?"Mendengar suaminya mendapatkan jadwal mengajar pagi membuat Oncom mengurungkan keinginannya untuk kembali tidur. Rasanya tidak suka saat sang suami menyiapkan semuanya sendiri setelah ia mengerti artinya melayani imam dunia akhiratnya.