Sejak pertengkaran itu Aji meninggalkan Brisya tidur sendiri di resort. Ia memilih untuk pulang ke apartemen. Ini sudah hari kedua Aji pulang sendiri. Meski khawatir namun Aji sudah meminta salah satu pegawai di resort itu untuk stand by menjaga Brisya 24 jam. Setiap jamnya pegawai itu mengirim foto Brisya pada Aji dan melaporkan apa saja yang Brisya lakukan. Selama 2 hari ditinggal Aji yang dilakukan Brisya hanya tidur, makan dan termenung di balkon. Dengan ragu Aji menyentuh foto Brisya di ponselnya yang sedang duduk di balkon resort, mengapa mencintai Brisya bisa sesulit ini..Separuh hidupnya sudah Aji habiskan untuk mencintai Brisya tapi seolah takdir mempermainkan perasaannya. Haris muncul dan menghancurkan semuanya. Tingtong..Aji tersentak kaget saat bel apartemennya berbunyi. Ia berdiri dengan malas dan melihat door screen di dinding. Zunita. Aji membuka pintu lebih lebar agar Zunita bisa masuk. Tanpa permisi Zunita langsung meringsek masuk ke dalam dan duduk di living roo
Pagi ini Brisya bangun dengan rasa mual seperti biasa. Sudah menjadi rutinitas pagi baginya bila terbangun di jam yang selalu sama dan memuntahkan semua isi perutnya. Anehnya saat semua isi perutnya telah terkuras, ia tak lagi merasakan mual selama seharian. Nafsu makannya malah meningkat tajam. Ini hari kedua Aji meninggalkannya sendiri di resort. Brisya tak akan pulang sebelum Aji datang menjemputnya. Ia bahkan tidak tau harus ke mana seandainya saja Aji mencampakkannya. Pulang ke panti justru akan membuat Bu Shila dan Bu Rahmi semakin sedih. Lagipula Brisya enggan dan tak ingin bertemu dengan Haris bila ia kembali lagi ke kota kelahirannya. Brisya tak punya pilihan lain selain bergantung pada Aji. Tapi sekarang ia malah ditinggal sendirian di sini, betapa malang nasibnya. Brisya mengawasi testpack yang tergeletak di meja nakas dengan sedih. Hidupnya berubah total sejak ia mengetahui bahwa tentang kehamilannya. Dan naluri keibuannya tiba-tiba muncul, membuat Brisya ingin tau sepe
Haris melajukan mobil Hendri lebih cepat, ia sudah terlambat 10 menit. Hari ini Hendri berjanji akan menemaninya minum bir sebagai ganti rugi atas puluhan botol vodka yang ia buang saat di ruko.Saat tiba di rumah sakit, Haris segera memarkir mobilnya di ujung parkiran agar Hendri bisa segera menemukannya. Haris mengawasi jam tangannya pelan, harusnya Hendri sudah muncul karena ia akan menutup prakteknya lebih awal. Tapi hingga 15 menit Haris menunggu, Hendri belum juga nampak. Haris mengeluarkan ponselnya cepat, lalu menghubungi nomor Hendri. Tersambung, tapi tak diangkat. Haris mendesah lelah, ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku kemejanya dan memejamkan mata sebentar. Meski seharian ini ia habiskan dengan tidur tapi rasanya tak pernah puas. Haris masih saja mengantuk. Lantunan lagu mellow di audio mobil semakin membuat Haris terbuai. Ia hampir terlelap. Tapi kemudian Haris benar-benar terlelap hingga tak menyadari sebuah mobil sedan hitam terparkir di samping mobil He
Hari sudah gelap saat mobil Zunita menepi dan parkir di sebelah mobil sedan berwarna merah. Aji lekas berlari keluar begitu Zunita mematikan mesin mobilnya. Di dalam lobi rumah sakit, Aji mengawasi setiap orang yang bersisipan dengannya. Berharap salah satu diantara mereka adalah Brisya. "Aku akan mencari ke UGD, kamu carilah di tempat lain!" ucap Zunita seraya berlalu.Aji menghembuskan nafasnya bingung, di tempat seluas ini ke mana ia harus mencari Brisya??Aji termanggu sejenak, apa mungkin Brisya memeriksakan kandungannya?? Hal terakhir yang mereka perdebatkan adalah kehamilan itu. Aji mencari papan petunjuk yang bisa membantunya menemukan ruang obgyn. Saat tak menemukan petunjuk apapun karena terlanjur panik, Aji menghampiri seorang security yang berdiri di pintu masuk. "Pak, ruang obgyn di mana ,ya?""Masnya lurus aja ke lorong itu, nanti belok kanan ada ruang obgyn tempat praktek dokter Eka.""Oke, makasi, Pak!" Aji lekas berlari menuju tempat yang ditunjukkan oleh securit
Selama beberapa pekan, Brisya mulai bisa beradaptasi dengan morning sicknessnya. Ia sudah terbiasa bangun dengan alarm mual dan memuntahkan semua isi perutnya. Aji pun masih setia memijat dan menggosok punggung Brisya saat mual muntah itu datang. Nafsu makan Brisya yang tak terkontrol membuat berat badannya bertambah dan bertambah setiap harinya. Brisya sampai enggan untuk menimbang berat badannya karena syok melihat beratnya yang semakin melesat tajam. Sejak tau Brisya mengandung janin kembar, Aji semakin over protektif padanya. Orang tua Aji pun selalu menanyakan menu masakan yang Brisya ingin makan setiap harinya. Mereka memperlakukan Brisya dengan sangat spesial hingga Brisya merasa sungkan. Setelah menikah, Aji diberi kepercayaan oleh orang tuanya untuk mengurus beberapa restoran yang berada di luar kota. Selama beberapa hari dalam seminggu Aji lebih banyak menghabiskan waktunya di beberapa kota. Sebenarnya Aji enggan untuk melakukan pekerjaan keluar kota karena Brisya sedang
Dunia Hendri yang stabil dan datar tiba-tiba porak poranda setelah ia melihat gadis itu. Ya, gadis yang selama ini ingin ia temui. Dia muncul bersama pasiennya yang bernama Megan. Awalnya Hendri tidak menyadari tapi saat melihat gadis itu tersenyum, tiba-tiba saja ia melihat sosok itu. Sosok yang selama 10 tahun ini ia tunggu. Apakah selucu ini takdir itu??"Kak."Hendri tersentak, Haris sudah berdiri dan duduk dihadapannya. "Melamun atau ngantuk sih, masih pagi, loh!" desis Haris terkekeh.Hendri tersenyum kikuk, ia lantas mengeluarkan ponselnya ragu. "Kamu percaya dengan takdir nggak, Ris?"Haris menggigit rotinya sambil meneliti ekspresi kakaknya yang tegang. "Percaya aja, sih, tapi takdir yang gimana dulu?"Hendri tak menyahut, ia menunjukkan sebuah foto pada Haris. Semalam Hendri mengambil foto dan video gadis itu dari kamera CCTV Rumah Sakit. Haris mengawasi foto di ponsel Hendri dengan seksama, ada seorang perempuan nampak keluar dari ruang praktek kakaknya, Haris tak bi
Sakit hatinya pada Brisya membuat keadaan Haris semakin terpuruk. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Brisya menikah dan hamil anak Aji. Haris merasa semua pengorbanannya menjadi sia-sia, kini ia menjadi brutal. Setiap malam saat Hendri tak pulang, Haris menghabiskan waktunya di pub. Ia sempat beberapa kali membooking wanita panggilan hanya untuk membalaskan dendam atas sakit hatinya namun semuanya berakhir sia-sia karena Haris tidak sanggup melihat wanita lain telanjang bulat dihadapannya. Ia selalu membayar wanita-wanita itu tanpa melakukan apapun pada mereka. Selalu berakhir seperti itu.Hendri sempat curiga adiknya mulai kembali pada hobi lamanya yaitu mabuk-mabukan lagi, setiap kali Hendri pulang ia selalu mencium bau alkohol di kamar Haris. Tubuhnya pun semakin tak terurus, Haris tak lagi sekekar dulu. Hendri jadi prihatin melihat keadaan Haris yang seperti itu. Pernah satu kali Hendri ingin menghubungi Megan atau Brisya itu, tapi urung karena ia tak ingin membuat masa
Memasuki minggu 19 ke minggu 20, Brisya mulai bisa merasakan tendangan-tendangan kecil di perutnya. Setiap Brisya kelaparan twins akan protes dan menendang manja. Mualnya sudah jauh berkurang.Aji yang masih sibuk dengan pekerjaannya sesekali menyempatkan diri untuk mengajak Brisya jalan-jalan meski hanya makan malam di restoran atau di mall. Perhatiannya terkadang membuat Brisya hidup seperti di tahanan, ia tidak boleh keluar rumah selain bersama Aji atau Zunita. Besok jadwal Brisya menemui Dokter Eka dan bertemu twins meski hanya melalui mesin USG. Aji sudah berjanji akan menemani Brisya karena Zunita menolak untuk mengantar Brisya ke dokter. "Aku masih heran kenapa Zunita nggak mau nganter kamu ke dokter ya, Briy??" Brisya mengangkat bahunya tak paham, "Terakhir kali aku ke sana, dokter Eka sepertinya tertarik sama Zunita." Aji mengawasi Brisya kaget, "tertarik??Emangnya dokter Eka belum menikah??"Brisya mengangkat bahunya lagi."Tapi dokter Eka keren sih, ya, sepertinya coc