Beranda / Romansa / Om Duda! / Chapter 38: Satu Pilihan

Share

Chapter 38: Satu Pilihan

Penulis: Anaa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-23 10:31:52

Mengetahui Disya adalah adiknya membuat Naisya syok tentu saja. Namun, jangan harap Naisya akan merasa kasihan dan memutuskan hubungannya dengan Devan setelah mengetahui semua itu. Justru fakta tersebut membuat Naisya semakin ingin memiliki Devan dan Kai seutuhnya.

Menurut Naisya, perselingkuhannya dengan Devan bukan hal yang salah. Justru Disya yang memang harusnya pergi karena telah merebut hakknya.

Devan mencintainya, itu yang Naisya tahu.

Devan menuruni mobil dengan menenteng jas hitam yang sebelumnya dia pakai. Sebelum membuka pintu kayu dengan ukiran yang cantik di depannya, lelaki itu menengok ke kanan dan ke kiri seolah memperhatikan sekitar.

Wajahnya tampak lesu, kancing bagian atas kemeja putihnya sudah terbuka beberapa, juga beberapa bagian kemejanya tampak sudah kusut.

Seorang perempuan yang sedang duduk di depan televisi yang menyala langsung menengok saat mendengar suara pintu di buka. "Dev!" panggilnya dengan wajah yang berseri-seri.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Mida Manullang
ia betul x maunya cepet ketauan Disya juga sama bapaknya Disya biar di tinggalkan disya semua nya
goodnovel comment avatar
Mirna Lusiani
brengsek Devan.. kasian disya,.
goodnovel comment avatar
Ulfa Zulfah
Nangis bacanya...kasian ama disya...,dasar devan brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Om Duda!   Chapter 39: My Queen

    Disya sudah seperti mayat hidup belakangan ini. Gadis itu kurang makan, kurang tidur, bahkan waktunya selalu di sibukkan di depan laptop, lembaran kertas, juga buku-buku tebal yang bertumpuk. Devan menyuruh Disya untuk mengambil waktu sidang paling dekat, yaitu hari Sabtu, yang seharusnya dilakukan hari Senin.Disya berjalan lunglai dengan membawa laptop menuju ruang kerja Devan. Disya menangkap sosok Devan yang sedang duduk di kursi kerjanya, dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Disya tahu, suaminya itu menyadari jika ia masuk, tapi karena terlalu fokus dengan laptop di depannya lelaki itu seolah tidak peduli.Ini sudah pukul sebelas lebih lima menit, tapi Devan tidak mengijinkan Disya untuk tidur sebelum ia selesai merevisi skripsinya."Pak Devan, benar-benar dosen galak!" Tidak tahu, sudah berapa kali kata-kata seperti itu muncul dari mulut Disya belakangan ini.Disya melangkah mendekati sofa panjang lalu merebahkan tubuhnya di sana, d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Om Duda!   Chapter 40: Husband

    Devan menatap wajah Disya yang masih terpejam. Wajahnya yang bersemu merah—bukan karena sedang tersipu malu, tapi karena demam. Secepat mungkin Devan menyelesaikan kegiatan meeting-nya, dan kembali ke rumah.Memandang wajah Disya seperti ini, membuatnya kembali mengingat obrolannya dengan Diky saat perjalanan ke kantor, tadi pagi."Saya rasa Pak Devan terlalu berlebihan kepada Disya," katanya dengan kedua tangan yang fokus berada di kemudi."Maksud kamu?" tanya Devan menatap Diky dengan kening yang mengernyit bingung."Menurut saya, Pak Devan harusnya bersikap acuh, seolah tidak peduli dengan kehadiran Disya. Buatlah kesan buruk, supaya Disya membenci Pak Devan," kata Diky menatap Devan sekilas, lalu kembali fokus menatap jalanan. "Tidak perlu membuat topeng wajah seolah-olah khawatir dengan keadaan Disya," lanjutnya.Wajah Devan berubah dingin, tangannya mengepal kuat. Ada perasaan tidak terima saat Diky mengatakan jika dirinya memakai topen

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Om Duda!   Chapter 41: Ucapan Terima Kasih

    "Kai seolah tidak pernah menerima kehadiranku. Saat kita bersama dia selalu membicarakan Disya, itu membuat aku kesal Dev," kata Naisya mengadu.Devan yang sedang duduk di kursi kebesarannya masih terus memperhatikan Naisya yang sedang mengoceh, sudah dari dua puluh menit yang lalu Naisya mengeluarkan keluh kesahnya."Aku harus gimana lagi biar Kai suka sama aku?"Devan menghela napasya kasar. "Kata siapa Kai membenci kamu? Kamu harusnya bisa mengambil hati Kai. Tidak mungkin kan saya terang terarangan mengatakan secara langsung kepada Kai bahwa kamu Ibu kandungnya. Coba perlahan-lahan kamu coba mengambil hati Kai, katanya ikatan seorang anak dan Ibu sangat kuat?"Naisya memicingkan matanya."Kamu lagi nyindir aku, Dev?" tanya Naisya menatap Devan kesal."Fatya, saya sedang tidak mau berdebat!" kata Devan menatap Naisya tidak kalah kesal."Akhir-akhir ini kamu aneh! Kenapa sih?""Saya sibuk dengan pekerjaan saya di kantor

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Om Duda!   Chapter 42: Sebuah Janji

    "Jadi kapan Neng Disya mau masakin makanan buat Bapak?" tanya Siti menatap Disya yang sedang menata meja makan.Gadis dengan rambut dicepol asal itu, menatap sebentar asisten rumah tangganya beberapa detik, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya."Nanti aja deh setelah Disya wisuda, Disya mau masakin banyak banget makanan buat Pak Devan," katanya.Siti tersenyum. "Lagian Neng Disya kenapa harus sembunyi-sembunyi sih?"Disya terkekeh. "Disya tuh mau masakin Pak Devan kalau keahlian masak Disya udah jago," kata Disya berjalan menghampiri Siti yang berdiri di dekat mini bar. "Menurut Bi Siti, makanan Disya udah enak belum?" Lanjutnya lagi merangkul tangan kanan Siti.Siti mengangguk-anggukkan kepalanya pasti. "Masakan Neng Disya udah enak banget, Bibi juga kayanya kalah deh," kata Siti menatap istri majikannya dengan wajah yang pura-pura sedih. "Nanti kalau Neng Disya sudah masakin makanan buat Pak Devan sama Kai, bisa aja kan bibi dipecat sama Bapak."

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Om Duda!   Chapter 43: Berakhir

    "Acara resepsi sudah dekat, harusnya kamu membicarakan tentang ini di depan keluargamu," kata Syiren saat itu. "Apa perlu aku yang mengatakannya?" lanjutnya lagi, menatap Devan dengan tatapan sengit. "Saya akan meninggalkan Fatya!" kata Devan tegas. Syiren menatap manik mata Devan, memperhatikan kesungguhan lelaki itu tentang ucapannya. "Buktikanlah!" tantang Syiren. "Saya akan mengakhiri hubungan saya dengan Fatya. Tapi, saya mohon jangan ceritakan apapun kepada Disya. Jangan sampai Disya mengetahuinya ...." Devan memohon kepada Syiren. Lelaki itu sudah mencintai Disya ... Disya berhasil membuat Devan jatuh cinta. Mungkin, itu adalah alasan kenapa saat Fatya meminta Devan untuk menceraikan Disya, hatinya seolah tidak setuju. Harusnya Devan mengungkapkan perasaannya lebih dulu, tapi Devan terlalu gengsi untuk mengatakan hal itu. Devan belum terlambat! Lelaki itu akan menemui Disya dan mengungkapkan perasaanya. Devan merogoh saku jasnya, mengel

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Om Duda!   Chapter 44: Pengungkapan Cinta

    Disya mengusap wajahnya, dari beberapa jam yang lalu gadis itu masih berada di apartemen. Disya melirik jam tangannya yang sudah menunjuk ke angka delapan lebih lima menit.Perlahan kakinya menyentuh lantai, turun dari kursi bar dan berjalan hendak keluar dari apartemen. Saat lift yang di naikinya sudah berada di lantai lobby apartemen, banyak pasang mata yang memperhatikannya. Mungkin orang-orang melihat Disya seperti gadis linglung, kedua matanya menatap ke depan kosong, juga wajahnya yang pucat pasi.Disya mengabaikannya, berjalan keluar dari gedung itu. Kakinya melangkah lunglai menyusuri trotoar, suara dari kendaraan, juga klakson mobil dan motor terdengar saling bersahutan dari beberapa pengendara yang melaju dengan tidak sabaran. Jam lima sore tadi, hujan deras mengguyur kota. Sekarang sudah reda namun tetap menyisakan gerimis. Angin malam, dan gerimis membuat tubuh kedinginan. Tapi ... Disya tidak merasakan itu, mungkin karena hatinya sedang sakit, pikirannya k

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Om Duda!   Chapter 45: Si Perebut

    Disya menatap dirinya di pantulan cermin, kebaya modern berwarna peach masih melekat di tubuhnya. Tangan Disya bergerak untuk menghapus make-up yang menempel di wajahnya.Tepat hari ini, Disya baru saja melangsungkan wisuda. Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan, Disya mulai memindah-mindahkan semua pakaian yang ada di lemarinya ke dalam koper. Matanya mengamati setiap sudut kamar, banyak foto-foto Disya dengan ayah dan bundanya yang terpajang di dinding.Disya tersenyum getir, menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Kaki Disya berjalan keluar dari kamar, menuruni tangga untuk menuju ke dapur."Bi Siti, Bunda mana?" tanya Disya yang melihat hanya ada Siti yang sedang memasak di dapur.Siti menoleh lalu tersenyum menatap Disya. "Tadi sih bilangnya mau ke kamarnya, Neng," jawab Siti.Disya mengangguk. "Ya sudah, Disya ke kamar Bunda dulu kalau begitu. Bi Siti nggak papa masak sendiri dulu?""Iya ... enggak papa, Ne

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Om Duda!   Chapter 46: Kehilangan Yang Belum Diketahui Kehadirannya (1)

    Wajah Devan sudah terlihat sangat kacau, pakaiannya juga terlihat kusut dan berantakan. Penampilannya jauh dari penampilan Devan yang selalu terlihat rapih seperti biasanya. "Bang Dev, makan dulu," kata Naya mengusap punggung Abangnya. Mengajak Devan untuk makan, karena dari semalam lelaki itu tidak memasukkan apa-apa ke dalam mulutnya. Devan menyenderkan kepalanya ke bahu Naya. "Nay, Disya keguguran ...," lirih Devan menangis tergugu. Naya mengangguk pelan, melihat Devan seperti ini membuat Naya tidak tega. Naya memeluk tubuh Devan, membiarkan lelaki itu menangis di dalam pelukannya. "Abang sudah kehilangannya ...." Naya tidak bisa menahan tangisnya juga. Naya bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh Devan. Gadis itu baru pertama kali melihat Abangnya menangis tergugu seperti ini. Bagaimana Devan tidak menangis, mengetahui jika Disya mengalami keguguran. Bahkan kehadiran janinnya saja, Devan belum mengetahui, tapi Tuhan sudah mengambilnya kembali.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18

Bab terbaru

  • Om Duda!   Cuap-cuap:)

    Hai teman-teman pembaca novel Om Duda! Waw! Akhirnya aku bisa menyelesaikan novel ini. Makasih buat teman-teman yang udah selalu baca novel ini dari chapter awal sampe akhir, aku juga selalu buat kalian nunggu beberapa hari untuk update. Maaf ya, aku belum bisa konsisten buat nulis. Terutama permintaan maaf dan makasih buat teman-teman yang udah ngikutin novel ini dari awal, novel yang pertama kali aku update di bulan Juni, dan selesai di bulan Maret—8 bulan, waktu yang cukup lama. Makasih loh kalian udah setia dan enggak kabur karena aku jarang update, hehehe .... Lagi-lagi ucapan makasih buat teman-teman yang udah ngasih review, trus komentar di setiap babnya, dan makasih sudah ngasih vote yaa ... walaupun aku jarang balas komentar kalian, tapi aku tetep baca kok, baca komentar kalian itu seruu! Kalau suka sama novel ini, ayo bantu kasih review-nya. Dari chapter satu sampai chapter akhir, kalian lebih suka chapter berapa? Kalian boleh kasih pendapat tentang

  • Om Duda!   Epilog

    Katanya tidak perlu khawatir tentang jodoh. Sejauh apapun ia berada, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk bertemu.Walaupun awalnya memang Devan tidak baik-baik saja karena perceraiannya dengan Disya, tapi Mamahnya selalu menasihatinya."Biarkan Disya pergi dulu, ia perlu menyembuhkan lukanya. Kalaupun kalian memang ditakdirkan berjodoh, Disya akan kembali, Tuhan akan mempersatukan kalian kembali."Devan seperti menemukan kembali harapannya.Terkadang memang ada kisah yang harus usai, meski rasa belum juga selesai. Devan sudah melukai hati Disya, lelaki itu akan membiarkan Disya pergi untuk menyembuhkan lukanya, jika memang Tuhan mentakdirkan mereka berjodoh, Devan yakin Disya akan kembali, sesuai apa yang dikatakan oleh Mamahnya.Dear Queen ....Saat saya pertama melihat kamu, saya cukup terkejut melihat wajah kamu seperti Ibu kandung Kai, netra berwarna coklat, bibir juga hidung mungil, serta kulit putih—semua bagian wajahnya te

  • Om Duda!   Chapter 53: Ending Story

    "Gimana hotel di Lombok?" tanya Devan mencoba bangun dari baringannya dengan susah payah."Oke, tidak ada problem," jawab Diky membantu Devan untuk duduk bersender di kasurnya.Devan mengangguk pelan, terdengar hembusan napas dari lelaki itu, kedua matanya sengaja dia pejamkan, menahan sakit di semua bagian tubuhnya."Ayo, saya antar ke rumah sakit," kata Diky untuk yang kesekian kalinya mengajak Devan untuk pergi ke rumah sakit."Tidak perlu, ini hanya sakit biasa.""Saya akan panggilkan dokter kalau begitu.""Tidak usah! Ini saya kurang istirahat saja," kata Devan. "Kai, ada?" tanya Devan. Sudah tiga hari ini, Devan tidak bertemu dengan putranya."Masih di rumah Disya, katanya hari ini akan di antar pulang ke sini."Devan mengangguk sekilas. Lalu kembali memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar di kepala ranjang.Diky menatap wajah Devan dengan seksama. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya lemas. Sudah tiga hari ini De

  • Om Duda!   Chapter 52: Tsundere

    Disya menghela napasnya pelan, ia sudah berada di depan pintu ruang HCU. Naisya yang berada di samping Disya mengulurkan tangannya kepada Disya. Disya menatap tangan Naisya lalu menatap wajah perempuan itu."Ayo!" kata Naisya tersenyum.Disya tersenyum kecil lalu membalas uluran tangan Naisya. Keduanya melangkah memasuki ruangan HCU.Samudra yang ada di dalam ruangan langsung menatap ke arah keduanya. Semulanya wajahnya terkejut melihat kedatangan mereka. Namun, saat matanya melirik tangan keduanya yang saling bergandengan membuat senyum merekah di bibir Samudra."Kalian?"Disya menatap Samudra lalu mengulas senyum kecil di bibirnya, begitu juga dengan Naisya."Pah, lihat siapa yang datang," kata Samudra excited."Queen ...," sapa Doni dengan suara lirihnya.Naisya menatap Disya, lalu mengangguk pelan, menyuruh Disya untuk menemui Doni.Tautan tangan Disya dan Naisya terlepas. Kaki Disya melangkah perlahan menghampiri br

  • Om Duda!   Chapter 51: Penyesalan

    Disya menatap lekat-lekat wajah Devan. Tangannya terulur untuk mengelus pipi suaminya lembut. Memang benar apa kata Bundanya, penampilan Devan berubah, tubuhnya kurusan, rambutnya gondrong, tumbuh berewok di sekitaran dagunya."Pak Devan enggak pernah cukuran ya?" tanya Disya lirih.Devan masih tertidur pulas, itu kenapa Disya berani menyentuh wajah Devan. Bohong jika Disya mengatakan ia tidak merindukan Devan—Disya sangat merindukan suaminya."Pak Devan kelihatan aneh kalau berewokan. Kalau Pak Devan brewokan kelihatan kaya om-om beneran," kata Disya masih tetap menyentuh pipi Devan. "Disya lebih suka Pak Devan yang klimis, ganteng banget tahu ...."Disya kembali memperhatikan wajah Devan, hidung bangirnya, alis tebal, juga bulu matanya yang panjang—Disya merindukannya."Pak Devan kok kurusan? Memang di rumah kekurangan makanan, huh?""Penampilan Pak Devan benar-benar beda dari biasanya. Aneh, waktu Disya pertama kali lihat Pak

  • Om Duda!   Chapter 50: Pembalasan

    Disya sedang bergelung dipelukan Bundanya. Gadis itu sudah menceritakan semuanya tentang kejadian tadi siang.Devan, lelaki itu sedang mengobrol dengan Kakek dan Nenek Disya di teras. Satu jam yang lalu mereka baru saja selesai makan malam bersama.Kakek, Nenek, dan Dina menyambut hangat kedatangan Devan. Bersikap seolah tidak terjadi apapun. Bukan tidak marah kepada Devan, tapi mereka sudah memaafkan lelaki itu. Nasi sudah menjadi bubur, masa lalu tidak bisa diubah. Mereka menyerahkan semuanya kepada Disya. Walaupun nanti akhirnya mereka berpisah, tapi silaturahmi tetap harus dijaga bukan?"Disya harus gimana Bunda?" tanya Disya lirih."Kamu masih mencintai Devan?" tanya Dina mengelus sayang rambut putrinya. Disya memanyunkan bibirnya, sepertinya pertanyaan itu tidak perlu Disya jawab pun, Bundanya sudah mengetahui kalau Disya masih mencintai Devan."Bunda tidak perlu mendikte apa yang harus kamu lakukan, kamu sudah dewasa sekarang, kamu bisa meni

  • Om Duda!   Chapter 49: Rasa Rindu dan Luka

    Disya beneran enggak suka duduk di kantin kampus. Pak Devan tahu karena apa? Mahasiswi di sana selalu aja ngomongin Pak Devan, muji-muji Pak Devan, bahkan ada yang ngaku-ngaku kalau dia istri Pak Devan katanya. Ih, nyebelin kan?!Terus juga kenapa sekretaris Pak Devan harus punya bodi kaya gitar spanyol? Kenapa enggak nyari sekretaris yang laki-laki aja? Pak Devan tahu, Disya beneran enggak suka lihat Pak Devan sama Bu Sasya. Disya minder, Bu Sasya kelihatan lebih cocok kalau jalan beriringan sama Pak Devan dibanding sama Disya. Kenapa sih orang-orang selalu ngira kalau Disya itu adik Pak Devan? Karena Disya pendek, gitu? Tinggi Disya juga enggak sampai pundak Pak Devan. Ah! Enggak pokonya ini salah Pak Devan, karena Pak Devan yang ketinggian!Terus Pak Devan kenapa sih ganteng banget, huh? Bisa enggak sih gantengnya cuman bisa dilihat sama Disya aja, trus kalau Pak Devan ketemu orang-orang mukanya di jelek-jelekin aja gitu, biar yang naksir Pak Devan cuman Disya doang

  • Om Duda!   Chapter 48: Pergi Untuk Menyembuhkan Luka

    Pak Devan tahu enggak sih, Disya tuh rasanya pengen banget nanyain sama Mamah Maya, bener enggak sih Pak Devan anak kandung Mamah Maya sama Papah Husein? Pak Devan tuh enggak humoris kaya Mamah, Papah sama Naya. Jangan-jangan Pak Devan anak pungut lagi! Pak Devan tuh jutek, dingin, trus kalau bicara irit banget. Bicara panjang lebar kalo lagi marahin Disya aja, trus Pak Devan selalu aja pakai istilah-istilah dan kata-kata yang kadang Disya harus loading dulu buat paham. Huh! Nyebelin.Pak Devan juga selalu ngelarang Disya sama Kai buat makan cokelat, es krim, ciki-cikian, junk food, pokonya semua makanan enak deh. Pak Devan tuh manusia ter-aneh yang pernah Disya temuin tahu! Mana ada manusia yang enggak suka makanan enak banget kaya gitu ... Aish, aneh!Devan menyunggingkan senyumnya setelah selesai membaca tulisan tangan Disya yang ada di kertas berwarna merah muda itu. "Apa saya perlu tes DNA untuk membuktikan saya anak kandung Mamah dan Papah? Dan, makanan seperti i

  • Om Duda!   Chapter 47: Kehilangan Yang Belum Diketahui Kehadirannya (2)

    Tepat pukul satu siang Disya terbangun. Dina yang selalu berada di samping Disya, menemani putrinya. Saat siuman, Disya langsung khawatir tentang keberangkatannya ke Yogyakarta yang harus dibatalkan karena Disya berada di rumah sakit sekarang."Hari ini kita harus pergi, Bunda ...," kata Disya lagi.Dina menggeleng. "Kamu harus pulih dulu, sayang," jawab Dina sembari mengelus pucuk kepala Disya lembut."Disya baik-baik aja kok! Disya cuman kecapean aja, enggak perlu dirawat juga," kata Disya.Sebenarnya itu tidak benar. Disya merasakan keram di bagian perutnya. Namun, dia harus berbohong karena gadis itu benar-benar ingin cepat pergi dari kota itu."Kamu harus tetap di sini, sayang."Disya memanyunkan bibirnya."Ayo makan dulu," ucap Dina. Mengambil makanan yang sudah disediakan. Disya menerima suapan yang disodorkan oleh Bundanya. Dina terus memperhatikan gerak-gerik Disya yang selalu menatap pintu yang tertutup rapat, wajah pu

DMCA.com Protection Status