Suasana menjadi hening seakan-akan mengheningkan cipta. Kala Rino dan Irwansyah menyodorkan hasil masakan mereka. Arunika pun tertegun sejenak sambil memegang sendok, dia bingung harus berkomentar apa jika benar yang diucapkan oleh Wulandari. Bahwasanya dua lelaki itu sedang berlomba untuk mendapatkan hati Arunika, tetapi ditepis oleh si gadis.
Lantas tangan Arunika terulur untuk mencoba. Makanan yang pertama dicicipi oleh Arunika milik Irwansyah, sudah tidak diragukan lagi. Pemuda tersebut memang jago masak.
Kemudian tangan gadis itu beralih ke piring masakan yang dimasak oleh Rino. Di antara dua masakan yang Arunika coba tidak ada ekspresi sama sekali dari raut wajahnya. Maka hal ini membuat Rino semakin was-was penasaran dengan hasilnya karena perdana dirinya memasak udang pedas.
Jakun Rino turun naik menahan air liurnya agar tidak menetes saat melihat bibir Arunika yang menggoda sedang mengunyahnya perlahan-lahan makanannya.
“Bagaimana, Arunika?
Rino duduk di bangku panjang dan sesekali tatapannya nanar melihat Arunika yang berdiri seraya menyandarkan punggung di tembok. Sekitar mereka banyak orang lalu-lalang dan petugas kesehatan yang bolak-balik. Satu jam mereka di sana banyak menyaksikan pasien korban kecelakaan, bahkan kematian dan suara tangis menghiasi tempat itu. Lelaki itu menemani Arunika di rumah sakit karena satu jam yang lalu Rino mendapatkan kabar dari Arunika yang menggunakan ponsel Irwansyah karena ponsel dan tas Arunika dijambret orang saat hendak pergi ke pasar.Maka pikiran Arunika seakan-akan terbuka ke satu jam yang lalu.Langkah Arunika lebar berjalan kaki dengan sumringah. Tampak sekali sedang bahagia karena hari ini adalah hari di mana Sri ulang tahun dan dia ingin memberikan kejutan membuat kue tart cokelat kesukaan Sri. Namun sayangnya, di pertengahan jalan tas yang dijinjingnya dijambret oleh orang yang memakai helm dan menggunakan motor.“Maling!” teriak Arunika s
Netra Arunika terbuka perlahan dan Rino langsung sumringah merengkuh tubuh kecil gadis itu dengan sangat erat. Lekas lelaki itu memberikan air minum pada Arunika.“Kamu kenapa? Sakit apa? Aku khawatir.”“Aku nggak apa-apa. Hanya kecapean saja mungkin,” jelas Arunika mengulas senyum kecil.“Ini salahku karena mematuhi perintahmu untuk menerobos hujan,” tukas Rino dengan raut wajah bersalah.Jari lentik Arunika terulur menyentuh bibir Rino memberikan isyarat bahwasanya jangan merasa bersalah. Spontan mata mereka berdua berserobok saling memandang satu sama lain.“Jangan bilang seperti itu,” kilah Arunika.Drett!Drett!Ponsel Arunika bergetar di atas meja. Lekas Rino meraih ponsel si gadis dan menyodorkannya pada Arunika.“Terima kasih.” Arunika menerima ponsel tersebut dan dia menggulir membuka pesan yang ternyata dari Wulandari. Wanita paruh baya itu memberi kab
Arunika mendorong tubuh lelaki berhidung bangir itu. Dia terburu-buru menutup pintu rumah dan tubuhnya luruh ke lantai. Bulir-bulir bening berderai berlomba-lomba keluar dari sudut netranya. Gadis itu sedu-sedan meratapi nasibnya yang malang. Hampir saja Rino akan menodai kesuciannya, tetapi untungnya lelaki tersebut mendadak berdiri mematung, terdiam.Gadis itu memegangi bajunya yang sebagian sudah hampir terbuka kancing bajunya karena dengan sigap tangan kekar itu hampir membuka paksa baju yang dipakainya. Arunika berdiri dan beranjak masuk ke dalam kamar, lantas dia mendaratkan tubuhnya di atas ranjang menelungkup.Di sisi lain. Rino mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dengan sejuta penyesalan. Bisa-bisanya lelaki itu hampir kehilangan kontrol. Pikiran lelaki itu tidak tenang seraya menembus jalanan perkampungan yang jalanannya sebagian ada genangan air menghiasi jalan tersebut berwarna cokelat.Banyak lubang di pertengahan jalan yang suda
Sebelum memutuskan untuk pulang Rino memperhatikan rumah Arunika terlebih dahulu yang tampak ramai. Lelaki itu berdiri bergeming di bawah pohon rindang. Dikabarkan bahwa hari ini adalah pertunangan Sri dan Galih.Sri menerima saran dari Rino untuk berpura-pura menjadi wanita yang menyebalkan di hadapan Galih. Akan tetapi, hal itu tidak membuat Galih mundur tetap mau melanjutkan Perjodohan tersebut. Sudah berbagai cara yang dilakukan oleh Sri dari segi penampilan maupun riasan wajah yang tebal agar lelaki tersebut mau mundur. Akhirnya, hari ini pun terjadi.Dengan mata kepalanya sendiri. Tampak sumringah sekali Arunika berbincang dengan Irwansyah dan mata gadis itu berbinar. Seketika pertahanan dari benteng cemburu ambruk karena melihat Irwansyah berlutut di depan Arunika dengan disaksikan seribu pasang mata.“Arunika, kita sudah lama menjadi sahabat. Maka izinkanlah aku menemanimu sebagai suamimu seumur hidup,” tutur Irwansyah sembari mengulum senyum
Arunika segera mendorong tubuh Rino. Lantas gadis itu menarik tangan Sri mengajak sang adik beranjak pergi. Rino pun menatap nanar punggung Arunika. Dia seperti ditampar oleh kenyataan, ketika Arunika menunjukkan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya dari Irwansyah.Kemudian Rino meremas daun yang jatuh tepat ke telapak tangannya. Dia menyaksikan pertunangan Sri dan sudut matanya melirik ke arah gadis cantik yang memiliki lesung pipi sedang tersenyum simpul berdiri di samping Sri sedang bertepuk tangan dan tepat di sampingnya pun ada Irwansyah.“Ternyata dia memilih Irwansyah,” gumamnya. Lantas lelaki matang itu berbalik badan dan berjalan gontai meninggalkan tempat tersebut.Sampai di rumah Tomi. Mobil berwarna hitam sudah menunggu di depan halaman. Rino bergegas menarik kopernya. Ternyata supir dari sang kakek sudah datang menjemputnya. Tomi pun ikut bersamanya karena lelaki itu dijanjikan sebuah pekerjaan yang mapan bila bersama Rino.
Usai memilih gaun. Gisel duduk di samping Tomi karena menunggu Rino yang sedari tadi berada di dalam toilet. Gadis berjilbab itu nampak tegang sambil memilin tali tote bag.Hingga suara pemuda yang ada di sampingnya lolos melontarkan pertanyaan. “Apa kabar?”Tanpa menengok ke arah Tomi. Gisel pun menjawab. “Alhamdulillah, baik.”“Sudah lama kita tak jumpa. Sekali jumpa. Kamu mau jadi milik orang lain,” imbuh Tomi datar.Gadis berjilbab itu menelan ludah dan segera berdiri saat nampak Rino berjalan ke arah mereka berdua. Gisel pun melempar senyum sembari basa-basi. “Lama banget? Ngeluarin bom?”“Sorry, gara-gara makan sambal. Jadinya perut kayak gini agak bandel,” gerutu Rino sambil memegangi perutnya sendiri.“Ayo, kita pulang,” ajak Gisel.Rino pun mengangguk dan dia menoleh pada Tomi yang masih betah duduk terdiam.“Kamu mau di sini sampai toko tutu
“Beruntung banget jadi Rino. Mantan istrinya belum move on.” Tomi langsung naik ke panggung pertunangan mendekati Dewi.Rino tercengang mendengar ucapan Tomi. “Maksudmu apa? Jangan-jangan ini ulahmu. Membawa sebitan taplak meja ini datang dan mengacaukan pertunangan saya?” pungkas Rino.“Nggaklah lah, ngapain bawa Dewi ke sini? Palingan wanita ini Cuma mau cari sensasi,” urai Tomi terkekeh.“Hai, aku tak cari sensasi,” protes Dewi sambil mengerucutkan bibirnya. Lalu wanita itu menyeringai kecil dan dia menarik tangan Gisel.Namun, langsung ditepis oleh Rino. Sorot mata lelaki itu tajam bak silet yang hendak menguliti setiap inci kulit Dewi.“Jangan ngarang kau hamil. Kita sudah bercerai,” ujar Evans.Datang dua penjaga bodyguard Raffi berpakaian serba hitam. Mereka menarik lengan Dewi, mengusir wanita itu untuk lekas pergi meninggalkan ruangan.“Lepasin aku.”
Rino pun keluar dari mobil dan dia tercengang saat melihat bola berada di kolong mobilnya. Lantas sudut matanya melirik ke arah tepi jalan tampak ada anak kecil yang telungkup. Dia pun terbelalak lekas mendekati anak tersebut.Tangannya terulur menyibak rambut anak perempuan itu. Lalu dia pun memanggil Gisel.“Gisel, keluar!”Maka gadis berhijab itu segera turun dan tercengang saat melihat Rino membopong anak perempuan.“Mikaila!” pekik Gisel tercengang melihat anak perempuan itu dan dia membuka pintu mobil.“Kamu mengenalnya ?” tanya Rino sambil merebahkan tubuh anak perempuan itu di kursi bagian belakang.Gisel mengangguk pelan dan nampak raut wajahnya sendu. Ternyata Mikaila adalah muridnya. Gisel seorang guru TK.Gadis itu pun bergegas masuk dan meraba dahi Mikaila yang terasa panas. “Kenapa kamu ada di sini?” gumamnya sembari menatap nanar Mikaila yang masih pingsan.Rino men