Share

Bercerai

last update Last Updated: 2021-09-15 15:33:41

Dua minggu kemudian.

Lelaki berperawakan tinggi itu berdiri di depan rumah bercat putih tulang. Lalu dia melanjutkan langkahnya. Setelah masuk ke rumah yang berdesain Eropa tampak Raffi Suradin---kakek Rino melempar senyum lebar sudah duduk di kursi. Kedatangan Rino memang sudah ditunggu sedari tadi.

“Kau yakin mau bercerai?” tanya Raffi yang sudah tahu kabar itu dari pengacara keluarga.

“Iya, Kek,” jawab Rino menyulam senyum penuh keyakinan.

“Tapi, Dewi itu adalah amanat dari ibumu. Apakah kamu tak akan memberikan kesempatan kedua untuknya?” tukas Raffi yang mengingatkan bahwasanya pernikahan Dewi dan Rino adalah sesuai permintaan Dahlia---ibu Rino sudah meninggal.

“Kek, saya sudah menunaikan amanat itu menikah dengan Dewi. Lantas jika salah satu dari kami yang salah, maka tak ada ampunan lagi atau tak ada kesempatan kedua,” hardik Rino tegas.

“Ibumu baru meninggal satu tahun. Tapi, rasanya baru kemarin. Saking Kakek sangat kehilangan sosok ibumu. Dewi sebenarnya baik dan dia akan memberikan keturunan untukmu. Rumah ini akan ada anak-anak yang lucu dan Kakek tak akan kesepian.” Raffi bersikukuh ingin membuat Rino agar berpikir ulang lagi dengan keputusan yang sudah diambil matang-matang. Dengan demikian, dia akan segera memeluk cucu dari benih Rino.

Kesepian, Rino mendengar kata tersebut bak pisau yang menusuk ulu hatinya. Dia mengingat alasan Dewi selingkuh terngiang-ngiang di telinga. Lantas Rino menutup kedua telinganya dan mengembuskan napas berat. Kaki kirinya mengentak ke lantai seakan-akan menolak kata kesepian itu ada di benak pikirannya.

“Kakek, maaf. Saya tak mau kita berdebat lagi. Ini sudah bulat keputusan saya.” Lelaki itu undur diri pergi.

Raffi menggeleng kepala seraya menatap nanar punggung Rino yang lambat laun menjauh dari pandangannya. Dia tersenyum getir melihat Rino yang keras kepala.

**

Di gedung pengadilan agama.

Suasana yang tadi hening. Tiba-tiba riuh oleh celotehan Dewi yang berdiri di tengah hakim dan pengacara karena dia menolak bercerai dan mengancam pengacara Rino, sedangkan Rino masih duduk tenang sambil mendengarkan keputusan hakim.

“Saya tak mau bercerai. Saya masih mencintai Rino!! Pak Mustar, jika Anda ikut campur dalam urusan rumah tangga saya. Maka Anda akan menyesal, hidup Anda tak akan tenang,” urai Dewi sembari memelotot kepada pengacara Rino sedang berdiri di samping lelaki tampan yang sebentar lagi menyandang mantan suami.

“Ibu Dewi tenang!!” Mustar meminta perempuan berambut panjang itu supaya diam.

Namun, Dewi tidak mengindahkannya. Justru semakin berceloteh panjang lebar tentang pernikahan yang baru seumur jagung.

“Pak hakim, saya tetap mau bercerai. Tak ada masa perbaikan lagi untuk dia. Salah tetap saja salah tak akan ada yang salah menjadi benar.” Rino berdiri tegak dan berkata itu dengan tegas.

“Silakan kalian pikirkan baik-baik dulu. Saya tak mau ada kejadian seperti ini lagi, sidang ini ditunda satu minggu lagi,” jawab lelaki berpakaian serba hitam yang menyorot tajam kepada Rino.

Dewi lekas menarik tangan Rino. Dia menggandeng tangan lelaki yang masih menjadi suaminya tersebut sampai keluar gedung putih itu.

Rino masih tenang tanpa ada ekspresi apa pun tetap datar. Bahkan tidak berkomentar saat Dewi meminta dirinya agar masuk ke dalam mobil.

Mustar mengejar Rino sampai ke mobil Dewi. Dia mengetuk-ketuk kaca mobil. Dewi pun bergegas membuka pintu kaca mobil dengan tatapan dingin.

“Pak Rino, mobilnya bagaimana?” tanya Mustar yang keheranan melihat Rino satu mobil dengan Dewi, sedangkan mobil lelaki itu masih terparkir nyaman di parkiran mobil.

“Ini ambil mobil saya. Buat Bapak saja, saya mau buang sial,” ujar Rino sambil memberikan kunci mobil kepada Mustar. Sontak hal ini membuat lelaki setengah baya itu terkejut dan menganga lebar tidak percaya bahwa akan menerima mobil mewah dari Rino.

“Mas Rino,” lirih Dewi melirik Rino nanar.

“Kamu mau saya yang menyetir,” tandas Rino datar.

“Aku saja,” jawab Dewi langsung menyetir dengan kecepatan rata-rata.

Sementara itu Rino duduk tenang menatap jalanan yang lenggang. Biasanya jam makan siang ramai. Kendaraan lalu-lalang memadati jalanan. Perempuan yang di sampingnya mengendarai mobil matic dan sesekali melirik sekilas kepada Rino.

“Aku tak mau bercerai,” ucap Dewi membuka pembicaraan.

“Saya mau tetap bercerai.” Datar Rino menjawabnya.

“Maafkan aku, Mas. Bisa kita ulang lagi seperti semula.” Dewi menghentikan mobil di tepi jalan. Dia mencodongkan tubuhnya ke arah Rino berusaha menggoda.

Namun, lelaki itu menepis godaan Dewi. Beringsut mundur dan ingin membuka pintu mobil. Dewi menyunggingkan senyum licik.

“Tak akan bisa ke mana-mana. Kita bisa dari nol.” Dewi merayu sambil mengerjap-ngerjapkan bulu mata lentiknya.

“Kamu mau apa? Rumah, mobil mewah, atau apa saja? Sebutkan saja. Asal kamu mau bercerai dengan saya. Jika tak mau maka kamu akan menderita. Paham,” imbuh Rino menawarkan.

Dewi terdiam dan dia memutar bola matanya seolah-olah berpikir antara mau menerima atau menolak penawaran yang diajukan oleh Rino.

“Dewi, buka pintunya. Atau kamu akan mati?” Ancam Rino sambil menunjukkan ponselnya dan Dewi membaca seksama sebuah kabar berita terbaru terkait kabar duka karena tidur di dalam mobil dapat menyebabkan meninggal.

“Saya bisa menyalakan AC mobil dan mobil ini tetap menyala. Dan kita mati bersama di sini,” lanjutnya sembari tersenyum tipis dan rahangnya menegang.

Nampak perempuan yang ada di sampingnya terbelalak. Tersirat jelas dari raut wajah Dewi ada ketakutan menggerayangi.

“Jangan konyol, Mas.” Dewi protes sambil menepuk pundak Rino.

“Kita sedang tak bercanda. Kamu yang memulainya. Bagaimana Dewi? Mau kita mati bersama atau mau bercerai?”

Hening.

Beberapa menit tidak ada yang membuka pembicaraan.

Dewi pun menghela napas panjang dan menjawab pertanyaan dari Rino dengan penuh putus asa. “Baiklah, aku ingin bercerai saja. Tapi, aku minta rumah yang kini ditempati olehku jadi milikku.” Dia sembari meremas-remas buku-buku jarinya

Rino bertepuk tangan dan tertawa renyah. Dia menatap nyalang Dewi penuh kebencian, lalu tangannya terulur memegang dagu perempuan itu.

“Kau itu ular berbisa. Pura-pura tak mau bercerai hanya demi rumah. Sampah,” kelakar Rino menekankan kata sampah kepada Dewi saking sakit hati. “Lagipula siapa yang mau mati bersama? Saya memang mencintaimu. Tapi, saya bukan manusia bodoh.” Rino melanjutkan ucapannya.

Perkataan Rino bak sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dewi. Perempuan itu terdiam tanpa bisa menjawab apa-apa lagi. Lalu dia membuka pintu mobil membiarkan Rino keluar dari mobil.

Sebelum Rino keluar. Lelaki itu menoleh kepada Dewi. “Aku tak akan ingkar janji. Tenang saja, kamu akan mendapatkan rumah yang kau mau. Asal kamu mau menandatangani surat cerai kita.”

“Iya,” jawab Dewi singkat.

Tungkai kaki lelaki itu melangkah maju tanpa menoleh lagi ke belakang. Dia mengusap wajahnya dan nampak sumringah karena dapat tahu watak asli Dewi.

Kini Rino beruntung melepaskan genggaman tangannya dari Dewi. Perempuan seperti Dewi tidak pantas dipertahankan.

“Dasar mata duitan,” gumam Rino menyunggingkan senyum simpul.

**

Hari yang ditunggu pun terjadi. Di mana hari kebebasan Rino yang sudah tidak punya kewajiban lahir dan batin lagi kepada Dewi. Lelaki tersebut sumringah setelah mendapatkan keputusan dari hakim dan Dewi pun sudah menandatangani surat cerai seraya dengan bulir-bulir bening luruh berlinang membasahi pipi. Sebaliknyaa mata Rino berbinar saat menandatangani surat cerai itu.

Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Lekas dia meraih ponsel tersebut.  

“Halo, Apa? Tak mungkin.” Seketika itu juga Rino membelalak dan bangkit berdiri saat mendapatkan kabar.  

Lantas Rino menutup teleponnya dan bergegas keluar.

"Ada apa?" tanya Dewi mengekor dari belakang.

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
ternyata Dewi cuma mengincar hartanya Rino..
goodnovel comment avatar
Herni
Rino dapat kabar apa ya????
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
ngpin kamu masih ngekorin wi, kan udah dpat yg kamu mau
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Om Duda vs Bujangan   Duda Keren

    “Bagaimana keadaan kakek saya?” tanya Rino melihat Raffi terbaring di tempat tidur dengan ukuran king size.“Rino, kakekmu mengalami serangan jantung. Untungnya segera ditangani dan saya kebetulan ada di tempat yang sama dengan Pak Raffi.” Dokter yang usianya kepala tiga menjadi dokter pribadi Raffi yang mempunyai penyakit jantung dan darah tinggi.Rino mengembuskan napas lega mendengar kondisi sang kakek yang baik. Dia sempat berpikir aneh-aneh saat di mobil. Tidak terbayang jika dia harus kehilangan Raffi. Lelaki itu sangat menyayangi kakeknya. Kemudian Rino duduk di tepi ranjang dan mengusap wajah Raffi begitu lembut.“Rino,” lirih Raffi sembari membuka matanya perlahan.“Kakek, istirahat dulu. Kenapa Kakek harus datang ke acara pembukaan lukisan yang ada di Kemang?” dumel Rino menatap sendu lelaki berambut putih tersebut.“Kakek suka seni.”“Kondisi Kakek harus diperhatika

    Last Updated : 2021-09-15
  • Om Duda vs Bujangan   Datang ke Kampung Sukasari

    Di tepi jalan-jalan, banyak ditanami pohon-pohon menjulang tinggi memanjakan mata, seperti pohon pinus yang berfungsi sebagai penyerapan air ketika musim hujan. Di pagi hari udara di daerah pegunungan itu sangat dingin sekali. Udara di sana masih bersih dan segar. Lelaki berhidung bangir itu berdiri di tepi jalan dan ia mengembuskan napas panjang. Satu lolos kata yang keluar dari mulut Rino adalah kata sejuk karena belum banyak bercampur dengan polusi. Bahkan embun dan kabut masih menutupi hijaunya daun-daun. Suara burung burung yang berkicau terdengar sangat indah bak menyambut kedatangan Rino. Iya, lelaki itu sengaja pergi dari rumah pagi-pagi buta tanpa sepengetahuan sang kakek. Pemandangan alam yang indah, sejauh mata memandang tampak terdapat gunung yang tinggi, besar, dan biru. senyum lelaki terbit melihat pemandangan pedesaan. Sungguh jauh berbeda dengan di kota. Lalu-lalang kendaraan dan gedung-gedung tinggi. Kini yang Rino lihat sepanjang perjalanan adalah p

    Last Updated : 2021-09-16
  • Om Duda vs Bujangan   Perselisihan

    PerselisihanKedatangan Rino di kampung Sukasari itu menjadi buah bibir para gadis yang terpesona oleh ketampanan dan kegagahan Rino saat lelaki itu dibawa jalan-jalan ke pasar malam oleh Tomi.Suasana di tempat itu ramai. Riuh orang-orang berjalan lalu-lalang. Bianglala pun menjadi magnet bagi yang baru datang ditambah dengan lampu-lampu warna-warni bak pelangi mengundang decak kagum. Banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya untuk mencari sesuap nasi. Rino menyisir setiap sudut pasar malam yang selalu ada di malam minggu. Dia mengulas senyum saat melihat anak-anak raut wajahnya terpancar sumringah bermain riang karena permainan di pasar malam itu beraneka ragam.Tomi meminta Rino agar menunggunya di dekat bianglala karena Tomi ada kepentingan mendadak panggilan alam. Maka lelaki berhidung bangir itu berdiri bergeming sembari melihat orang-orang berpasangan naik bianglala.Namun, tiba-tiba seseorang meneriakinya maling. Sontak Rino terkesiap d

    Last Updated : 2021-09-16
  • Om Duda vs Bujangan   Jatuh Cinta

    "Argghhhhhhh, diam. Jangan bohong." Wulandari memelotot sembari memukul lengan Rino oleh sapu. "Hayo, ngaku!!" lanjutnya cerocos.Suara Wulandari yang cempreng membuat Tomi terbangun dan lelaki itu terkesiap terkejut melihat Rino yang sedang dipukuli oleh Wulandari, lekas lelaki itu berlari kecil menjadi penengah meraih sapu yang hendak melayang ke lengan Rino.Rino berdiri bergeming tanpa protes atau pun melawan. Mata lelaki tersebut menajam ke arah Arunika. Sorot tatapannya penuh kebencian. Bisa-bisanya Wulandari menuduh Rino menghamili Arunika.Bahkan Rino tidak mengindahkan ucapan Tomi, dia lebih fokus menatap nyalang Arunika yang menunduk sambil meremas-remas baju. Sampai Tomi menepuk pundak Rino dan lelaki tersebut melirik sekilas kepada sang sahabat."Saya tak menghamili Arunika," ucapnya tegas."Tuh, Ibu Wulandari. Kalau ngomong itu dijaga jangan seperti petasan itu mulut

    Last Updated : 2021-09-17
  • Om Duda vs Bujangan   Punya Saingan

    Punya Saingan“Buka saja,” ucap Sri melempar senyum manis dan rambut pirangnya yang kerap kali dikucir satu, kini digerai. Biasanya pun pakaian Sri kemeja atau kaus serta memakai celana levis atau celan pendek. Namun, kini Rino sedikit tercengang melihat perubahan Sri yang menjadi feminim memakai rok selutut dan baju atasan. Gadis itu baru pulang main dari rumah temannya.Rino mengulum senyum tipis ketika membaca surat undangan tersebut. Inisialnya bukan A nama calon pengantin perempuannya, dia menghela napas lega sembari menatap teduh Sri.“Maksudmu berikan undangan ini apa?” tanya Rino mengernyit.“Om, mau nggak temenin Sri ke undangan sebagai pasangannya,” jawab gadis itu tanpa basa-basi langsung mengajak Rino.Sri kerap kali memanggil Rino dengan sebutan Om, entah kenapa Sri pun merasa nyaman bila berada di dekat Rino dan gara-gara Rino pun gadis tersebut ingin merubah penampilannya. Makanya hari ini penampil

    Last Updated : 2021-09-18
  • Om Duda vs Bujangan   Perjuangan Pertama

    Perjuangan PertamaSri memegangi lengan Rino begitu erat. Gadis itu sesekali berteriak sekencang-kencangnya saking kagetnya melihat penghuni rumah hantu. Meski sudah tahu jika itu manusia yang berpura-pura menjadi manusia, tetapi tetap saja bisa membuat jantung Sri dan Rino mencelos dari tempatnya. Rino memasang wajah datar tidak tampak ketakutan hanya terkejut bila tiba-tiba muncul hantu tanpa muncul di depannya.Tiga puluh menit mereka berdua belum menemukan pintu keluar masih berkeliling mencari pintu karena banyak gangguan dari penghuni rumah hantu itu yang menggoda.Brugh!!Rino seperti menabrak punggung seseorang karena sudah masuk ke area zona gelap, tantangan terakhir agar menemukan pintu keluar.“Argh, siapa kamu?” bentak suara wanita yang sudah tidak asing lagi bagi Rino.“Arunika,” tegur Rino lembut.“Kakak,” sambung Sri sambil tangannya mengibas seakan mencari sosok sang kakak.&l

    Last Updated : 2021-09-19
  • Om Duda vs Bujangan   Perjuangan Kedua [Pura-pura Menjadi Pacar]

    Pukul sebelas siang. Rino baru turun dari mobil sudah menjadi sorotan orang banyak. Apalagi saat ini Sri menggandeng tangan lelaki itu sambil menampilkan barisan gigi putihnya. Mereka berdua berjalan bersisian memasuki area resepsi pernikahan. Rino memasang wajah semanis mungkin agar Sri bahagia. Hari ini dia benar-benar harus berakting menjadi pacar sehari gadis tersebut.Sri mengajak Rino untuk menaiki panggung pelaminan dan mereka mengucapkan selamat bahagia kepada pasangan pengantin yang berbahagia.“Mateng, nih,” sapa pengantin wanita melempar senyum kepada Sri.“Bukan mateng lagi. Ini namanya rezeki nomplok,” balas Sri terkekeh kecil sembari menggelayut mesra di bahu Rino, menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Sri tidak peduli dengan penilaian orang atau teman-temannya yang penting dapat membawa pasangan tampan dan mapan itu yang ingin ditonjolkan oleh Sri agar teman-temannya tidak mengejek jika gadis itu kelamaan menjadi jomlo

    Last Updated : 2021-09-20
  • Om Duda vs Bujangan   Perjuangan Ketiga ( Jadi Miskin)

    Untungnya Rino dapat menepis serangan dari lawan dan ia memberikan tendangan seribu kepada lelaki itu. "Jangan ganggu dia!!" bentak Rino sembari memelotot.Mereka pun langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat. Rino yang sudah ahli taekwondo, baginya menghadapi para pemuda itu hal mudah yang sulit saat ini adalah merebut hati si gadis bunga desa itu.Arunika melempar senyum kepada Rino dan lelaki berjas hitam itu pun segera menolongnya."Terima kasih," ucap Irwansyah."Sama-sama, ayo saya antar sampai rumah." Rino menjawab seraya melengkungkan senyum manis.**Mereka bertiga turun dari mobil. Di depan rumah bercat abu-abu itu tampak Maria---ibu Irwansyah sedang menyapu teras dan wajahnya mendadak berubah cemas di kala melihat Irwansyah terluka, wanita paruh baya itu menghambur menghampiri."Ada apa ini?" tanya Maria."Bu, kami tadi dihadang oleh pemuda yang jail," jawab Arunika."Ya ampun, mereka nggak ada ka

    Last Updated : 2021-09-22

Latest chapter

  • Om Duda vs Bujangan   Menemukan Cinta Sejati

    Jantung Talita seakan mencelos dari tempatnya seketika itu juga tubuhnya mendadak bergemetar hebat."Maksudmu apa?" tanya balik Talita."Mau jujur nggak?" Tantang Rino menatap lekat manik mata Talita.Atmosfer di ruangan tersebut terasa sangat menegangkan. Bahkan, butiran keringat mendadak berjatuhan dari wajah Talita. Wanita itu pun menghela napas berat sembari memilin rambut hanya sekadar untuk menghilangkan rasa groginya.Ruangan AC itu tak membuat Talita merasa sejuk. Tatapan Rino semakin menyelisik dalam seakan masuk ke dalam jendela hati Talita."Aku mau jujur," jawab Talita tersenyum getir. Lalu dia pun menarik tangan Rino dan diarahkan ke dadanya."Di sini ada Arunika. Apakah kamu marah padaku? Jika aku hidup karena kebaikan Arunika."Hening.Rino mengurai pegangan tangan Talita. Sorot mata lelaki itu berubah setajam silet. Seakan menyayat hati Talita. Usai berbicara jujur. Talita menundukkan wajahnya tak berani menatap

  • Om Duda vs Bujangan   Menuntut Kejujuran

    "Tapi, jika kamu tahu kalau aku mempunyai----" Talita menghentikan ucapannya. Dia menunduk sedih. Tak sanggup untuk jujur."Kenapa?" Rino pun mengangkat wajah Talita. "Lihat saya. Kamu mau bicara apa? Katakan saja.""Anu--it--u so--al." Talita terbata-bata. Dia tak mampu melanjutkan ucapannya lagi. Rasanya dadanya terasa sesak. Akan tetapi, raut wajah Rino meneduhkan tak ada sama sekali amarah yang terpancar dari wajah Rino karena Talita tak melanjutkan ucapannya.Tangan lelaki itu pun meraup wajah Talita dan kembali menyerang wanita itu dengan ciuman bertubi-tubi. Namun, Talita melepaskan pagutan liar dari Rino."Aku capek," ucapnya beralasan. Talita pun langsung memunggungi Rino."Kamu kenapa? Kalau ada sesuatu yang mau dibicarakan katakan saja," urai Rino sambil memeluk pinggang Talita dari belakang.Bibir wanita itu mengatup rapat dan matanya berusaha terpejam. Deguban jantungnya cepat seolah sedang lari maraton. Kendatipun d

  • Om Duda vs Bujangan   Mengatakan Cinta Kepada Talita

    Lelaki itu terus melayangkan tinju kepada Rino. Untungnya lelaki berhidung bangir itu mampu menangkis semua serangan dari lawannya.Lalu kali ini giliran Rino menyerang. Dia layangkan tendangan bebas untuk lelaki berjaket hitam kulit. Rino adu jotos dengan preman yang menghadang perjalanannya."Jauhi istri gue!" bentak lelaki yang tiba-tiba muncul sambil turun dari motor."Kamu, jadi ini anak buahmu.""Iya, jangan macam-macam. Apalagi dekat sama istri gue!""Maaf, saya tak bermaksud untuk ikut campur urusan dengan rumah tangga Gisel. Tapi, yang kamu lakukan itu sudah berlebihan.""Sial, banyak ngomong!" tukas suami Gisel sambil menodongkan pisau kepada Rino.Melihat pisau di depan mukanya. Tak membuat nyali Rino menciut. Maka dia pun lekas menepis pisau itu, hingga terjatuh ke sembarang arah."Seraaaaang!" titah suami Gisel.Dua preman itu pun langsung menyerang Rino dengan membabi-buta. Untungnya Rino jago bela di

  • Om Duda vs Bujangan   Nasib Gisel Malang

    Gisel berlari sekencang mungkin. Dia menghindar dari kejaran orang yang menagih hutang suaminya. Sungguh malang nasib Gisel. Pasca tak bersama lagi dengan Rino dan wanita itu dibawa berobat agar tak depresi memikirkan Rino. Namun sayangnya, saat di tempat penyembuhan Gisel bertemu dengan lelaki yang salah berpura-pura mencintai wanita itu. Padahal hanya ingin menumpang hidup enak di keluarga Gisel.Wanita berhijab itu pun merasa jika suaminya mempunyai niat terselubung menikahinya. Akhirnya, Gisel memutuskan untuk pergi dari rumah dari zona nyaman tak meminta materi dari kedua orangtuanya. Berharap hidup berdua mengontrak akan membuat suami Gisel sadar agar menjadi sosok lelaki dan suami yang tanggung jawab mau bekerja. Ini justru gila judi dan pemain wanita.Ini adalah titik di mana Gisel sudah muak diteror oleh banyak preman yang menagih hutang suaminya. Bahkan, saat ini Gisel dikejar oleh lelaki berusia lima puluh rintenir yang menginginkan Gisel menjadi istri kelim

  • Om Duda vs Bujangan   Bertemu Gisel

    "Pagi," sapa Rino seraya melempar senyum.Namun, tak diindahkan oleh Talita. Wanita itu sibuk menyiapkan sarapan di atas meja. Lisna sudah duduk manis sembari menonton ponsel."Hari ini lagi ada yang marah?" sindir Rino.Mau marah bagaimana coba? Kalau menjadi posisi Talita, pasti marah karena di saat mau ke puncak kenikmatan. Justru yang disebut oleh Rino nama wanita lain."Hemmmm." Talita berdeham."Siapa, Om?" tanya Lisna sembari mendongak."Itu Bundamu yang cantik," jawab Rino sambil menarik kursi. Dia duduk di samping Lisna."Aku cuma nyuapin nasi goreng. Kamu mau makan nasgor atau roti?" tanya Talita datar."Nggak apa-apa sama nasgor saja," balas Rini sembari mengulum senyum simpul.Lantas Talita langsung menaruh nasi goreng di piring Rino. Lelaki itu menatap nanar Talita."Terima kasih," ucapnya.Namun, Talita tak mengindahkan ucapan Rino. Wanita tersebut kembali menyelesaikan cucian yang

  • Om Duda vs Bujangan   Rino Jatuh Cinta Lagi

    "Mau tahu banget?" ejek Rino sambil menyetir mobil."Terima kasih, yah. Sudah mau menolongku.""Ini sudah berapa kali kamu bilang seperti itu."Talita pun tersenyum simpul. Pipinya merona memerah seketika itu juga di saat Rino mulai mau berdialog hangat dengannya. Sebagai mengalihkan pembicaraan. Lantas Talita kembali melontarkan tanya tentang cara Rino dapat berhasil masuk ke apartemen Wiro.Ternyata Rino sudah mempunyai jadwal yang di mana Wiro akan melakukan bisnis kotor yang tersambung dengan para wanita. Lelaki itu mendapatkan kabar itu dari salah satu kolega Wiro adalah kolega Rino juga dengan memberikan uang yang nominalnya cukup besar. Makanya, Rino dapat masuk ke acara Wiro di pesta topeng bersama beberapa polisi. Iya, lelaki itu telah melaporkan kehilangan Talita.Mencerna cerita dari Rino. Talita manggut-manggut dan mengulum senyum tipis. Dia tak menyangka bahwa lelaki itu mau menolongnya.Jalanan lengang. Sorot lampu jalanan menj

  • Om Duda vs Bujangan   Seratus Juta

    Wiro penyuka wanita cantik yang untuk didekati lalu dijual ke teman-teman kolega kerjanya sebagai bentuk kerja sama agar terhubung dengan baik. Memiliki ketampanan dan kemampuan merayu. Siapa yang tak akan jatuh ke pelukan Wiro kecuali Talita yang tak mudah jatuh termakan rayuan gombal maut Wiro. Begitulah yang dicerna oleh Talita saat mendengar cerita dari wanita yang duduk di depannya. Menceritakan awal pertemuannya dengan Wiro, dengan iming-iming akan dinikahi dan diberi mobil. Akan tetapi, ternyata justru wanita-wanita itu dijebak oleh Wiro untuk dijual."Dasar bedeebah," ucap Talita yang geram mendenga cerita itu."Lalu bagaimana ini? Kita tak bisa kabur dari sini. Teman kita pasti sudah digrepek sama laki-laki tua bangka," kilah salah satu wanita yang sudah memakai baju tidur sexi sesuai permintaan Wiro.Talita tertegun dan dia berusaha berpikir tenang. Agar dapat keluar dari kamar apartemen Wiro. Dia pun tak mau dijual. Suasana menjadi hening.

  • Om Duda vs Bujangan   Dijual Wiro

    "Kamu mau bawa aku ke mana?!" pekik Talita berontak melawan.Wiro terus menarik paksa tangan Talita. Dia tak peduli pekikan Talita. Sampai wanita itu dipaksa masuk ke dalam mobil."Diam, ikut saja. Jangan melawan. Jika tidak anakmu akan jadi korbannya!" sentak Wiro."Jangan macam-macam. Jangan pernah sentuh Lisna." Talita memelotot. Dia pun harus mematuhi perintah Wiro. Akhirnya, Talita duduk tenang di belakang sambil meremas-remas buku-buku jarinya sendiri. Bahkan, dia sudah tak peduli lagi dengan dirinya sendiri yang penting Wiro tak menyakiti Lisna.Perjalanan mereka hampir satu jam. Tiba di tempat tujuan. Talita terbelalak saat turun dari mobil. Gedung pencakar langit di depan mata dan dia pun menelan ludah untuk menilimisir rasa takutnya. Wiro benar-benar mengintimidasinya, sampai Talita diam seribu bahasa saat tangannya digandeng oleh Wiro."Pokoknya kamu patuhi apa yang saya perintahkan."Talita mengangguk pelan dengan raut wajah send

  • Om Duda vs Bujangan   Lisna Merindukan Talita

    "Kamu berani sama saya!" bentak Wiro.Talita terhuyung limbung jatuh ke lantai. Dia meringis kesakitan. Wiro menyeringai iblis tatapannya seolah-olah ingin menelaanjangi Talita.Lantas tangannya terulur mencengkram erat lengan Talita. "Malam ini kamu akan menjadi milik saya," bisik Wiro."Lepaasssssin aku!" Talita berontak melawan dengan susah payah. Namun, memang tenaga Wiro lebih kuat. Maka Talita tak bisa melawan. Wanita itu didorong ke kasur sampai Talita meringis menahan sakit.Saking kasarnya Wiro memperlakukan Talita. Terbit senyum jahat dari bibir Wiro. Lelaki mengerlingkan mata dan merayap naik ke ranjang.Sontak Talita beringsut mundur menghindari dengan tatapan sendu dan tampak ketakutan sekali.Wiro mendekati dan tangannya sudah menangkap tangan Talita. "Diam saja. Tinggal nikmati jangan berontak."Tiba-tiba terdengar suara bariton mengetuk pintu. Siapa lagi jika bukan teman Wiro. Maka lelaki tersebut mengurungkan niatnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status