Minah melihat, anak dan suami Amel saling berhadapan segera mendekat. Apalagi wanita yang diperebutkan sedikit menjauh, pasti dia merasakan ketegangan itu. "Hey ... kalian ini kenapa, saling tatap gitu. Jangan-jangan ...," ucap Minah.Mendengar ucapan Minah yang hendak mengarah ke tidak besar. Mereka langsung mengalihkan pandangan, dan kini menatapan kedua wanita itu."Jangan asal bicara, saya masih normal," sahut Raffa dingin.Lelaki itu bangkit dan berdiri di samping istrinya. Pria tersebut bahkan menggenggam jemari Amel."Dih, pamer!" Fajar mencibir melihat Raffa yang menggandeng lengan Amel. Lalu lelaki itu mengalihkan pandangan menatap sang Ibu."Ibu ini, emang mau anaknya gitu. Jangan ngomong sembarang dong, sama aja Ibu kaya nyumpahin Fajar lho," ujar lelaki itu.Minah mendengar ujaran lelaki itu langsung badannya gemetar. Ia menggeleng sebagai jawaban. "Amit-amit, jangan sampe deh. Ibu masih pengen punya cucu, kalau misalnya jadi gitu gak punya cucu, Ibu," celetuk Minah.Su
Amel mendengar itu wajahnya langsung datar. Ia menatap tak percaya sang suami."Siapa yang ngajak aku ke sini, aku kan gak tau kamu ngajak ke sini. Jadi masa aku tau dia bakal di sini," kata Amel dingin.Raffa terdiam sebentar lalu membenarkan ucapan sang istri. Lalu pria tersebut langsung menggenggam jemari Amel."Maafin aku, aku kelewat cemburu," kata Raffa pelan.Amel menghela napas, ia mengulas senyum tipis lalu mengangguk. "Ya udah, kita nikmati waktu kencan kini. Masa kencan kita isinya sensi mulu," ujar Amel pelan. Wanita itu menyendokan mie ayam lalu menyodorkan ke mulut Raffa. Lelaki tersebut langsung menerimanya, dengan seringai terulas karena Fajar melihat kejadian ini. "Sialan! Pamer kemesraan, liat aja. Gue gak akan berhenti ngejar sebelum Amel hamil," geram Fajar dalam hati. Lelaki itu menatap dengan mata melotot ke arah pasangan suami istri tersebut. Tangannya terkepal, memandang pemandangan mereka tengah bermesraan. Hati Fajar sangat terbakar, padahal rencana akan
Raffa yang mendengar itu menyeringai, ia menggeleng. Melihat sang istri sangat fokus bermain games. Bahkan suara langkah kaki saja dia tidak menyadari, lelaki tersebut berdehem sebagai tanda jika dia berada di sana. "Kayanya lagi ada yang ngelanggar janji deh," sindir Raffa.Amel langsung mendongak, wanita itu segera memasukan dengan cepat handphone. "Udah gak perlu diumpetin, udah dari tadi liat kamu asik main games," sinis lelaki itu.Wanita itu menghentikan aksinya lalu memamerkan seringai. Ia mengulas senyum kecil dan menggaruk kepala. Perempuan tersebut seperti maling yang tertangkap basah."Hehehe ... abisnya aku bosen, Mas. Kamu lama bayarnya," elak sang istri.Raffa mendengar itu memutarkan bola mata dengan malas. Ia menyodorkan tangan, membuat Amel mengeryitkan alis tanda bingung. "Sini handphone, kamu. Biar aku yang pegang, terus kamu pegang handphone aku," jelas Raffa.Netra Amel langsung melotot mendengar penjelasan suaminya. Ia bangkit secara mendadak, membuat kakinya
Amel membalikan badan spontan saat mendengar suara Raffa. Melihat reaksi sang istri, terlihat lelaki itu terkekeh. Setelah mereka berhadapan, suami perempuan tersebut memilih membuka pintu mobil dan masuk."Kenapa masih berdiri, katanya kita mau kencan hari ini," seru Raffa. Pria itu berkata seraya menyalakan klason, membuat Amel terperanjak. Perempuan tersebut segera menaiki mobil dan memakai sabuk pengaman. Tatapan mata Amel menghindari netra suaminya. "Apa mataku seram, kenapa kamu kaya menghindari tatapanku," lontar lelaki itu.Amel menggeleng tetapi, tidak menatap mata suaminya. Ia malah memandang ke luar jendela. Melihat hal tersebut Raffa menyeringai. "Perasaan aku dah pernah nasehatin kamu deh, tapi kok kamu sekarang ngelakuin lagi," tutur Raffa.Penuturan sang suami, membuat Amel menoleh sekilas lalu membuang muka lagi ke jendela. "Nasihatin apa, Mas? Jangan ngada-ngada deh. Perasaan gak ada tuh," jawab wanita itu.Raffa menghela napas, lelaki itu tengah memanaskan mobil.
Amel meninju bahu Panji, membuat lelaki itu mengaduh. "Ke sini bareng siapa? Gak mungkin sendiri kan, kalau iya kasian banget," seru Amel.Panji mendengkus mendengaran seruan Amel. Lalu menundukan kepala saat tatapan tajam Raffa tertuju padanya. Ia segera menggeser tempat berdiri, agar tidak terlalu dekat dengan istri pria tersebut."Enak aja, gue lagi PDKT dong. Tebak! Siapa yang gue ajak," balas Panji.Amel memutarkan bola matanya dengan malas, lalu pandangan netra wanita itu menatap seseorang yang mendekat. "Jangan bilang, lo berhasil ngajak Tante Kayla," kata Amel. Mendengar tebakan Amel yang tepat, lelaki itu bertepuk tangan. "Wow, lo bener. Jangan-jangan lo profesinya cenayang ya," seru Panji. Wanita itu tidak menyahuti seruan sepupu Raffa. Dia malah menunjuk di mana Kayla berada, bahkan kini perempuan tersebut berada di samping Panji "Katanya mau ambil tiket, kenapa malah ngobrol. Udah ah, kalau gak niat ngajakin mah mendingan aku pergi," cecar Kayla. Panji langsung me
Amel memilih menarik lengan suami. Dia membawa pria itu menuju parkiran, sesampai di mobil ia menghentikan langkahnya."Kenapa kamu malah ngajak ke parkiran lagi. Harusnya kita beli tiket lho, sebentar lagi filmnya mulai," tutur Raffa.Wanita itu menggeleng, membuat Raffa mengeryitkan alisnya."Udah gak mood nonton bioskop, mendingan kita ke rumah aja yuk! Kita masak di rumah bareng-bareng," lontar Amel.Mendengar jawaban sang istri, Raffa menyeringai. Lelaki itu menatap tajam Amel dan bersidekap."Kamu berusaha ngalihin topik ya, biar aku lupa soal kejadian tadi. Kayanya enggak bakal lupa deh, nanti aku bakal kasih pelajaran sama Panji," seru lelaki itu.Amel menarik lengan Raffa, membuat lelaki itu bertabrakan dengan badannya. Wanita tersebut mendongak, menatap paras sang suami. "Jangan, Mas. Dia gak sengaja, lagian kan cuma ngerangkul aja. Bukan nyium," ucap Amel pelan. Lelaki itu menghela napas, ia langsung melepaskan tangan istrinya dari pinggang."Dia boleh rangkul siapa aja,
"Om ganteng ....""Om baik."Teriakan anak kecil menggema, mereka berlari dan berhamburan memeluk Raffa. Lelaki itu dengan penuh senyuman dan kebahagiaan menyambut mereka. Bahkan para gadis kecil mengecup pipi suami Amel."Wah ... Om seneng kalian badannya pada montok-montok, jadi makin gemesin deh," seru Raffa. Sedangkan Amel, wanita itu masih terdiam. Melihat keakraban suaminya dengan anak-anak. Setelah beberapa menit diabaikan, ada seorang pria kecil yang mendekati. "Kakak, Kakak siapa? Kok bareng Om baik. Boleh peluk gak, soalnya Kakak cantik," pinta pria kecil itu. Lelaki kecil itu mengangkat tangan memperagakan ingin segera di dekap. Melihat hal tersebut, apalagi wajah menggemaskan anak pria ini. Membuat Amel gereget dan langsung membawa dia dalam dekapan. "Oh iya, kenalin ini Tante Amel. Dia istri Om," kata Raffa. Amel melotot mendengar Raffa yang memperkenalkan dia dengan sebutan Tante. Baru saja hendak protes, ada perempuan yang diperkirakan umur sembilan tahun mendahulu
Baru saja Raffa hendak menjawab. Suara seseorang membuat mereka menoleh. "Wah ... Mas Raffa, kenapa gak chat kalau mau ke sini. Kalau kami tau pasti masak yang enak lho, buat nyambut," seru wanita itu. Amel memiringkan kepalanya, ia memandang wanita itu yang tengah mengajak berbincang sang suami. Dari tatapan pada Raffa, sudah terlihat jika dia menyimpang rasa. Rasa cemburu langsung hinggap, Amel dengan gerakan cepat memeluk lengan Raffa."Mas, aku pegel. Masa berdiri terus," kata Amel.Mendengar ucapan Amel, Ibu panti langsung mengajak ke ruang tamu. Tetapi, Raffa menoleh, ia menggeleng."Kami ke sini mau main sama mereka, Bu. Oh iya, nanti sebentar lagi. Ada asisten saya yang bawa beberapa mainan dan cemilan, itu buat anak-anak," ujar Raffa.Ibu panti itu mengangguk kepala, ia hendak pamit membuatkan kopi. Tetapi, ditahan Raffa terlebih dahulu, membuat wanita tersebut menoleh. "Nanti dulu, Bu. Saya belum kenalin Amel, ini istri saya Bu. Doain kami biar langgeng ya."Kedua wanita
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb