Saat di dekat mobil, Amel langsung menarik tangannya dari genggaman sang suami. Tatapan geram dilayangkan pada lelaki itu."Mas kamu apa-apaan sih, kamu bela dia," hardik wanita itu.Raffa menghirup dan mengembuskan napas kasar sambil menatap ke bawah. Mendapatkan hardikan dari sang istri, ia langsung kembali memandang tajam manik mata Amel."Apa kamu gak bisa kalau bisa dengan nada biasa aja, kenapa kalau marah selalu aja bentakan yang keluar," ucap Raffa dingin.Perempuan yang berdiri di hadapan Raffa itu terkejut dengan suara dingin lelaki tersebut. Tubuh Amel gemetar, dia yang tadi hendak membela diri kini nyalinya menciut. "Kenapa diam aja, ayo balas tatapan aku!" Amel menggeleng lalu semakin menunduk, lelaki itu menyugarkan rambut dan menarik lengan istrinya. Menyuruh perempuan tersebut untuk naik ke mobil, setelah sang wanita masuk. Dia bergegas mengikuti dengan duduk di kursi kemudi. "Kita bicara di sini aja."Kata itu keluar dari bibir Raffa, nada suara lelaki tersebut ma
Mata Amel langsung membulat saat mendengar perkataan sang suami. Riak ketakutan sangat terlihat, melihat hal itu Raffa ingin sekali tertawa. Tetapi, masih ditahan karena wajah tegang wanitanya menurut dia sangat menggemaskan."Mas, kamu bohong kan, kamu cuma mau nakuti aku," cicit perempuan itu.Raffa menggeleng sebagai jawaban, kala hendak menyahuti sang istri. Suara klason dan teriakan beberapa orang menyadarkannya. Jika kini mereka berada di jalan, lelaki tersebut segara meminta maaf lalu melajukan mobil. Selama perjalanan suasana sangat hening, hanya deru kendaraan yang terdengar."Sepi banget, biasanya istriku berisik. Apa dia tidur ya," batin lelaki itu. Lelaki itu akhirnya menoleh lalu mengeryitkan alis kala melihat sang istri. Segera menepi, dan setelah mematikan mesin kendaraan tersebut. Dia segera memegang bahu Amel."Kamu kenapa, Sayang. Kenapa keringetan gini, kamu sakit Yang?" tanya Raffa khawatir. Tubuh wanita itu gemetar, bahkan dia berusaha menghindari sentuhan sang
Amel mendengkus, wanita itu memalingkan wajah ke jendela. Raffa yang melihat hal tersebut terkekeh, lalu memilih melajukan kendaraannya lagi."Kita ke mana nih, Yang. Udah deh gak perlu pake acara ngambek-ngambekan. Sekarang kita happy-happy," seru Raffa.Wanita itu masih tidak menoleh, tatapanya masih ke luar jendela. Raffa menghela napas, memilih memikirkan ke mana dia mengajak sang istri untuk bersenang-senang. Senyuman terukir kala mendapatkan ide."Pasti dia suka ke sini, udah lumayan lama juga kan gak ke sini," gumam lelaki itu.Mendengar gumaman tak jelas sang suami, Amel menoleh dan mengeryitkan alis. Ia sekali bertanya tetapi, dia sangat gengsi. Memilih menahan hal tersebut dan mengeluarkan benda pipihnya."Eitt ... apa kamu lupa, yang kita pas berangkat sepakatin," tegur Raffa.Amel berdecak mendengar teguran suaminya. Ia langsung memasukan benda pipih itu dengan kasar ke tas. Perempuan tersebut bersidekap dan memandangi jendela lagi."Padahal kan cuma mau main games doang,"
"Mang, udah belum buat mie ayam baksonya. Amel udah laper nih, fokus dong. Jangan ngobrol terus," seru Amel.Amel berkata demikian seraya melirik suami Minah dan Raffa. Wanita itu mendekat lalu mendaratkan bokongnya ke pangkuan lelaki itu. "Ayo Mang, aku tungguin nih. Laper soalnya," lontar Amel.Minah dan suaminya mengangguk seraya tersenyum. Sang istri juga lebih memilih membantu. Tidak ingin mengangguk pasangan tersebut."Sayang, ngapain kamu duduk dipangkuanku. Biasanya enggak gini," bisik Raffa. Amel mengulas senyum kecil mendengar bisikan sang suami, atau lebih merasa geli. Karena Raffa berbicara dengan bibir sangat deket di telinga, membuat dia kegelian. "Nanti juga kamu, paham. Sini tangannya," sahut Amel pelan. Lelaki itu mengeryitkan alis saat mendengar jawaban sang istri. Lalu Amel bangkit, wanita tersebut menggenggam jemari Raffa. "Mendingan kita duduk di sana lagi yuk," ajak perempuan itu. Raffa menuruti ajakan istrinya, lelaki itu menarik lengan Amel. Mereka melang
Minah melihat, anak dan suami Amel saling berhadapan segera mendekat. Apalagi wanita yang diperebutkan sedikit menjauh, pasti dia merasakan ketegangan itu. "Hey ... kalian ini kenapa, saling tatap gitu. Jangan-jangan ...," ucap Minah.Mendengar ucapan Minah yang hendak mengarah ke tidak besar. Mereka langsung mengalihkan pandangan, dan kini menatapan kedua wanita itu."Jangan asal bicara, saya masih normal," sahut Raffa dingin.Lelaki itu bangkit dan berdiri di samping istrinya. Pria tersebut bahkan menggenggam jemari Amel."Dih, pamer!" Fajar mencibir melihat Raffa yang menggandeng lengan Amel. Lalu lelaki itu mengalihkan pandangan menatap sang Ibu."Ibu ini, emang mau anaknya gitu. Jangan ngomong sembarang dong, sama aja Ibu kaya nyumpahin Fajar lho," ujar lelaki itu.Minah mendengar ujaran lelaki itu langsung badannya gemetar. Ia menggeleng sebagai jawaban. "Amit-amit, jangan sampe deh. Ibu masih pengen punya cucu, kalau misalnya jadi gitu gak punya cucu, Ibu," celetuk Minah.Su
Amel mendengar itu wajahnya langsung datar. Ia menatap tak percaya sang suami."Siapa yang ngajak aku ke sini, aku kan gak tau kamu ngajak ke sini. Jadi masa aku tau dia bakal di sini," kata Amel dingin.Raffa terdiam sebentar lalu membenarkan ucapan sang istri. Lalu pria tersebut langsung menggenggam jemari Amel."Maafin aku, aku kelewat cemburu," kata Raffa pelan.Amel menghela napas, ia mengulas senyum tipis lalu mengangguk. "Ya udah, kita nikmati waktu kencan kini. Masa kencan kita isinya sensi mulu," ujar Amel pelan. Wanita itu menyendokan mie ayam lalu menyodorkan ke mulut Raffa. Lelaki tersebut langsung menerimanya, dengan seringai terulas karena Fajar melihat kejadian ini. "Sialan! Pamer kemesraan, liat aja. Gue gak akan berhenti ngejar sebelum Amel hamil," geram Fajar dalam hati. Lelaki itu menatap dengan mata melotot ke arah pasangan suami istri tersebut. Tangannya terkepal, memandang pemandangan mereka tengah bermesraan. Hati Fajar sangat terbakar, padahal rencana akan
Raffa yang mendengar itu menyeringai, ia menggeleng. Melihat sang istri sangat fokus bermain games. Bahkan suara langkah kaki saja dia tidak menyadari, lelaki tersebut berdehem sebagai tanda jika dia berada di sana. "Kayanya lagi ada yang ngelanggar janji deh," sindir Raffa.Amel langsung mendongak, wanita itu segera memasukan dengan cepat handphone. "Udah gak perlu diumpetin, udah dari tadi liat kamu asik main games," sinis lelaki itu.Wanita itu menghentikan aksinya lalu memamerkan seringai. Ia mengulas senyum kecil dan menggaruk kepala. Perempuan tersebut seperti maling yang tertangkap basah."Hehehe ... abisnya aku bosen, Mas. Kamu lama bayarnya," elak sang istri.Raffa mendengar itu memutarkan bola mata dengan malas. Ia menyodorkan tangan, membuat Amel mengeryitkan alis tanda bingung. "Sini handphone, kamu. Biar aku yang pegang, terus kamu pegang handphone aku," jelas Raffa.Netra Amel langsung melotot mendengar penjelasan suaminya. Ia bangkit secara mendadak, membuat kakinya
Amel membalikan badan spontan saat mendengar suara Raffa. Melihat reaksi sang istri, terlihat lelaki itu terkekeh. Setelah mereka berhadapan, suami perempuan tersebut memilih membuka pintu mobil dan masuk."Kenapa masih berdiri, katanya kita mau kencan hari ini," seru Raffa. Pria itu berkata seraya menyalakan klason, membuat Amel terperanjak. Perempuan tersebut segera menaiki mobil dan memakai sabuk pengaman. Tatapan mata Amel menghindari netra suaminya. "Apa mataku seram, kenapa kamu kaya menghindari tatapanku," lontar lelaki itu.Amel menggeleng tetapi, tidak menatap mata suaminya. Ia malah memandang ke luar jendela. Melihat hal tersebut Raffa menyeringai. "Perasaan aku dah pernah nasehatin kamu deh, tapi kok kamu sekarang ngelakuin lagi," tutur Raffa.Penuturan sang suami, membuat Amel menoleh sekilas lalu membuang muka lagi ke jendela. "Nasihatin apa, Mas? Jangan ngada-ngada deh. Perasaan gak ada tuh," jawab wanita itu.Raffa menghela napas, lelaki itu tengah memanaskan mobil.
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb