Amel yang baru saja selesai dari toilet, dia mengernyitkan alis saat terlihat Shilla sudah menunggu di depan pintu. "Lho ... kok lu ada di sini, pake segala bawa barang-barang lagi. Kan gue belum selesai makan," seru AmelPerempuan itu mendengkus mendengar seruan Amel. Ia langsung menarik lengan sang kakak ipar, membuat wanita tersebut kebingungan."Eh, pelan-pelan dong! Nanti gue jatuh gimana," omel Amel.Shilla hanya melirik saat Amel mengomel, ia menghentikan langkahnya lalu memberikan beberapa bawaan. "Bantu gue bawain, susah tau. Ayo cepet ke mobil!" seru Shilla.Jalan Shilla sangat terburu-buru, membuat Amel sedikit kewalahan. Sesampai di mobil, adik Raffa itu menyuruh Amel agar segera masuk ke kendaraan roda empat itu. Setelah keduanya berada di sana, Shilla langsung menyodorkan benda pipih milik Amel."Lo itu ngapain sih, handphone segala dipake mode jangan ganggu. Sekarang kita jadi berabe tau!" omel Shilla.Amel mengeryitkan alis masih tidak mengerti maksud Shilla. Lalu ia
"Udahlah, lo fokus aja jalanin mobil. Biar gue mikirin gimana caranya nenangin laki gue."Shilla mendengar itu hanya mengembuskan napas. Lalu melakukan apa yang dikatakan Amel, ia fokus melajukan kendaraan roda empat. Perjalanan mereka di temani dengan keheningan."Bentar lagi sampe, Mel ...." Ucapan Shilla terhenti kala melihat Amel yang terlelap. Ia menggelengkan kepala lalu mengembuskan napas kasar. "Alamat gue yang harus hadepin Ka Raffa nih," dumel Shilla.Shilla bergegas memarkirkan kendaraan roda empat tersebut. Matanya menangkap Raffa telah diluar menunggu mereka. Setelah mobil itu terparkir, lelaki yang berstatus Kakak Shilla tersebut mengetuk kaca. "Ayo cepet buka pintunya!" perintah Raffa.Perempuan itu langsung keluar untuk memberitahu pintu sudah tidak terkunci. Raffa tak menanggapi ucapan sang adik, ia malah langsung membuka benda itu. Terlihat Amel yang terlelap begitu tenang. "Enak banget tidur, sedangkan aku dari pulang ke villa ketar-ketir nyariin kamu," gerundel
Amel langsung membulatkan mata mendengar perkataan sang suami. Wanita itu turun dari ranjang lalu berlari ke bilik mandi. Melihat hal tersebut, Raffa hanya menggelengkan kepala lalu menaruh belanjaan Amel."Istriku kenapa kamu malah kabur, padahal seru lho kalau aku bantuin kamu mandi," teriak Raffa. Lelaki itu berkata sambil mendekati pintu bilik mandi lalu mengetuknya."Aishh ... kamu mesum banget sih, Mas!" sungut Amel. Dia bersyukur telah mengunci bilik mandi karena melihat gagang pintu itu diputar. Raffa menghela napas lalu memilih pergi dan membaringkan diri di ranjang."Apa yang dibeli istriku ya," gumam Raffa.Lelaki itu bangkit dan melihat isi paper bag yang dia bawakan tadi. Matanya melirik sesuatu kain berwarna merah, ia dengan penasaran mengeluarkan pakaian tersebut."Mas ... tolong ambilin handuk dong," pinta Amel.Wanita itu kini hanya mengeluarkan kepalanya dari pintu. Memandang Raffa yang tengah duduk dan membongkar belanjaan. "Mas! Kamu apa-apaan sih, kepo banget d
"Hehe ... maaf Mas, aku kaget sih, baru inget ada tugas dari kampus. Mas harus bantuin ya, sekarang!" seru Amel. Raffa mengembuskan napas pelan, lelaki itu bangkit dan menatap istrinya. "Ya udah, sekarang kita mandi aja dulu. Baru ngerjain tugasmu," tutur Raffa.Wanita itu langsung mengangguk semangat saat sang suami mengiyakan akan membantu. Mereka melangkah menuju bilik mandi dengan selimut untuk menutupi tubuh keduanya."Ambilin handuk punyaku dong, Mas," pinta Amel.Raffa menggeleng, lelaki itu memilih melangkah lagi. Melihat respon begitu, Amel langsung menggembungkan pipinya. "Mas ini, padahal lumayan deket lho dari kamu berdiri," gerundel Amel.Lelaki itu menghela napas, kini keduanya sudah berada di bilik mandi. Raffa mengunci pintu, lalu melepaskan selimut yang menutupi tubuh. "Gak perlu ambil handuk, disini kan ada handuk baru ya ... pake yang baru aja," sahut Raffa santai.Amel hanya mendengkus, mereka akhirnya mulai membersihkan diri. Yang pasti, Raffa selalu saja ber
"Lumayan sakit, Mas. Abisnya kamu berat, lagian akukan lagi kesakitan kamu masih aja ngomelin aku," balas Amel.Raffa menghela napas, lelaki itu melangkah mengambil air di nakas dan memberikan pada sang istri. "Minum ini."Amel langsung menerima gelas yang berisi air itu lalu meneguk sedikit. "Apa yang mau kamu omongin," lontar Raffa.Wanita itu menghela napas lalu memilih menaruh gelas terlebih dahulu. Lalu menarik lengan sang suami agar duduk di sampingnya. "Besok kita bakal pulang bukan? Berarti nanti si Diana bakal ke apartemen kita dong jadi pembantu, aku gak sabar jailin dia," celetuk wanita itu.Raffa menggeleng sebagai jawaban, membuat Amel mengeryitkan alis."Gak, Sayang. Mas suruh dia jangan ke apartemen kita dulu, Mas suruh dateng lusa," jawab Raffa.Amel memikirkan kepala mendengar jawaban sang suami. Wanita itu bersidekap lalu menatap dengan tatapan menyelidiki. "Kenapa harus lusa," celetuk Amel.Raffa tidak menjawab, lelaki itu malah mengusap kepala sang istri. "Uda
Amel hanya menganggukan kepala mendengar penjelasan sang suami. "Kalau gitu aku bantuin kamu, kamu tidur aja di dalam mobil biar aku yang beresin ini," celetuk Amel.Raffa langsung memiringkan kepala memandang istrinya lalu menggeleng sebagai larangan. "Gak perlu, mendingan kamu balik ke kamar lanjut tidur!" seru Raffa. Lelaki itu hendak melakukan pekerjaan lagi, tetapi lengannya langsung ditarik sang istri. "Ishh ... kamu ini, Mas! Udah aku bilang biar aku bantuin, kamu yang tidur di dalam mobil kalau e6auunggak ngeliatin aku juga gak papa. Lihat, mata panda kamu keliatan banget lho, kebanyakan bergadang sih," sembur Amel. Raffa menghela napas melihat istrinya yang terus mengeluarkan celotehan. Dengan gerakan cepat, pria tersebut langsung membungkam bibir wanita itu."Oke-oke, aku bakal tidur di dalam mobil. Kalau udah selesai bilang ya, makasih istriku," lontar Raffa.Setelah mengatakan demikian, Raffa langsung memegang pipi Amel lalu mendaratkan kecupan di bibir. Senyuman yang
Mata Amel membulat saat mendengar ucapan lanjutan sang suami. "Ha!" Raffa ingin sekali tertawa melihat riak wajah sang istri. "Masa masih gak paham sih, kamu ini," kata Raffa.Amel yang sudah mencerna apa ucapan sang suami. Ia langsung melayangkan cubitan di pinggang lelaki itu. "Akhh ... Sayang sakit tau," sembur Raffa.Raffa akhirnya melepaskan cekalannya dari tangan Amel. Sedangkan wanita itu tersenyum sinis."Makanya jadi orang jangan kepedean deh, aku kan buka mau ngelus kamu tapi mau ambil handphone buat videoin kamu yang lagi ngorok gitu," celetuk Amel. Amel langsung membekam mulut saat mengingat ia bilang yang akan tadi dilakukan. Sedangkan Raffa menyeringai lalu tangan lelaki itu menyentil kening sang istri."Hayo ... ketahuan, kamu mau jahilin aku ya!" seru Raffa.Amel langsung menggaruk kepalanya lalu terkekeh. Wanita itu berlari dan Raffa langsung mengejarnya. Saat sampai di ruang tengah, Amel tertangkap dan disudutkan ke dinding. "Kalian ini bener-bener ya! Inget te
"Mah, aku matiin dulu. Assalamu'alaikum," seru Amel.Wulan terkekeh saat sang menantu mematikan sambungan telepon dengan terburu-buru. Bahkan dia sama sekali belum membalas salam itu, ia memilih memasukan benda pipihnya ke tas. "Untung tadi kepencet matiin spaker, kalau enggak. Mereka pasti malu dan Shilla pasti menggoda Amel," batin wanita itu. Sedangkan di kamar pasangan itu, Amel segera masuk ke bilik mandi dengan kasar. Ia masih kesal karena lelaki tersebut berteriak menyebut benda keramatnya."Gak usah teriak juga kali, aku malu lho. Mama denger pasti," gerundel Amel. Amel dengan gerakan kasar hendak mengambil celana dalamnya tetapi, Raffa malah mengangkat tangan membuat sang istri tidak bisa menggapai. "Mas, jangan rese deh! Cepet siniin," omel perempuan tersebut. Wanita itu melompat, ia hendak terpeleset. Dengan gerakan cepat, Raffa segera menahan agar sang istri tidak terjatuh. "Kalau di kamar mandi, jangan melompat!" seru Raffa. Amel yang tadinya terpaku memandang para
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb