"Kamu berisik banget," kata itu yang keluar dari bibir Raffa. Amel ingin tertawa kala mendengar perkataan Raffa. Tetapi perempuan itu tahan, Raffa sempat menoleh memandang calon istrinya lalu fokus lagi membalas tatapan Kayla. "Kenalkan, dia calon istriku," seru Raffa.Kayla membulatkan matanya kala mendengar perkataan Raffa. Ia menggeleng, lalu spontan memegang bahu Raffa. "Kamu pasti bohong, kan, kamu pasti lagi ngeprank aku," lontar Kayla."Apaan sih, Kay! Apa untungnya coba bohongin kamu," cecar Raffa."Pakaiannya sudah siap, Tuan, Nona," ucap pegawai Mila. "Oh, sudah siap. Antarkan kami ke sana," balas Raffa. Lelaki itu bangkit dan menyodorkan tangannya ke hadapan Amel. Gadis tersebut langsung menerima, tak lupa lirikan mengejek ke arah Kayla. "Berani banget bocah itu," batin Kayla berseru.Tangan perempuan tersebut mengepel, ia langsung mengikuti langkah kedua sejoli itu. Dihadapan mereka, terlihat beberapa menekin yang sudah terbalut gaun pengantin."Tante ngapain ngikut
Amel baru saja selesai memakai gaun tersebut. Ia memandang cermin yang memantulkan dirinya. Tatapan kagum terpancar di mata gadis tersebut. "Nona sangat cantik memakai gaun ini, tinggal dibantu dikit sesuaikan tubuh Nona," puji salah satu perempuan yang membantu Amel. "Mbak ini bisa aja, nanti bilang aja sama Om Duda," seru Amel yang masih sibuk memandang pantulannya. Para pegawai Mila saling pandang. Mereka bingung dengan panggil Amel pada calon suaminya. "Sudah, ayo bantu gue, eh aku ke Om Duda," ucap Amel.Para pegawai Mila langsung memusatkan perhatian pada Amel kala perempuan itu mulai bersuara. Mereka dengan sigap membantu Amel, memegangi gaun yang dilantai agar tidak kotor dan Amel tidak sulit melangkah. Perlahan gadis tersebut mulai berjalan diikuti mereka.Sedangkan di tempat Raffa menunggu. Lelaki itu kini tengah duduk dengan bersilang kaki dan jemari mengetik handphone. Raffa sangat fokus ke layar ponsel tersebut, sampai Kayla yang berada di sampingnya merasa diabaikan
Membuat Raffa mendongak bersamaan dengan Kayla yang langsung tersenyum. "Kalau gak pengen sama pernikahan ini, aku bahkan gak sudi untuk repot-repot fitting baju segala. Tapi lihat, kan, aku datang berarti aku sangat menginginkan pernikahan ini," balas Raffa.Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya. Mengulas senyum ke samping Mila, yang ternyata Amel tengah mendekat."Kamu sangat cantik, Sayang. Memakai itu," ucap Raffa. Mila dan Kayla langsung menoleh ke mana arah pandangan Raffa."Om Duda, sama mereka lagi ngobrol apa?" tanya Amel saat berhenti di samping Raffa. Raffa menggeleng lalu tersenyum, lelaki itu membenarkan rambut yang menghalangi wajah Amel. "Bukan apa-apa, ayo! Ganti pakaianmu lagi, kita harus cari mahar buat kamu," tutur Raffa. Amel sedikit bersemu dengan perilaku Raffa tadi. Ia bagai terhipnotis langsung menganggukan kepalanya lalu mulai melangkah ke ruangan ganti. "Apa kamu mencari istri yang penurut? Kalau gitu Kayla juga bisa lho. Kalau dia pantasnya jadi
"Om Duda, sangat mengerikan," lontar Amel. Raffa terkekeh sebentar lalu menampilkan raut wajah datar. Amel terkejut dengan perubahan itu, ia memandang heran sang calon suami."Menakutkan gimana, kan, bagus buat badan lho," seru Raffa."Sudahlah! Kita sekarang mau kemana?" tanya Amel seraya menggibaskan tangannya di depan wajah."Kamu padahal masih muda, tapi kok sudah pikun," ejek Raffa. Mata Amel langsung membulat dan menoleh memandang Raffa kala lelaki itu mengucapkan kata tersebut."Namanya juga manusia, pasti kadang lupa," seru Amel dengan menggebu."Oh gitu, yah." Nada bicara Raffa masih terdengar mengejek. Membuat Amel geram dan dengan spontan memcubit paha calon suaminya itu."Awhhh ... kok kamu cubit aku sih," keluh Raffa.Lelaki itu mengusap pahanya, lalu menatap sendu ke arah Amel."Om Duda, nyebelin!" Kata itu yang keluar dari bibir Amel. Wanita tersebut langsung bersidekap dan memandang lurus ke depan."Ayo kita berangkat," ucap Raffa. Lelaki itu memilih tidak memperp
Amel langsung membuka mata dan menoleh memandang Raffa. Terlihat lelaki itu memamerkan seringai. "Omnya awas dong, aku mau keluar nih," ucap Amel.Gadis itu berkata seraya memegang pintu yang jendelanya memang sudah terbuka."Oke, aku mundur. Sekarang silahkan tuan putri keluar," kata Raffa."Apaan sih, ayo cepat kita masuk dan pilih-pilih," ajak Amel.Gadis itu langsung menggenggam tangan Raffa kala keluar mobil. Lalu menarik lelaki tersebut agar mengikutinya."Eh, iya. Tapi janji ya jangan ingkar kalau Om Duda, bakal traktir aku," ujar Amel.Dia menghentikan langkahnya lalu menoleh memandang Raffa. Pria tersebut terkekeh lalu merogoh dompet dan memberikan pada Amel."Eh, iya. Tapi janji ya jangan ingkar kalau Om Duda, bakal traktir aku," ujar Amel.Dia menghentikan langkahnya lalu menoleh memandang Raffa. Pria tersebut terkekeh lalu merogoh dompet dan memberikan pada Amel."Ini, pegang aja dompet aku agar kamu percaya jika saya meneraktir kamu," ungkap Raffa.Tiba-tiba pipi Amel la
Lelaki itu lekas membuka jaketnya lalu mengikat di pinggang Amel. Gadis tersebut terkejut, belum bisa mencerna apa yang dilakukan sang calon suami. Raffa lekas berlari meninggalkan Amel, membuat kasir juga kebingungan."Om Duda, kenapa sih," gumam Amel. Lalu terlihat Raffa berlari mendekatinya sambil membawa pembalut. Amel membulatkan mata melihat benda keramat itu. "Cepat scan dulu," perintah Raffa. Lelaki itu menyodorkan pembalut ke kasir, awal-awal perempuan tersebut mematung. Tetapi lekas mengerjakan apa perintah Raffa kala tegur lagi."Kenapa diam aja, ayo cepat!" tegur Raffa. "Udah di scan, kan. Ini kamu cepet ke toilet," bisik Raffa pelan. "Buat apa, Om. Ihh Om Duda mesum deh," balas Amel.Perempuan itu ikut mengucapkan dengan nada pelan. Raffa mendengkus kesal, ia mendekati bibir ke telinga Amel. "Aishhh ... coba ingat-ingat jadwal tamu bulanan kamu, tapi nanti setelah kamu pergi ke toilet. Cepet gih!" tutur Raffa. "Diam aja di toilet, nanti kasih tau kamu di mana. Tung
"Ayo pergi!" ajak Amel. Raffa menuruti perkataan Amel, lelaki itu mengikuti langkah calon istrinya. "Sekarang kita pergi ke toko emas, ya, lagian aku juga udah nurutin permintaan kamu," lontar Raffa. Mereka kini berada di dalam mobil. Raffa fokus melajukan kendaraan roda empat tersebut. "Iya sih, tapi gara-gara Om Duda, aku dikira sama cewek-cewek tadi simpenan Om Duda," gerundel Amel. Gadis itu memajukan bibirnya tanda kesal. Ia meraih snack dan membuka lalu melahap dengan gerakan marah. "Makannya biasa aja kali," kata Raffa. Lelaki itu sempat melirik Amel. Terlihat riak wajah cemberut gadis tersebut. "Lagian, salah aku dimana coba. Udah bagus doang aku kasih tau kamu, biar kamu gak malu," lontar Raffa lagi. Amel mendengkus lalu mencubit tangan Raffa membuat lelaki tersebut mengaduh. "Ihhh ... bukan itu yang kumaksud, Om Duda! Tapi saat Om Duda berani banget masuk ke toilet cewek, gara-gara itu, tiga cewek itu malah ngegibahin aku, aku dikatain simpanan Om," cerocos Amel."
"Sama calon istri ini, gak papa kali. Lagian aku, kan lagi nyetir gak bisa makan sendiri," balas Raffa.Amel mencibir tetapi tangannya menyuapi Raffa. Lelaki itu tersenyum senang, ia terus menerima suapan sang calon istri."Nah gitu, jadi makin sayang deh sama calon istriku ini," kata Raffa. "Apaan sih, basi tau gombalannya," sahut Amel.Terdengar kala mengeluarkan suara, sepertinya Amel salah tingkah. Raffa yang mendapatkan tanggapan itu terkekeh lalu dengan tangkas memarkirkan kendaraan roda empat tersebut. "Sudah sampai, ayo keluar dan ikuti langkahku," lontar Raffa. Lelaki itu cepat keluar mobil, lalu membukakan pintu untuk Amel. Calon istri berusaha bersikap biasa saja, walau perbuatan Raffa membuat dada gadis tersebut berdebar."Bisa gak jangan lebay, Om Duda! Lihat, kita jadi pusat perhatian," bisik Amel.Amel berbisik kala sudah berada di samping Raffa. Mereka melangkah bersamaan, dengan lelaki itu yang tiba-tiba meraih tangannya. "Memangnya kenapa, yang penting aku menyuk
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb