"Ayo pergi!" ajak Amel. Raffa menuruti perkataan Amel, lelaki itu mengikuti langkah calon istrinya. "Sekarang kita pergi ke toko emas, ya, lagian aku juga udah nurutin permintaan kamu," lontar Raffa. Mereka kini berada di dalam mobil. Raffa fokus melajukan kendaraan roda empat tersebut. "Iya sih, tapi gara-gara Om Duda, aku dikira sama cewek-cewek tadi simpenan Om Duda," gerundel Amel. Gadis itu memajukan bibirnya tanda kesal. Ia meraih snack dan membuka lalu melahap dengan gerakan marah. "Makannya biasa aja kali," kata Raffa. Lelaki itu sempat melirik Amel. Terlihat riak wajah cemberut gadis tersebut. "Lagian, salah aku dimana coba. Udah bagus doang aku kasih tau kamu, biar kamu gak malu," lontar Raffa lagi. Amel mendengkus lalu mencubit tangan Raffa membuat lelaki tersebut mengaduh. "Ihhh ... bukan itu yang kumaksud, Om Duda! Tapi saat Om Duda berani banget masuk ke toilet cewek, gara-gara itu, tiga cewek itu malah ngegibahin aku, aku dikatain simpanan Om," cerocos Amel."
"Sama calon istri ini, gak papa kali. Lagian aku, kan lagi nyetir gak bisa makan sendiri," balas Raffa.Amel mencibir tetapi tangannya menyuapi Raffa. Lelaki itu tersenyum senang, ia terus menerima suapan sang calon istri."Nah gitu, jadi makin sayang deh sama calon istriku ini," kata Raffa. "Apaan sih, basi tau gombalannya," sahut Amel.Terdengar kala mengeluarkan suara, sepertinya Amel salah tingkah. Raffa yang mendapatkan tanggapan itu terkekeh lalu dengan tangkas memarkirkan kendaraan roda empat tersebut. "Sudah sampai, ayo keluar dan ikuti langkahku," lontar Raffa. Lelaki itu cepat keluar mobil, lalu membukakan pintu untuk Amel. Calon istri berusaha bersikap biasa saja, walau perbuatan Raffa membuat dada gadis tersebut berdebar."Bisa gak jangan lebay, Om Duda! Lihat, kita jadi pusat perhatian," bisik Amel.Amel berbisik kala sudah berada di samping Raffa. Mereka melangkah bersamaan, dengan lelaki itu yang tiba-tiba meraih tangannya. "Memangnya kenapa, yang penting aku menyuk
"Tuan dan Nona sangat serasi, oh iya. Silakan pilih-pilih," sapa pegawai yang rambutnya di kuncir satu. "Matamu sangat bagus, tau saja kalau kami serasi. Ada rekom set perhiasan yang bagus," seru Raffa. Pegawai itu hanya tersenyum kecil kala Raffa mengatakan demikian. "Ada Tuan, akan saya ambilkan ya. Tunggu sebentar saja," lontar pegawai itu lalu dibalas anggukkan Raffa."Kamu suka itu?" tanya Raffa. Lelaki itu bertanya kala melihat sang istri memandang salah satu gelang. Amel menggeleng membuat Raffa mengeryitkan alisnya. "Terus, kenapa kamu memandanginya sampai segitunya," ujar Raffa.Amel mengembuskan napas lalu mendongak membalas tatapan Raffa. Ia langsung menggeleng. "Gak papa."Hanya kata itu keluar dari bibir Amel. Semakin membuat Raffa penasaran. "Jawablah yang jelas," tuntut Raffa.Amel mengembuskan napasnya kasar, ia memandang kesal pada Raffa yang ingin tau segalanya. "Tadinya aku mau membelikan gelang itu buat Ibu, buat ulang tahunnya besok. Tapi kayanya gak jadi
"Kamu serius? Ingin makan di tempat ini," lontar Raffa. Lelaki itu memandang tempat yang ditunjuk Amel. Mereka masih di dalam kendaraan roda empat tersebut. "Iya dong, ayo cepat! Aku udah lapar," balas Amel. Dia mengangguk dengan semangat kala Raffa melemparkan pertanyaan tersebut. Amel langsung membuka pintu mobil lalu keluar, tak lupa meminta Raffa agar ikut ia ke tempat langganannya. "Ayolah, Om! Kenapa masih diem disitu," gerundel Amel. Calon istrinya itu memiliki membukakan pintu mobil lalu menarik Raffa keluar. "Apa kamu menjamin tempat ini bersih, Mel," ucap Raffa.Pria itu mengeluarkan isi hatinya, Amel langsung mendengkus mendengar perkataan Raffa. "Aku jamin, Om. Bahkan aku dan Shilla selalu ke sini, ini tempat favorit kami lho," tutur Amel. Amel dengan lancar berbicara, ia memilih menarik lengan calon suaminya itu. Gadis tersebut langsung disambut."Amel, kenapa kamu baru aja ke sini. Dimana Shilla?" tanya wanita itu. "Hehe ... Amel kemaren-kemaren lumayan sibuk, B
"Bi, pesan lima porsi lagi ya. Tapi dibungkus," ucap Raffa. Minah yang memang tengah berada di meja disamping tempat duduk mereka. Ia menoleh lalu menganggukkan kepala sebagai jawaban. Sedangkan Amel tersenyum geli melihat calon suaminya yang memesan lagi."Wah, apa Om sanggup menghabiskan semua itu. Padahal tadi Om nolak makan di sini lho," goda Amel.Raffa yang mendengar godaan atau bisa dibilang ejekan itu menoleh. Ia mencubit gemas pipi Amel, membuat gadis tersebut mengaduh. "Duh, calon istriku ini suka banget godain aku ya. Ini itu buat semua orang di rumah, sekalian kamu juga lho. Sekarang lebih baik cepat makannya, kita bakal pulang," seru Raffa."Apa terjadi sesuatu?" tanya Amel. Gadis itu mulai melahap makanan dengan suapan besar. Raffa ingin tertawa kala melihat bibir sang kekasih yang belepotan. "Kamu ini kaya anak kecil aja, masa makan masih belepotan sih," ejek Raffa. Dia mengusap bibir Amel dengan jarinya. Tatapan gadis itu terpaku memandang wajah Raffa."Apaan sih,
"Jadi Mama menyuruh kami cepat pulang cuma gara-gara bingung milih surat undangan," kata Raffa. Pria itu mengembuskan napas kala melihat sang Mama mengangguk sebagai jawaban. "Hah ... coba sini aku liat contoh surat undangnya," pinta Raffa. Pria itu menyodorkan tangan meminta pada sang Mama. Wanita paruh baya tersebut langsung memberikan kepada anak pertamanya."Aku juga pengen liat, Om," lontar Amel. Panggil Amel yang membuat semua yang berada di ruangan itu langsung menoleh memandang dia. "Ini sepertinya bagus, Sayang," ujar Raffa. Amel yang terlalu fokus pada undangan, ia tak terlalu mendengar perkataan Raffa. Dia hanya mengangguk kala mendengar ucapan lelaki itu. "Cie ... kayanya ada yang lagi sayang-sayangan deh." Ucapan Shilla membuat Amel menoleh ke arah gadis tersebut. Ia memiringkan kepalanya, dan menatap bingung. "Kamu lagi godain siapa? Siapa yang lagi sayang-sayangan," lontar Amel. Gadis itu langsung menggarukan kepala bingung. Membuat Raffa yang melihat itu tak t
"Kepo! Mendingan kamu siapin mangkok gih, aku mau ambil mie ayam di mobil," seru Raffa. Amel melotot mendengar balasan Raffa, terlihat lelaki itu kini bangkit. Amel ikut berdiri dan tangannya mencubit pinggang Raffa melampiaskan kekesalan. Melangkah pergi dengan menampilkan raut bahagia. "Wahhh ... kayanya nanti yang KDRT Amel deh," ucap Shilla. Sekar dan Wulan hanya meringis melihat Raffa yang kini mengusap pinggangnya. "Sudah! Gak perlu kasihan gitu, mendingan ke meja makan gih. Aku mau ambil mie ayam di mobil," tegur Raffa. Lelaki itu langsung menampilkan wajah datar lagi, mereka tercengah melihat perubahan Raffa yang sangat cepat. "Lawan yang seimbang," cicit Wulan pelan. "Kenapa kalian masih di sini, ayo ke meja makan. Dan Om Duda! Katanya mau ngambil mie ayam, ayo cepat!" omel Amel. Gadis itu menatap kesal ke semua orang. Sedangkan Raffa langsung pergi dengan langkah cepat. Mereka lagi-lagi tercengah, melihat Raffa sangat gesit kala diperintah oleh Amel. "Kenapa malah n
Hari pernikahan tiba, suara gedoran membuat Amel memekik kesal. Ia membuka matanya dan melangkah dengan menghentakan kaki menuju pintu. Baru saja hendak mengomel, tangan gadis itu telah ditarik masuk lagi ke kamarnya."Ahhh ...," pekik Amel terkejut."Kamu ini gimana sih! Dari tadi Ibu gedor pintu juga gak dibuka-buka," omel Sekar."Ibu rese ih, kalo Amel jantungan gimana!" Gadis itu bukannya meminta maaf, ia malah ikut membalas dengan omelan. Sekar mendengkus kesal lalu mengusap dadanya beristigfar. "Kamu ini, inget gak! Sekarang hari apa?" lontar Sekar. "Emang ini hari apa, Bu. Udeh deh, Amel mau tidur lagi, ngantuk tau," ucap Amel. Sekar langsung menarik lengan anaknya, karena Amel hendak berbaring lagi di kasur. "Kamu ini mau nikah hari ini tau, udah ayo ikut! Kamu harus siap-siap," tutur Sekar. "Astagafirullah, iya-ya sekarang aku mau nikah," gumam gadis tersebut.Wanita itu mendorong punggung anaknya agar ke kamar mandi. "Sana gosok gigi sama cuci muka aja," kata sang Ib
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb