Diederich bangkit dan melepaskan jubahnya sebelum kembali mengungkung Olevey dengan tubuhnya yang kekar serta terlihat begitu mengagumkan itu. “Sepertinya, aku tidak bisa mengulur waktu lagi. Mari kita mulai, kita lihat siapa yang akan kalah dalam permainan gairah ini,” ucap Diederich lalu mencium bibir Olevey yang sama sekali tidak bisa menghindar dan hanya bisa mengerang tertahan. Firasat buruk menghinggapi hati Olevey. Hari ini, Olevey yakin jika dirinya akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya sendiri.
“Anda sudah terlambat Yang Mulia,” ucap wanita tua bertudung yang berdiri di sudut ruangan yang hanya diterangi oleh api di perapian.Leopold yang sebelumnya tengah membaca catatan yang diberikan oleh wanita tua itu mengernyitkan keningnya dan mengangkat pandangannya. “Apa maksudmu?” tanya Leopold sama sekali tidak beranjak dari duduknya.Saat ini, Leopold ada di salah satu istana peristirahatan yang jelas berada jauh
Leopold tiba di kediaman Meinhard saat langit sudah benar-benar berubah gelap. Leopold datang tanpa pengawalan pasukan kerajaan, dan tanpa kereta kuda, dan tanpa menggunakan pakaian kebesarannya sebagai putra mahkota. Itu menandakan, jika Leopold memang datang atas namanya sendiri, dan lebih tepatnya datang dengan sembunyi-sembunyi menunggangi kudanya. Meskipun menggunakan jubah bertudung yang menutupi sebagian wajahnya, kepala pelayan sudah mengenalnya dengan baik dan segera membukakan pintu untuk menyambutnya.Tentu saja kepala pelayan keluarga Meinhard tersebut segera membawa Leopold menuju
Olevey menghentak-hentakkan kakinya, berusaha menunjukkan jika saat ini dirinya tengah merasa begitu marah. Slevi yang mengikutinya dengan langkah cepat menyeimbangkan langkah Olevey yang memang terlihat sangat cepat. Meskipun lelah, teteapi Slevi tidak bisa menahan diri untuk mengulum karena Olevey yang terlihat begitu menggemaskan baginya. Olevey terlihat marah setelah sekitar tiga jam berada di dalam kamar mandi bersama Diederich. Tentu saja, sebagai seorang iblis yang sudah melakukan penyatuan, Slevi bisa menebak apa yang sudah dilakukan oleh Olevey dan Diederich di dalam sana.“Yang
“Yang Mulia Putra Mahkota, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap ajudan Leopold.Leopold yang tengah mengerjakan tugasnya sebagai putra mahkota mengangkat pandangannya dan bertanya, “Siapa dia?”“Dia wanita tua yang mengenalkan diri sebagai Elgah.”
“Sakit,” gumam Olevey dan memejamkan matanya sembari meringkuk di tengah ranjangnya.Slevi yang mendengar gumaman Olevey tentu saja merasa panik, ia mendekat dan memeriksa kondisi Olevey. Benar saja, ia melihat wajah Olevey yang memucat dengan keringat sebiji jagung yang membasahi kening serta pelipisnya. Slevi berniat untuk menyentuh tubuh nyonya yang ia layani, tetapi Slevi tersentak saat dirinya malah kembali mendengar rintihan penuh kesakitan. Slevi tidak membuang waktu untuk angkat kaki dari kamar Olevey demi mencari bantuan.
Kabar duka menjadi penyambut pagi yang mendung, dan membuat semua rakyat kerajaan Xilen tidak bisa menahan diri untuk merasa sedih. Kabar duka tersebut datang dari keluarga kerajaan. Sang Raja, Karl de Hartman berpulang secara mendadak karena serangan jantung. Tentu saja, kepergian raja yang dicintai ini membuat semua rakyat merasa sedih. Semua orang menggunakan pakaian hitam yang menandakan jika mereka tengah berkabung. Bukan hanya rakyat, alam pun seakan-akan ikut berkabung atas kepergian sosok yang dikenal sebagai raja yang bijaksana tersebut. Langit mendung, hawa dingin, dan burung-burung yang tak terdengar berkicau, adalah pertanda alam berkabung atas kepergian sosok Karl.Di tengah itu
Olevey membuka matanya secara tiba-tiba dan langit-langit kamar berwarna gelap menyambutnya. Saat itulah Olevey merasa ingin mengumpat. Ia turun dari ranjang dan segera beranjak menuju balkon. Langit dengan bulan merah keemasan berpendar dengan indahnya, seakan-akan mengejek Olevey yang sempat melupakan misinya karena terbuai dengan tidur siang yang berlanjut hingga malam. Namun, Olevey sama sekali tidak membuang waktu untuk segera bersiap. Ia mengganti gaun tidurnya dengan gaun yang paling ringan yang bisa ia kenakan untuk misi melarikan dirinya.Malam ini, sesuai dengan perhitungan Olevey, adalah malam di mana p
“Tidak, jangan membuatku gila,” erang Olevey saat Diederich memberikan jilatan di daun telinganya dan membuat kedua lutut Olevey mau tidak mau terasa begitu lemas.Diederich yang mendengar hal tersebut tidak bisa menahan diri untuk tertawa hingga kepalanya mendongak. Tak lama, ia menunduk dan berbisik tepat di hadapan bibir Olevey yang terbuka, “Tidak, aku tidak membuatmu gila. Tapi mari menggila bersama. Mari menggila terbakar gairah.”
Halo semuanya, untuk kalian penggemar Olevey dan Diederich, ada kabar baik buat kalian wkwk. Kalian yang mau peluk mereka dalam bentuk fisik, bisa banget ikutan PO cetak ulangnya yang akan berlangsung sejak tanggal 3 hingga tanggal 13 Januari 2021 ya.Harganya Rp. 110.000 (diluar ongkir)Tentu saja ada perbedaan dari versi di platfrom online ya. Jadi enggak nyesel kalau beli versi cetaknya hehe.(Ps. judul yang naik cetak bukan hanya Olevey aja lho. Hampir semua cerita Mimi yang sudah mejeng di Goodnovel akan naik cetak)Untuk yang tertarik, atau mau tanya-tanya dulu bisa hubungi Mimi lewat DM di instagram difimi_Atau kalian bisa langsung hubungi salah satu nomor admin di bawah ini :1. 0853426571592. 081324971213Sekian, terima kasih semuanyaa
Enam bulan berlalu dengan cepat, dan Penelope tumbuh dengan sangat baik. Ia tumbuh menjadi seorang putri cantik yang sangat mudah untuk dicintai. Seperti saat ini, Penelope yang sudah bisa duduk dengan tegap tanpa bantuan siapa pun, terlihat bermain dengan mainan yang digantung di atas ranjang bayi miliknya. Netra emeraldnya tampak berkilauan saat dirinya menggapai-gapai mainan yang rupanya sangat menarik baginya. Namun, Penelope tidak bisa menggapai mainannya dengan mudah. Untungnya, Felix yang menyelesaikan latihannya menyempatkan diri untuk datang ke kamar Penelope. Ia ingin melihat adiknya yang tengah tidur siang.
Olevey baru merasakan kontraksi saat kandungannya menginjak usia empat puluh minggu, alias tepat sepuluh bulan. Jelas, ini adalah masa kandungan yang tidak lumrah baik bagi kaum iblis, maupun bagi kaum manusia. Lalu, rasa sakitnya juga sangat berbeda daripada kontraksi saat akan melahirkan Felix. Rasa sakitnya berkali-kali lipat, dan membuat keringat membanjir di sekujur tubuhnya yang mungil dan lembut. Wajah Olevey yang pucat pasi, masih tetap berusaha terlihat ceria dan memasang senyum manis. Hal itu terjadi, karena Felix terlihat begitu cemas. “Sayang, keluarlah. Tunggu dengan Ayah di luar ya. Ibu baik-baik saja,” ucap Olevey.
Wajah Diederich terlihat tidak baik-baik saja. Ia tampak begitu kesal, hingga terus saja menguarkan aura mengerikan yang membuat para bawahannya mengambil langkah untuk menjaga jarak aman dari sang raja ibli yang sepertinya tengah cemburu besar. Kecemburuannya itu disebabkan oleh putranya sendiri yang rupanya sudah kembali menempel pada Olevey. Setelah kedatangan Felix menemui Olevey yang tengah mengalami kondisi kesehatan yang memburuk, Felix sama sekali tidak menampilkan rasa ketidaksukaannya pada kehamilan Olevey yang rupanya sudah menginjak usia lima bulan. Felix juga tidak menjaga jarak dengan Olevey, dan kini malah bersikap sangat manis dengan mengikuti Olevey ke mana pun ibunya itu pergi.
Felix benar-benar mengamuk saat mengetahui ibunya mengandung. Amukan Felix bahkan sukses menghancurkan sebuah bangungan kastel yang khusus dibangun untuknya, lalu disusul dengan pemusnahan seperempat populasi iblis, dan sebagian besar hutan di perbatasan dunia iblis di mana portal berada. Kemarahan Felix bahkan membawa dampak yang cukup berat di dunia manusia. Ada topan dan hujan yang membuat bencana yang cukup membuat kerugian besar di sana. Rasanya, Olevey ingin meredakan kemarahan Felix. Namun, ia tidak bisa. Tubuhnya terlalu lemah untuk saat ini. Berbeda dari kehamilan pertamanya, Olevey saat ini bahkan tidak bisa turun dari ranjangnya.
Selama beberapa hari, Felix merajuk dan tidak mau berbicara pada kedua orang tuanya. Mungkin, bagi Diederich itu adalah kabar baik, karena waktunya dengan Olevey tidak diganggu oleh Felix. Namun, hal itu berbeda dengan Olevey. Ia merasa cemas, karena diabaikan oleh putranya. Felix benar-benar mengabaikan Olevey, dan lebih memilih fokus untuk belajar sihir dan sejarah. Olevey menatap pintu kamar Felix yang tertutup rapat di hadapannya. Biasanya, ia tidak perlu mengetuk pintu saat datang ke kamar Felix. Karena putranya itu akan menyambut dengan ceria, saat dirinya datang mengunjungi kamarnya. Namun, kali ini berbeda. Padahal Olevey sudah menunggu lama dan mengetuk pintu berulang kali, tetapi Felix belum juga membukakan pintu.
“Astaga, apa yang terjadi?!” tanya Olevey saat dirinya tidak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya.Olevey terlihat sangat terkejut hingga tidak bisa mempertahankan keseimbangannya. Untung saja, Diederich berada di posisi yang tepat dan bisa menahan tubuh Olevey yang limbung. Dengan salah satu tangannya yang kekar, Diederich sudah lebih dari cukup bisa menahan tubuh Olevey yang terasa sangat ringan baginya. Diederich menyeringai saat melihat putranya yang juga tengah terlihat bingung dengan situasi yang terjadi. Keterkejutan keduanya terjadi karena penampilan Felix yang be
Sudah tiga tahun lebih Olevey menjadi seorang permaisuri di dunia iblis yang jelas sangat berbeda dengan dunia manusia di mana dirinya terlahir dan tumbuh besar. Namun, karena merasa jika semua ini adalah takdir yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta, Olevey sama sekali tidak memiliki pilihan lain, selain menjalaninya.Toh, kehidupannya di dunia iblis ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan sebelumnya. Kehidupannya malah terasa lebih bebas dan menyenangkan. Apa mungkin, karena dirinya bisa bebas melakukan apa pun yang ia ingikan tanpa harus memperhatian tata krama bangsawan dan sejenisnya? Sepertinya karena itu. Olevey tersenyum merasa lucu dengan pikirannya sendiri.
Olevey mengernyitkan keningnya, saat mendengar kebisingan yang mengganggu tidur lelapnya. Meskipun enggan, pada akhirnya Olevey membuka mata dan terkejut saat melihat Diederich yang tampaknya tengah sangat kesal. Dalam pelukan Diederich, terlihat seorang bayi mungil yang tampan tengah menangis dengan kuatnya. Slevi, Exel, dan Zul juga terlihat di sana, dengan wajah yang cemas.Ketiganya terlihat tengah membujuk Diederich untuk memberikan sang bayi pada Slevi, serta membujuk sang bayi untuk berhenti menangis. Awalnya, karena rasa lelah yang memeluk sekujur tubuhnya, Olevey ingin kembali tertidur. Namun, melihat bayi tampan yang merengek menginginkan sesuatu, Olevey sama sekali tidak bisa memal