Home / CEO / Okay, Boss! / 29. Menghapus Masa Lalu

Share

29. Menghapus Masa Lalu

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bunyi ponsel yang berdering membuat Raka mengalihkan pandangannya. Dia kembali fokus menghabiskan air putihnya saat melihat nama Maya di sana. Tidak ada niatan sedikitpun di dalam hatinya untuk mengangkat panggilan itu. Hanya dalam waktu yang singkat, semua keadaan langsung berbalik. Yang awalnya ia mengabaikan panggilan Nindy, sekarang dia berubah mengabaikan panggilan Maya.

Raka tidak suka dikhianati. Dia benci jika kepercayaan yang sudah ia berikan akan disalahgunakan. Dalam kasus ini, Maya adalah contohnya. Entah kenapa Raka baru sadar jika dia terlalu mengistimewakan wanita itu. Ucapan Ilham yang menohok membuatnya membuka mata lebar.

Ponsel Raka berhenti berdering, tapi tak lama dia mendengar suara bel rumah yang berbunyi. Raka meletakkan gelasnya dan bergegas untuk

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anindiyaa
lanjut kk......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Okay, Boss!   30. Saling Terikat

    Rasa putus asa membuat Raka berbuat nekat. Sejak berada di dalam taksi hingga sampai di rumahnya, pria itu tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Nindy. Bahkan saat mengambil air minum pun, dia memaksa Nindy untuk ikut agar tidak kabur darinya. Raka benar-benar serius dengan ucapannya. Jika dengan menculik Nindy bisa membuatnya berbicara dengan leluasa maka dia akan melakukannya.Nindy menghela napas kasar dan berdiri dari duduknya. Dia ikut masuk ke dapur dan melihat isi kulkas. Dahinya berkerut saat tidak menemukan apapun di dalam sana."Seenggaknya kalau mau culik orang siapin makanan dong, Pak." Nindy menutup pintu kulkas dan bersandar di sana dengan lemas."Kamu laper?" tanya Raka geli.&

  • Okay, Boss!   31. Menjadi Patung

    Telinga Nindy dengan aktif mendengarkan ucapan Raka. Dia langsung duduk tegap saat mendengar berita yang mengejutkan. Meskipun tidak bisa mendengar dengan jelas, tapiekspresi yang Raka tunjukkan saat ini seolah mewakili jika memang ada sesuatu yang terjadi.Raka menghela napas kasar dan memijat keningnya yang berdenyut, "Oke, Kakek jangan panik ya, tenang dulu. Aku bantu cari Nenek." Ucapnya mematikan panggilan."Kenapa, Pak?" tanya Nindy khawatir. Dia ingin memastikan apa yang ia dengar tadi."Nenek hilang."Benar dugaannya!"Kok bisa?" Nindy semakin khawat

  • Okay, Boss!   32. Jual Mahal

    Sudah lima hari hubungan Raka dan Nindy tak kunjung membaik. Raka masih berusaha untuk mencuri perhatian Nindy yang masih teguh pada pendiriannya, yaitu tidak mau memaafkannya. Raka harus banyak-banyak bersabar karena itu.Bukan bermaksud ingin menjadi orang jahat, tapi Nindy benar-benar tidak bisa lupa dengan apa yang pria itu lakukan dulu. Dia ingin membuat Raka mengerti tentang perasaannya yang sudah kehilangan semuanya.Seperti biasa, di jam makan siang Raka sudah berada di depan kost Nindy. Keadaan tangannya sudah membaik dan dia juga sudah mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun begitu, Raka belum bisa melakukan pekerjaan berat dengan tangan kirinya.Raka keluar dari m

  • Okay, Boss!   33. Menyadari Sesuatu

    Raka mengetukkan jarinya di atas meja dengan tangan yang menopang dagu. Dia menatap kertas di depannya sambil sesekali melirik jam. Istirahat makan siang sudah hampir tiba dan Raka sudah tidak sabar untuk segera menyelesaikan rapat ini."Oke, kita akhiri rapat hari ini. Untuk kesimpulan dan list apa saja yang harus diperbaiki akan saya kirim ke Tomi. Kita istirahat sekarang."Raka merapikan kertas-kertasnya dan pergi menuju ruangannya. Lagi-lagi dia melirik jam yang melingkar di tangannya. Dia harus cepat atau seseorang akan kembali menghindarinya. Raka mendengkus memikirkan hal itu. Sudah berhari-hari berlalu tapi tidak ada hasil yang signifikan.Suara ketukan pintu terdengar, Raka menoleh dan melihat Ilham yang mema

  • Okay, Boss!   34. Menjaga Jarak

    Jam istirahat kantor telah tiba. Berbeda dengan hari kemarin, kali ini Raka masih sibuk di ruangannya. Dia tidak lagi panik seperti hari-hari sebelumnya. Ini semua karena saran Daffa. Setelah berpikir semalaman akhirnya Raka berniat untuk mencoba saran itu.Jujur saja, keberadaan Nindy banyak mengubah hidupnya. Yang awalnya biasa saja berubah menjadi luar biasa. Keberadaan gadis itu memang membantu, tapi kecerobohannya juga membuatnya terganggu. Salah satu bukti dari kecerobohan Nindy adalah tangan Raka yang patah.Pintu ruangan terbuka dan muncul Ilham yang menatapnya bingung, "Tumben itu pantat masih nempel di kursi?"Raka menatap Ilham sekilas dan kembali fokus pada pekerjaannya, "Lo mau pesen makan, Ham? Gue nitip

  • Okay, Boss!   35. Mulai Lepas

    Hari Jumat adalah hari yang dinanti oleh banyak orang. Hanya di hari ini para pekerja bisa melambaikan tangan untuk berpisah dengan hari kerja yang melelahkan. Namun itu tidak berlaku untuk Nindy. Setelah tidak lagi bekerja di kantor, dia tidak lagi merasakan kesenangan hari Jumat karena semua harinya selalu sama. Kegiatannya hanya diisi dengan bersantai di atas tempat tidur. Tidak bisa dipungkiri jika Nindy merindukan kesibukkan yang Raka berikan padanya setiap menit.Matahari yang muncul tidak kunjung membuat Nindy bangkit dari tidurnya. Dia semakin erat memeluk guling sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan bosan. Hari-harinya sangat monoton. Dia rindu bekerja.Nindy menghela napas kasar dan beralih pada kertas desain yang tertempel di dinding. Gambar itu memiliki banyak kenang

  • Okay, Boss!   36. Syarat Mutlak

    Suara sendok dan mangkok yang berdenting nyaring tampak mengisi kekosongan yang ada. Nindy memakan rawonnya dengan sesekali melirik pria di hadapannya. Setelah lama menghilang, Raka kembali muncul dengan wajah santainya. Tidak ada yang berubah, hanya saja pria itu jauh lebih santai dan tenang."Saya mau tambah, boleh?" ucap Raka yang tiba-tiba menatapnya.Nindy terkejut dan menunduk, "Boleh, tambah aja sepuasnya. Sama penjualnya juga boleh tapi Pak Raka yang bayar."Raka tersenyum dan kembali memesan makanannya. Selagi menunggu makanan, dia menatap Nindy dengan lekat. Gadis itu tampak lebih pendiam, mungkin karena lelah menangis. Hati Raka kembali sakit mengingat kejadian t

  • Okay, Boss!   37. Pasangan Badung

    Nindy menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Dia melakukannya berkali-kali untuk menenangkan hatinya. Untuk pertama kalinya setelah dipecat, Nindy kembali menginjakkan kakinya di kantor Adhitama Design. Dia tidak sabar untuk kembali menjalani kehidupannya di perusahaan ini."Kamu gugup?" tanya Raka yang berdiri di sampingnya.Nindy mengangguk, "Saya deg-degan, tapi juga seneng, Pak."Raka tersenyum dan semakin menggenggam erat tangan Nindy.Liftmasih berjalan sampai akhirnya berhenti di lantai tempat di mana mereka bekerja."Lepasin, Pak." Nindy menarik tangannya.

Latest chapter

  • Okay, Boss!   45. Ekstra Chapter : Bahagia Nih Bos!

    Dua bulan kemudian.Suara berisik dari dapur terdengar ke seluruh penjuru rumah. Raka meringis saat tangannya tidak sengaja menyentuh wajah yang panas. Dengan cepat dia menyiram tangannya dengan air yang mengalir. Dari kejauhan, Bibi meringis dan terlihat khawatir. Namun lagi-lagi Raka meminta Bibi untuk menjauh dan tidak mengganggunya. Raka ingin membuat sarapan spesial untuk istrinya. Dia sangat berterima kasih pada Nindy karena sudah menyenangkan hatinya semalam."Mas, Mbok bantu ya?""Nggak usah, Mbok.""Mas itu telurnya kelamaan, cepet dibalik."Raka dengan cepat kembali ke kompor dan membalik telurnya. Dia mendesah kecewa saat telur setengah matang yang ia buat berubah menjadi matang sempurna. Tidak masalah, Nindy juga akan tetap menyukainya. Raka kembali berdecak saat minyak goreng mengenai kemeja kerjanya. Tidak masalah, dia juga bisa mengganti pakaiannya nanti.Setelah matang, Raka meletakkan telur itu di atas nasi goreng buatannya. Dia tersenyum puas melihat masakannya pagi

  • Okay, Boss!   44. Ekstra Chapter : Hari Istimewa

    Di tengah kesibukan kantor, Raka dan Nindy juga sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Tak jarang mereka mengeluh karena padatnya kegiatan. Bahkan di hari Sabtu seperti ini, mereka harus mengecek lokasi resepsi untuk yang terakhir kalinya. Besok adalah hari besar mereka, akad nikah dan resepsi akan dilaksanakan di hari yang sama."Capek, Pak." Nindy memijat kakinya setelah menghempaskan tubuhnya di sofa rumah Raka."Besok bakal lebih capek lagi, sabar ya." Raka mengelus kepala Nindy."Peluk." Nindy merentangkan tangannya dengan manja.Raka tersenyum dan mulai duduk di samping Nindy. Dengan segera dia menarik gadis itu untuk masuk ke dalam pelukannya. Di tengah kesibukan mereka, Raka sebisa mungkin tetap memberikan waktunya untuk Nindy. Entah sekedar makan bersama atau berbincang."Nginep di sini ya malam ini?""Mana bisa? Bapak sama Ibuk di kost bisa kesurupan reog liat anaknya nginep di rumah cowok.""Kan aku calon suami kamu. Lagian kamu juga sering nginep di sini.""Sstt, jangan bo

  • Okay, Boss!   44. Ekstra Chapter : Empang Keempat

    Dengan menggunakan batik, Raka terlihat semakin tampan berkali-kali lipat. Wajahnya yang tak pernah berenti tersenyum membuktikan jika ia menjadi manusia yang paling bahagia saat ini. Sama seperti gadis di hadapannya. Nindy tampak cantik dengan kebaya yang ia kenakan.Dengan cepat dan yakin, Raka mulai memasangkan cincin di tangan Nindy, begitu juga sebaliknya. Dari pemasangan cincin ini, Nindy sudah resmi menjadi calon istri Raka. Hanya tinggal satu langkah lagi sampai mereka akhirnya benar-benar akan bersama."Ndis! Liat sini," ucap Reina mulai memotret dirinya bersama Raka.Kebahagiaan Nindy menjadi berkali-kali lipat karena kedatangan sahabat-sahabatnya. Mereka rela jauh-jauh datang ke Jogja untuk menemaninya. Beruntung acara lamaran dilakukan di akhir pekan sehingga tidak mengganggu jam kerja banyak orang.Suara tepuk tangan terdengar sangat riuh. Keluarga besar Nindy berkumpul bersama hari ini. Sebagai cucu perempuan satu-satunya tentu tidak mudah untuk melepas Nindy. Semua kelu

  • Okay, Boss!   42. Ekstra Chapter : Cucu Terbaik

    Di dalam mobil, Nindy tidak bisa berhenti menatap cincin yang terpasang di jari manisnya. Cincin itu terlihat sederhana tapi juga mewah. Entah dari mana Raka tahu ukuran jarinya, yang pasti cincin itu benar-benar pas di tangannya.Makan malam mereka kali ini berjalan dengan romantis. Tidak ada perdebatan konyol di antara mereka. Dengan serius, Raka mengungkapkan keinginannya untuk menikahinya dan bertanya apa dia bersedia? Tentu saja Nindy bersedia. Dia telah jatuh cinta pada semua yang ada di diri Raka."Kamu seneng?" tanya Raka menarik tangan Nindy. Matanya masih fokus menyetir dengan tangan kiri yang menggenggam erat tangan Nindy."Seneng, Pak. Nggak sia-sia saya lembur buat selesain revisian kalau hadiahnya dilamar gini." Nindy terkekeh."Udah aku bilang panggil Raka, aku bukan Bapak kamu.""Tapi Bapak dari anak-anak aku.""Jangan mulai, Nind. Aku lagi nyetir."Nindy tertawa dan mencium tangan Raka yang masih menggenggamnya. Perjalanan ke kost kali ini berlangsung lama karena Raka

  • Okay, Boss!   41. Ekstra Chapter : Duo Bucin

    Nindy memejamkan matanya saat Raka kembali memarahinya. Lagi-lagi dia meringis melihat desain yang ia buat sudah tidak terlihat lagi rupa dan polanya. Jangan harap Nindy akan melihat sisi manis dari diri Raka saat di kantor, karena pria itu akan kembali menjadi Raka si Bos yang menyebalkan."Ini fungsinya apa, Nindy? Kenapa kamu hobi sekali memasukkan hal-hal yang nggak fungsional?"Nindy mengerucutkan bibirnya mendengar itu. Dia memilih diam karena menjelaskan pun akan percuma, Raka akan tetap membantahnya. Pria itu pasti lebih tahu bagaimana keinginan Pak Naru."Perbaiki lagi." Raka medorong kertasnya dan menatap Nindy lekat."Kamu udah telat dua hari dari

  • Okay, Boss!   40. Ekstra Chapter : Kode Merah

    Tiga minggu telah berlalu. Hubungan Raka dan Nindy semakin membaik setiap harinya. Meskipun masih dibumbuhi dengan perdebatan konyol, tapi cinta mereka tumbuh semakin kuat. Bahkan semua penghuni kantor juga sudah mengetahui hubungan mereka. Sejak awal Raka memang tidak ingin menyembunyikan hubungan mereka, berbeda dengan Nindy yang selalu merasa sungkan dengan karyawan lain. Oleh karena itu Nindy selalu membatasi pergerakannya di kantor.Raka melepas dasinya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Tak lama Nindy, Ilham, Tomi, dan Sisca masuk dengan wajah yang juga terlihat lelah. Seharian ini pekerjaan mereka memang padat. Mereka harus terbang ke Surabaya untuk melihat proyek Narutama. Mereka berlima adalah perwakilan kantor yang harus melihat lokasi secara langsung."Pak Ilham beli apa?" tanya T

  • Okay, Boss!   39. Ekstra Capter : Memancing Restu

    Mobil Raka berhenti tepat di depan kost Nindy. Dia sudah terlambat 10 menit. Dengan tergesa dia keluar sambil menghubungi Nindy, bermaksud memberi kabar jika ia sudah sampai.Tidak ada waktu istirahat untuk Raka hari ini. Setelah pulang dari kantor, dia langsung membersihkan diri dan kembali berangkat untuk menjemput Nindy dan orang tuanya. Meskipun terlihat santai, tapi jantung Raka berdetak dengan cepat. Dia menarik napas dalam berkali-kali untuk menenangkan hatinya. Ini pengalaman pertamanya bertemu dengan orang tua kekasihnya. Dia tidak pernah bergerak sedekat dan senekat ini dengan mantan-mantan terdahulu."Pak!" Nindy tiba-tiba datang dengan tergesa. Dia tampak panik dengan keringat di dahinya."Kamu kenapa? Kok

  • Okay, Boss!   38. Ekstra Chapter : Ridho Mantan

    Suasana masih terasa mencengkam. Bahkan setelah Maya pergi pun suasana tidak kunjung kembali tenang. Perasaan Raka sudah terlanjur buruk karena kedatangan wanita itu. Dengan beraninya Maya kembali muncul di hadapannya, bahkan di kantornya. Raka akui jika mental wanita itu sangat kuat karena tahan dengan tatapan sinis dari para karyawan.Sebenarnya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dalam pertemuan kali ini. Apapun usaha Maya dalam meminta maaf, keputusan Raka untuk membawa masalah ini ke jalur hukum sudah final. Entah apa yang membuat kakek memintanya untuk kembali berpikir. Mungkin mulut manis Maya sudah berhasil mempengaruhinya."Maaf ya, Nind. Kakek nggak nyangka kalau kamu akan ngalamin hal kayak gini di kantor. Andai kamu cerita sama Kake

  • Okay, Boss!   37. Pasangan Badung

    Nindy menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Dia melakukannya berkali-kali untuk menenangkan hatinya. Untuk pertama kalinya setelah dipecat, Nindy kembali menginjakkan kakinya di kantor Adhitama Design. Dia tidak sabar untuk kembali menjalani kehidupannya di perusahaan ini."Kamu gugup?" tanya Raka yang berdiri di sampingnya.Nindy mengangguk, "Saya deg-degan, tapi juga seneng, Pak."Raka tersenyum dan semakin menggenggam erat tangan Nindy.Liftmasih berjalan sampai akhirnya berhenti di lantai tempat di mana mereka bekerja."Lepasin, Pak." Nindy menarik tangannya.

DMCA.com Protection Status