Sabrina sangat kesal ketika tadi akan mengerjai Bayu tapi tidak jadi. Namun dalam otaknya, ada berbagai rencana. Pokoknya, dia akan meraih Bayu.
“Tidak boleh gagal, Bayu yang dulu sangat dekil, sekarang begitu tampan dan menggairahkan. Sepertinya, saat di ranjang juga demikian. Dia akan sangat perkasa. Ah, sepertinya aku butuh pelampiaasan.” Sabrina memang termasuk yang hyper, hanya mendengar tentang berhubungan badan, atau membayangkan saja dia bisa terangsang. Dia mengambil mainan yang digunakan untuk bermain saat kepingin tapi tidak ada lawan.
“Ah, sepertinya malam ini pake ini dulu.” Wanita itu mulai merasakan panas diseluruh tubuhnya. Dia seperti tersengat listrik tegangan tinggi. Keringat mulai memabanjirinya, seiring dengan mulutnya merancau nggak karuan. Desahan-desahan terdengar, membuat siapa yang mendengarnya pasti menyangka jika dia bermain dengan pasangan.
“Uuhhhh, kasihan
Sabrian kalap, dia mmemberikan seluruh tubuh dan kenikmatannya kepada pria asing itu. Namun Satpam itu punya nyali juga. Lelaki itu melarikan diri dari rumah Sabrina. Wanita itu sudah gila, demikian pikir satpam itu. Dia lari tunggang langgang.“Ya Allah, gusti. Ada wanita begitu.” Dia ngos-ngosan setelah sampai di pos.“No, kamu kenapa?” Teman satpam itu kemudian menanyakan dengan menepuk bahunya. Seno yang baru saja lari tunggang langgang kaget dan terperanjat.“Ya Allah Amin, aku kaget. Hiii ….”“Kamu kenapa ketakutan?”“Nyonya Sabrina gila! Dia telanjang tadi.” Seno begidig.***Meyyis_GN***Ajisaka gencar mendekati Rara. Kali ini saja, dia sudah ada di depan rumahnya Rara. Ceritanya, dia mau apel. Dia mengetuk pintu rumah Rara.“Waalaikumsala
“Kamu benar, kebersamaan seperti ini sangat langka. Apalagi, Rara akhir-akhir ini meeting sampai larut.” Aji memandang ke arah Rara. Seakan dia meminta konfirmasi. Tapi Rara hanya mengembuskan napas saja. Sepertinya, memang Rara benar-benar sibuk. Ajisaka tidak lagi meminta konfirmasi. Embusan napas lelahnya, sudah membuktikan bahwa yang dia katakan memang benar.Di meja makan terhidang masakan Jawa kesukaan Handoyo. Namun, karena masakan banyak berlemak, lelaki sepuh itu tidak berani makan banyak. “Aku terkadang merasa kesepian.” Handoyo mengatakan sesekali terdengar bunyi dentang sendok. Yang menyapa piring warna putih itu. Setelah Rara bergabung dengan perusahaan, praktis memang dia jarang sekali menemani sang ayah.“Benarkah?Aku akan menemani Om malam ini. Kita main catur.” Rara memutar bola matanya. Sebenarnya, dia juga sudah mulai menyukai Ajisaka. Hanya saja, batinnya tidak mau men
“Saya minta maaf, Om.”“Tidak masalah.”“Maksudnya, saya menang.”“Hahaha ya,ya,ya anak muda yang cukup lihai dalam perhitungan.” Mereka terkekeh bersama.Ajisaka pamit pulang karena sudah malam. Rara mengantarkan sampai ke tempat parkir mobil Aji. Sedangkan Handoyo hanya mengintip dari celah horden.“Ra, tidak semua selesai hanya dengan diam. Terima kasih makan malamnya. Lain kali, aku undang kamu makan di rumah, sekaligus kenalan dengan Elsa. Semoga kamu menyukainya. Dia anakku, berumur enam tahun. Kau bersedia?” Rara hanya tersenyum. Ajisaka mengerti, bagi seorang gadis, apalagi semandiri Rara, tentu butuh pemikiran yang matang, untuk menerima ajakannya. Terutama, karena Aji sudah tidak lagi sendiri. Ada anak di sampingnya.“Baiklah, aku mengerti. Pamit pulang dulu, ya?” Ajisaka masuk
“Kalau, ya? Memang kenapa? Dia lebih segalanya dari kamu, satu lagi, dia tidak pernah menjadikanku barang taruhan.” Rara menghempaskan tangan Rendi. Dia setengah berlari memasuki rumahnya. Gerbangnya belum dia kunci, karena masih ada Rendi. Dadanya penuh dengan sesak. Handoyo sudah melihat dan mendengar semua saat Rara dan Rendi berantem tadi. Jadi dia tidak menanyakan mengapa putrinya menangis.***Meyyis_GN***“Ra, Ra! Aku belum selesai ngomong, Ra. Aku akan menunggumu sampai kamu mau memaafkanku dan kita baikan.” Rara tidak menggubris ucapan Rendy. Dia menutup pintunya dengan dentuman, hingga hampir saja Rendi kejedot pintu tersebut. Dia masuk ke dalam rumahnya kemudian berlari menuju kamarnya. Dia menutup pintu kamarnya dan bersandar di pintu yang tertutup tersebut. Tumbuhnya merosot ke bawah, berguncang karena tangis yang semakin menguasai diri.“Memang sepertinya aku tidak boleh j
“Tidak masalah, kamu cukup pejamkan mata, maka netralkan semua pertengkaran hari ini. Selamat malam dan selamat tidur. Aku tutup dulu, ya? Assalamualaikum.” Rara menarik napas.“Waaalaikumsalam.”“Arghhh … ‘kan jadi ketahuan. Apa yang harus aku lakukan. Ck, aku malu ketahuan cerewet dan suka mengomel.” Rara bangkit, kemudian mondar-mandir. Dia tidak tahu lagi, pikirannya menemui kebuntuan.Rara dan Aji di tempat terpisah saling memikirkan. Rara mengingat kembali pertemuan mereka saat pertama kali. Hanya dengan senyum Ajisaka, membuat hatinya kebat-kebit tidak karuan. Dia langsung terpesona dengan duda tersebut, padahal dia tahu usia Aji juga jauh di atasnya. Selisih sekitar sepuluh tahunan. Dia membayangkan, garis rahangnya yang tegas, bibirnya yang tipis, hidungnya yang tidak terlalu mancung tapi pas pada porsinya. Dadanya yang bidang dan langkahnya yang jenjang mengisi k
“Terserah kamu, Pak Dokter.” Si kembar Devan dan Davin berlari dan keduanya menabrak meja acara, untung saja tidak memberantaki semuanya. Keduanya menangis tersedu-sedu. Bayu malah tertawa melihat kedua putranya menangis yang terkesan lucu.Ajisaka terbangun saat menyadari ada berisik di luar kamarnya. Dia kaget karena ternyata yang membuat berisik adalah Sabrina mantan istrinya yang dia ceraikan sebulan yang lalu. Dia menarik napas lelah. “Brin, Elsa sudah tidur! Pulanglah! Pak Seno! Usir dia kelauar. Tolong panggil taksi.” Ajisaka ingin kembali ke atas, tapi Sabrina memeluknya dari belakang.“Mas, tolong! Aku sudah hancur. Jangan mengabaikanku seperti ini.” Ajisaka tersenyum kecut.“Lepas Sabrina! Kita sudah bukan suami istri lagi. Jadi haram hukumnya untuk kita bersentuhan.” Ajisaka mencoba melepaskan Sabrina, tapi dia berulah dan hampir saja menciumnya. Tapi untung saja
“Ya Tuhan, kamu harus menerima kenyataan ini, Nak. Tapi satu hal yang perlu kamu ketahui, bukan ingin papa begini. Tapi mamamu sudah keterlaluan saat ini, papa tidak sanggup lagi,” batin Aji. Dia mengelus puncak kepala sang anak. Derita seakan luruh, melihat putri kecilnya. Pagi hari, Ajisaka sudah bangun untuk membersihkan gigi. Setelah itu, tentu saja mandi. Dia mengenakan stelan jas warna coklat, namun saat berkaca merasa tidak cocok. Setelah itu berganti dengan stelan jas warna abu-abu, masih tidak cocok juga. Sampai berkali-kali, tapi merasa tidak ada yang cocok.Hari ini, dia berencana ingin menghampiri Rara. Dia tersenyum sendiri melihat tingkahnya sendiri. Selama ini, tidak masalah dengan penampilannya. Namun, mengapa hari ini? Dia mengenakan dasi polos warna hitam. Setelah itu, siap untuk meluncur ke rumah Rara. Dia mengembangkan senyumnya, menggelengkan kepalanya dengan pelan, menyadari ada yang salah dengan diri
“Katakan!” Diandra menyampaikan jadwal Ajisaka seharian ini, hingga esok pagi. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama. Setelah menyampaikan jadwalnya, Diandra keluar dari ruangan Ajisaka untuk membuatkan kopi. Sedangkan Ajisaka sendiri membuka laptop untuk memindai pekerjaannya. Sejenak, rasa malu tadi pagi sudah lenyap dari pandangannya. Ajisaka larut dalam pekerjaannya.Rara tersenyum sambil terus melihat mobil Aji yang mengikutinya, hingga sampai di belokan kemudian lelaki itu memilih jalan terpisah. “Ada-ada saja, tapi untuk alasan apa aku senang?” Rara kembali fokus ke jalanan. Dia mengemudikan mobilnya dengan penuh hati-hati. Mobil jenis BMW itu memang properti perusahaan. Mobil berwarna putih susu itu memang warna kesukaan Bayu selain hitam. Rara sudah sampai di depan rumah Bayu. Setelah komputer melakukan pemindaian, maka pintu gerbang terbuka.“Pagi Mbak Rara. Sudah ditunggu Pak Bayu dari lima men
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska