Setelah sesi bercintanya, Bayu memiliki banyak tenaga untuk melanjutkan aktivitasnya. Masalah yang dibuat Stefan membuat dia harus bekerja lebih untuk mengatasinya. Walau tidak begitu besar pengaruhnya, jika tidak ditanggulangi dengan baik akan mengakibatkan masalah yang lebih besar. “Sayang sudah sore. Ayo pulang. Sepertinya hari ini keluarga Irwan mau bertandang ke rumah. Kayaknya mereka mau menentukan tanggal pernikahan deh. Kau tidak penasaran siapa Irwan?”
“Mari kita pulang! Kau bisa cerita saat sudah sampai di rumah oke?” Bayu mengecup kening istrinya kemudian mematikan lampu ruangannya. Sekarang sudah setengah tujuh senja. Bayu mengajak untuk salat dulu sebelum beranjak pulang. mahrib sudah menjelang dari tadi. Untung saja malam ini tidak terlalu macet jalanan sehingga mereka dapat sampai rumah setengah delapan.
“Ya Tuhan, Mama sudah takut nunggu kalian datang. Cepatlah bersih-bersih. Mereka sudah di jala
Semua orang sedang bincang-bincang setelah acara inti selesai. Serdangkan Irwan dengan Nilam mojok sendiri di taman belakang. Mereka butuh privasi untuk berbicara berdua karena setelah ini Nilam akan dipingit. Maka dari itu, Irwan akan mengatakan segela hal yang perlu dikatakan sebelum mereka benar-benar berpisah untuk sementara.“Sayang, kau bahagia?” tanya Irwan. Dia meraih tangan Nilam. Kemudian menciumnya dengan sangat dalam.“Apa perlu aku jawab, Mas boleh aku bertanya?” Irwan mengubah dari hanya memegang menjadi saling mengaitkan jemari. Tidak hanya satu tapi kedua tangannya.“Semua milikmu, mau tanya apa?” Nilam menarik napasnya sangat dalam.“Apa hubungannya Mas sama Kak Eliana?” Irwan tersenyum. Memang dulu dia sangat mencintai Eliana lebih dari siapa pun. Dia sangat terobsesi dengannya. Bahkan dekatnya Irwan dengan Nilam juga tidak luput dari
Setelah Irwan pergi, Nilam masuk ke kamarnya. Dia memegang bibirnya yang masih terasa bergetar bekas ciuman dengan irwan. Dia juga memegang dada kembarnya yang masih terasa remasan itu. Senikmat itukah disentuh sang kekasih? Nilam menutup wajahnya dengan bantal. Tidak berapa lama Irwan menelponnya. Nilam memejamkan mata, kemudian menggeser tombol warna hijau. “Ada apa? ‘Kan baru aja ketemu.” Nilam pura-pura.“Aku sudah sampai rumah. Anak kecilku nggak mau tidur ini. Kamu tanggung jawab!” Nilam membelalakan matanya.“Ih, salah aku gitu? Siapa tadi yang ... ah, kamu ih.” Nilam terlihat merajuk.“Aku harus bermain solo ini. Kalau tidak semalaman tidak bisa tidur karena si dia merajuk. Boleh nggak aku lihat kamu tanpa busana? Kalau kamu malu, foto aja nggak apa-apa. Sumpah aku nggak tahan banget.” Nilam membelalakan matanya.“Ogah, ah malu
Hari ini Irwan datang ke rumah sakit dengan ceria. Sahabatnya Risa sampai bingung melihatnya. Lelaki itu belum pernah seceria ini, dari pertama kali mengenalnya. “Kenapa, Lo? kesambet?” Irwan tertawa mendengar pertanyaannya.“Gue lagi bahagia. Minggu depan gue kawin.” Risa hanya beroh ria. Tapi tersimpan luka di dalam hatinya.“Selamat, Wan. Tapi hatiku sakit. Kenapa kamu tidak pernah menganggapku ada. Aku mencintaimu dari dulu, Wan. Apakah pesona anak ingusan itu sangat besar hingga kamu melupakanku?” Batin Risa bergejolak, dia menunduk.“Sudah sono pergi ke ruanganmu! Gue bentar lagi ada praktek!” Risa mengusir Irwan dari ruangannya. Lelaki itu tertawa didorong paksa oleh sahabatnya itu tanpa tahu jika Risa terluka. Setelah Irwan keluar, Risa menutup pintunya dan bersandar di sana. “Kenapa rasanya sesakit ini? aku sduah tahu bahwa Irwan hanya menganggapku sebagai te
Irwan mendorong tubuh Risa dengan sangat kuat sehingga dia terhempas ke lantai sangat kasar. Irwan tidak peduli. Yang artinya dia sendiri akan dapat masalah rumit. Seminggu lagi akan menikah sedang sang calon istri melihatnya berciuman dengan wanita lain. Bukan berciuman ralat. Tapi dicium. Dia ah ... Irwan berlari ke arah di mana Nilam pergi dan mengejarnya. Dokter tampan itu bahkan tidak peduli orang-orang melihatnya. “Sayang, Sayang. Please! Kita bicara! Aku janji setelah ini terserah kamu aku pasrah.” Untung saja Irwan cedas. Di ruangannya ada CCTV dan kebetulan langsung tersambung dengan ponselnya. “Lepaskan aku, Mas. Aku sadar tidak secantik Dokter Risa. Tapi kenapa kamu harus memberiku harapan itu sih? Kalau kamu mencintainya mengapa bukan dia yang menjadi calon istrimu?” Nilam menghapus air matanya yang sudah banjir. Irwan menarik tangannya kemudian memeluknya erat. Tidak peduli berada di tempat umum.
Akhirnya mereka akur lagi. Irwan sudah menemukan trik untuk menjinakkan beruang betinanya. Sedangakn di rumah Bayu sudah mulai ikut sibuk memberi tahu keluarganya yang jauh-jauh. Kendatipun hanya dengan sambungan telepon, tetap saja memerlukan banyak waktu. Dia sudah selesai menghubungi keluarganya yang ada di Sumatra. Bayu memijit pelipisnya. Masih ada beberapa keluarga yang menyebar di bagian Jawa. Yang masih bisa dijangkau dengan datang, maka sebisa mungkin Bayu akan datangi. Dia anak sulung dan satu-satunya pria yang tersisa dalam keluarganya. Maka dari itu dia harus bertanggung jawab mengurusi semuanya. “Kopimu, Sayang. Suntuk amat?! Kita ketemu klien beberapa menit lagi. Mereka siap mau ke mari. Pak Han sudah aku intruksikan untuk menyiapkan berkas yang dibutuhkan. Kau bisa? Jika tidak, biar aku saja yang mengurus.” Bayu mengangguk. Dia sudah siap untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama klien sudah datang dan menempati ruangan rapat yang sudah
Tidak berapa lama dokter keluar. Dokter mengulum senyum setelah melihat tiga orang itu maju semua. “Bagaimana, Dok?” tanya Bayu dengan penuh pengharapan.“Selamat, Pak Bayu. Usaha kita berhasil. Nyonya Eliana sudah mengandung.” Ya, beberapa waktu lalu memang Eliana dan Bayu melakukan inseminasi buatan. Mereka menanam benih Bayu di rahim Eliana karena ada indikasi bahwa indung telur berada agak tersembunyi sehingga sulit bagi benih untuk bisa sampai di indung telur tersebut. Sehingga membutuhkan bantuan medis.“Ya Allah, terima kasih, Dokter.” Tidak berapa lama, Nilam dan Irwan datang.“Ada apa, Bay? Sepertinya Nilam terdengar panik saat sampai di rumah sakit.” Irwan masih dengan stelan jas dan stetoskop di lehernya.“Eliana pingsan di kantor. Tapi Alhamdulilah ternyata dia hanya kecapean karena sekarang dia hamil.” Irwan terlihat kaget
Eliana sudah sampai di ruang rawat. Wanita itu masih juga memejamkan mata. Bayu tidak tega meninggalkannya barang sebentar. Padahal dia sangat lelah. Nilam dan Irwan memilih keluar. Irwan harus melanjutkan tugasnya sampai beberapa jam, sedang Nilam akan mencari minuman dan makanan. “Temani aku sebentar, kamu pesen saja pake online,” pinta Bayu.“Kita lagi dipingit! Malah minta ketemuan?” Nilam memutar bola matanya. Dasar Irwan tidak akan peduli. Dia menarik tangan kekasihnya itu masuk ke ruangannya. Dengan lembut menyesap bibir manis sang kekasih.“Aku sudah tidak sabar, singaku sudah mengaum terus.” Irwan melepaskan ciumannya.“Main sosor aja tanpa permisi.” Nilam membelalakan mayanya.“Tapi seneng ‘kan?” Irwan mengusap bibir Nilam dengan jempol bagian dalam. Bibir itu setengah bengkak karena dia sangat rakus menyesapnya. 
Bayu dan Nilam keluar dari kamar mandi melihat mata Eliana mulai mengerut, itu artinya dia mulai merasakan respon cahaya. Wanita itu memegang dahinya kemudian tidak berapa lama mmebuka matanya. Bayu yang menyadari itu berlari menuju ke ranjang Eliana kemudian menggenggam tangannya dan menciumnya berkali-kali.“Sayang, terima kasih sudah membuka mata. Apa yang kau rasakan? Kepalanya pusing? Apakah itu sangat sakit?” Bayu terlihat sangat khawatir. Dia memegang dahi snag istri.“Satu-satu kalau tanya. Ini sakit banget.” Eliana memijit ringan pelipisnya. Bayu menarik kursi yang dia duduki sehingga lebih dekat ke arah kepala. Dia memijit kepala itu.“Eliana, kamu pingsan tadi di kantor.” Agung datang mendekat di susul oleh istrinya.“Selamat, Sayang. Kamu akan menjadi seorang ibu.” Eliana masih belum ngeh dengan yang dikatakan oleh mamanya.
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska