“Ya, Pak Toni. Silakan masuk. Beliau sudah menunggu. Makasih, ya, Mbak. Itu nasinya dimasukin dulu ke mulut.” Toni tersenyum. Memang Toni ke kantor Bayu saat makan siang. Duh malunya Sasa ternyata dia celemotan saat makan.
“Selamat siang, Pak. Permisi.” Bayu yang sedang sibuk dengan komputernya meluruskan pandangan.
“Woi, masuk.” Maka Toni masuk.
“Boleh duduk, enggak, Bos?” Toni menggaruk tengkuknya.
“Iya, duduklah masa mau berdiri? Gempor entar. Tapi kalau mau, ya silakan berdiri. Boleh, kok.” Bayu terkekeh.
“Ck, si Bos ini ngeri amat dulu aku berdiri.” Toni ikut terkekeh.
. “Ngomong-ngomong ada apa? Tumben nyamperin sini? Nggak sabar sampai nanti sore.” Toni memang biasanya ke rumah kalau ada apa-apa.
“Itu, Bos. Aku, aku ….&r
Hari ini sang surya begitu cerah menyinari bumi sampai terasa terik di ubun-ubun. Cerahnya sang mentari secerah hati Toni yang akan melamar sang pujaan hati. Dia bercermin di depan kamar mandi dan menautkan wajah gantengnya. Dia tersenyum dengan penampilannya sendiri. Rambutnya yang sudah klimis. Dengan kemeja warna putih yang menjadi ciri dia.Demikian juga dengan Anita. Anita sudah lebih dulu pulang ke Solo untuk mempersiapkan segalanya. Anita sudah pamit kemarin sore dan Toni mengantarkannya ke bandara.“Cie … sudah siap, Pak Toni.” Mona seperti biasa yang meledek.“Harus dong, Mon.” Toni menyisir Kembali.”Tenang saja, Ton? Kamu enggak usah gugup seperti itu.” Bayu menepuk pundak Toni. Di samping Toni berkaca, terlihat beberapa seserahan sudah ada di depan mata. Kotak pertama berisi kain brokat yang nantinya akan digunakan untuk kebaya
“Aku juga orang Solo, Ton. Tapi malah aku yang melamar Bayu dulu.” Agung terkekeh.“Yang bener, Pa?” Toni memang mengundang Agung dengan sebutan papa.“Iya habisnya kalian udah matang juga nggak mau kawin-kawin. Aku kasih dua rekomendasi Steven sama Bayu. Eh ternyata dia milih Bayu yang hitam manis.” Agung tertawa mengingat waktu itu.“Benarkah itu, Sayang?” Bayu memicingkan matanya.“Ih, papa mengada-ngada.” Wajah Eliana memerah.“Waktu itu padahal masih tinggian Steven lho pangkatnya. Yang Bayu baru jadi Manager waktu itu Steven udah jadi asisten direktur padahal.” Lagi-lagi Agung terkekeh membuat Bayu menggoda istrinya. Sedangkan Eliana memerah wajahnya.“Jodoh memang nggak ada yang tahu, Pa.”“Makanya dari itu kamu
Anita mondar-mandir di dalam kamarnya dia sudah mengenakan kebaya berwarna kuning telur. Detail kebaya dengan pernak-pernik dan mote yang mengelilingi lengkungan-lengkungan bajunya. Namun keindahan bajunya tidak dapat membuatnya tenang. Hatinya sangat bergelora, jika dapat direkam, mungkin saja jantungnya sudah membentuk suara jemedug yang sangat tinggi setinggi mega herz. Dengan paduan jarik lurik batik khas Solo, sanggulnya dibuat rendah khas Putri Solo dengan hiasan kepala yang membuat dia tambah anggun.Dia tidak bisa duduk diam. Dia terus saja mondar-mandir. Kebetulan dia sedang sendiri, karena teman-temannya tentu di luar, ada di pihak Toni.Di luar sedang ada pembicaraan tentang pertunangan itu. “Duh, kira-kira apa yang mereka bicarakan, ya? Aku sangat gugup. Apakah papa dan mama setuju? Jika ternyata Mas Toni yatim piatu.” Tangan Anita berkeringat, demikian juga dangan dahinya. Membuat make-upnya sedikit luntur. Unt
“Toni, tenanglah! Baca istigfar.” Bayu menepuk pundaknya sehingga Toni sedikit terlonjak tetapi setelahnya dia menoleh ke arah Bayu dan membaca istigfar. Dia berusaha menenangkan dirinya sendri, yang sudah dalam level akut kegugupannya.“Bune, undang Anita keluar.” Toni semakin gugup. Ibunya Anita bangkit. Dengan kebayanya dan kain yang sempit, membuatnya berjalan anggun dan lama.“Nduk, ayo keluar. Kamu sudah dipanggil.” Anita keget mendengar sapaan dari sang mama.Anita keluar dengan Anggun membuat Tony terbelalak melihatnya. Sungguh terlihat bagai bidadari yang turun dari surga.“Kondisikan matamu,” bisik Bayu. Toni beristighfar berkali-kali sehingga membuat Bayu terkekeh kecil.“Nah, ini anak saya Anita, Pak Agung. Jadi gini, Nduk. Pak Agung ini mewakili dari Nak Toni mau melamar kamu. Bagaimana? Apa kamu berse
Debar-debar asmara terlihat jelas lewat pendar mata sang pengantin yang secara bersamaan masuk ke kamar pengantin. Anita duduk di tepian ranjang dengan pakaian pengantin yang masih melekat di tubuhnya. Gaun menjuntai menyapu lantai selalu tampak anggun ditubuh Wanita yang mengenakannya. Brokat berwarna putih gading memang selalu identic dengan sang pengantin. Masih tampak make-up yang membuat pengantin wanita lebih terlihat cantik.“Kamu mau mandi dulu?” tawar Toni. Dia melepaskan jas pengantin dan meletakkan di gantungan baju. Kancing pada lengannya dipasakan satu persatu kemudian digulung sampai siku membuat ototnya terlihat, membuat dia nampak lebih perkasa. Dada mereka berdua saling bertalu membuat mereka merasakan gugup yang tidak bisa terkontrol.“Kamu mau mandi dulu, Nita?” Pertanyaan Toni membuat Anita menoleh kepadanya.“Iya, Mas. Tapi aku nggak bisa buka gaunnya.&rdqu
“Apakah sangat sakit?” Anita merintih. “Aku lepaskan?” Anita menggeleng. Dia akan menahannya. Benar saja rasanya sakit tapi mampu mengangkatnya melayang ke Nirwana ke tujuh setelahnya tinggal kenikmatan saja. Mereka akhirnya lunglai bersama.“Terima kasih, Sayang. Kamu sudah memberikan kenikmatan. Apakah kamu juga merasa puas?” ucap Toni. Anita hanya mengangguk saja. Toni merengkuh tubuh istrinya yang masih berkeringat.“Jika suatu hari kamu tidak merasakan kepuasan, maka bicaralah. Kita cari solusi bersama.” Anita mengangguk tanda mengerti. Satu kecupan mendarat di kening sang istri, hingga wanita itu merinding. Anita bergegas ke kamar mandi. Dadanya tidak bisa dikondisikan dia masih merasakan debaran aneh memenuhi ruang jiwanya.***Meyyis_GoodNovel***Saat pulang dari pesta itu si kembar badannya panas keduanya nampak pucat. Keduanya tidak berhe
Pagi ini Bayu nampak sibuk. Dia turun dari mobil sedikit berlari menuju ke ruangannya. Hari ini akan ada perekrutan karyawan baru secara besar-besaran di perusahaan aplikasinya. Toni juga belum datang maka dari itu, dia nampak sangat sibuk. Di berhenti pada ruangan dekat karyawan pemrograman.“Mona, tolong berkas-berkas yang sudah masuk ke link di cek semua satu lagi. Kamu bener-bener cek yang kompeten, jangan sampai nanti kita menerima karyawan yang abal-abal dan tidak serius. Kalau tidak serius bekerja, maka akan mengganggu stabilitas yang lain juga. Sebagai driver, haruslah memiliki dedikasi tinggi pada perusahaan.” Mona menagang mendengar suara Bayu. Mona memang jarang mendapat perintah dari bosnya tersebut. Biasanya, dia mendapat perintah dari Toni.“Baiklah, Pak. Saya akan cek benar-benar.” Bayu mengangguk. Sedangkan Mona mulai membuka linknya. Bayu akan berbalik, namun dia ingat satu h
“Oh, gini aja. Mama mana, mama?” Eliana nampak melongok ke dalam kamar Nilam.“Mama ada di kamar nemenin Nilam yang sedang merintih kesakitan.” Eliana kembali ke luar.“Ya, udah gini, ya? Mama sama Papa suruh ke sana dulu. Nanti mungkin waktu istirahat siang aku akan menyusul ke rumah sakit.”“Bener ya?” Eliana memastikan.“Iya nanti ya, kalau nggak … nungguin Si Toni datang. Dia juga nggak masuk karena istrinya juga sakit. Mas bener-bener nggak bisa ninggalin.” Dalm kalimatnya, benar-benar Bayu meminta pengertian dan tolong kepada istri tercintanya.“Ya udah baiklah.” Eliana menekan tombol selesai kemudian Kembali lagi ke dalam.“Hufff, aduhhh, Ma. Sakit banget,” rintih Nilam.“Sab
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska