Sontak mata Chloe terbuka. Bola matanya yang besar nyaris mencuat keluar. Seolah sedari tadi paru-parunya berhenti bekerja, usai membuka mata barulah dadanya mengembang maksimal untuk mengambil udara sekitar yang tercium seperti aroma obat-obatan.
Apa yang Chloe lihat kini sangatlah berbeda dengan apa yang dia lihat sebelumnya. Cahaya sekitar tidak lagi remang-remang. Sudah berubah menjadi putih terang. Ketika bola matanya bergulir ke samping, memang terdapat beberapa ranjang, tapi kosong. Tidak seperti sebelumnya yang dipenuhi oleh orang-orang yang senasib dengannya—lemas, tidak berdaya. Dan perbedaan yang paling mencolok, yaitu tidak ada sosok Juan yang menunggu di sampingnya.
Chloe merasa tangannya dingin. Rasa hangat yang sepanjang waktu diberikan oleh sentuhan tangan Juan hilang begitu saja.
T
Tidak mungkin, batin Chloe spontan mengelak.Pasti hanya kebetulan. Pasti hanya efek dari dirinya yang diam-diam masih memikirkan Juan, serta masih terlampau berharap. Tidak sepantasnya Chloe yang hanya merupakan seorang mahasiswa dan bukan siapa-siapa ini berpikiran jika dirinya adalah reinkarnasi dari Helena hanya karena rentetan mimpi yang datang padanya. Juan sendiri saja sama sekali tidak berpikiran seperti itu. Buktinya lelaki itu justru pergi bersama perempuan lain, yaitu Raline, yang sudah jelas memiliki wajah yang mirip dengan Helena. Sementara Chloe? Tidak ada satu hal pun dari dirinya yang menunjukkan bahwa dia adalah perempuan yang tengah Juan tunggu selama ini. Jadi … tidak mungkin."Oke deh," cetus Grace kembali berdiri. "Meskipun gue bilang kalau gue ngga bakal bisa jauh-jauh dari lo, tapi ka
"Umm … ke-kenapa lo tanya itu?"Alex menjawab dengan gugup. Lebih kepada kaget dan bertanya-tanya kenapa Chloe tiba-tiba menanyakan hal semacam itu? Di saat tema iblis memang sedang menjadi bahan perbincangan yang begitu hangat antara dirinya dengan Juan.Chloe mengembalikan posisi duduk di sela-sela Alex yang tak henti-hentinya menoleh untuk menunggu jawaban. Kefokusannya mendadak buyar hanya karena sebuah kalimat pertanyaan."Sebelumnya … bisa janji dulu sama aku kalau Kak Alex ngga akan cerita ini ke siapa pun?" pinta Chloe."O-oke. Termasuk Juan?""Termasuk Pak Juan." Chloe menegaskan. "Karena aku sendiri juga ngga bisa cerita hal ini ke dia juga siapa pun, termasuk Grace dan Kak Sam dan orang-or
Atmosfer di dalam mobil seketika berubah. Chloe menyadari itu. Sayangnya dia tidak bisa menebak apa yang tengah Alex pikirkan hingga membuat lelaki itu tampak tegang. Tergambar jelas di wajahnya. Dan itu berlangsung sekian menit. Membuat sekitar mereka berubah hening.Oleh karena tidak nyaman dengan suasana yang mendadak sunyi, Chloe pun berdeham."Tapi …," katanya kembali membuka percakapan. Andai Chloe tahu bahwa satu kalimat yang keluar dari mulutnya itu faktanya cukup menghadirkan rasa merinding di sekitar tengkuk Alex. "Iblis itu mungkin marah ngga, ya? Atau mungkin ngga senang sewaktu dia dibuat lenyap sama Pak Juan, makanya dia muncul lagi di sekitar aku?""Umm, soal itu …." Alex masih berusaha memikirkan jawaban teraman. "Harusnya, sih, ngga. Soalnya memang itu konsekuensi yang harus mere
Sebetulnya Juan masih tidak mengerti kenapa lagi-lagi Chloe-lah yang menjadi tujuannya. Setelah selesai mengajar, niat awalnya hanyalah ingin kembali ke asrama, tapi melihat klinik tak jauh di depan mata, alhasil Juan melanjutkan perjalanan hanya untuk sekadar melihat bagaimana keadaan Chloe usai semalam dia tinggalkan. Namun, rupanya perempuan itu sudah tidak ada di ranjangnya, karena memang sudah diperbolehkan kembali ke asrama. Hanya saja informasi yang diperoleh Juan setelahnya tidaklah menjurus ke sana.Salah seorang suster tidak sengaja melihat Chloe justru masuk ke dalam mobil seseorang. Memang sang suster tidak tahu apakah mobil tersebut membawa Chloe menuju asrama atau tidak, tapi sayangnya Juan tahu. Perasaannya berkata demikian dan nyatanya apa yang tengah dipikirkannya adalah benar. Chloe pergi bersama Alex yang sedang membawa mobilnya.Berdas
Seperti membalas perlakuan Juan kala itu, Chloe pun akhirnya membentak Juan dengan satu buah kata. Dan rupanya itu cukup membuat dua orang lelaki di sekelilingnya ini terperanjat di tempat. Alex makin menempel pada tembok layaknya seekor cicak dengan wajah ketakutan, sedangkan Juan justru membeku di tempat. Juan memang sudah sering melihat Chloe kesal, tapi tidak pernah sampai membentak seperti ini. Terlebih jika dilihat berdasarkan posisinya, tidak mungkin juga mahasiswa membentak seorang dosen tepat di depannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Juan terkejut.Meskipun telah berteriak, sayangnya tidak langsung membuat Chloe lega. Dadanya justru semakin sesak. Tangannya pun perlahan mulai menggapai dada bagian kanannya. Juan yang kembali berkesempatan melihat gerak-gerik Chloe tersebut—seperti yang pernah dia lihat sewaktu menemukan Chloe di tangga darurat, juga sewaktu bertemu dengan Chloe di lanta
Alex membuka pintu taksi yang baru saja berhenti di depan lobi The Andromeda Residence. Memegangi pintunya selagi menunggu Chloe mendekat, sebab perempuan itu benar-benar melangkah dengan tidak semangat hingga tertinggal di belakang."Kak Alex benar mau antar aku ke Seirios?" tanya Chloe kembali memastikan sebelum masuk ke dalam taksi."Ngga," jawab Alex tanpa basa-basi. "Gue rasa lo pasti lagi mau sendirian dulu. Lagi pula, kebetulan gue juga ada urusan dan mau langsung pergi aja. Tapi lo jangan lupa makan siang. Nanti kapan-kapan, kalau lagi sama-sama free, kita makan siang bareng."Chloe menyampirkan rambutnya ke belakang telinga. Kedua sudut bibirnya tertarik tipis. Mimpi apa dia sehingga bisa-bisanya dikelilingi oleh or
Andai Chloe tahu ucapan Nathan kala itu adalah semacam firasat, tentu Chloe tidak akan langsung meninggalkannya begitu saja, sebab masih banyak hal yang ingin dibicarakan perihal Juan. Namun, apa daya, kematian seseorang memang tidak ada yang tahu. Tidak bisa diubah pula. Yang bisa dilakukan kini hanyalah menerima dengan lapang dada dan sebisa mungkin mengingat serta menyimpan dengan baik segala memori yang pernah dibuat bersama, agar yang pergi meninggalkan itu akan tetap terasa hidup."Jadi, apa kamu bisa bantu saya menghubungi Juan?" tanya Sang Anak Ketiga."Oh, iya." Chloe mengeluarkan ponselnya. "Saya bisa coba bantu hubungi Pak Juan."Sang Anak Ketiga menghela napas lega. "Terima kasih. Saya ke dalam dulu sebentar."Chloe mengangguk pelan. Jika bukan karena h
Acara pemakaman telah selesai. Sekumpulan orang yang mengantar Nathan ke tempat peristirahatan terakhirnya tampak sudah mulai membubarkan diri. Tersisa para anggota keluarga yang masih setia di tempat. Seakan belum ingin meninggalkan Nathan sendirian di tempatnya yang baru.Begitu pula dengan Chloe. Usai sosok Juan pergi, Chloe kembali menghadapi rasa dukanya seorang diri. Tidak mengenal siapa pun, baik itu ketika masih di dalam rumah Nathan maupun di pemakaman. Namun, Chloe juga masih ingin menunggu. Menunggu Juan yang Chloe yakini akan kembali datang dengan wujud manusianya. Bukan bermaksud apa-apa, Chloe menunggu Juan hanya untuk memberikan sebuah kotak yang dititipkan oleh Sang Anak Ketiga. Entah siapa namanya, Chloe tidak sempat bertanya. Bahkan memperkenalkan diri sendiri sebagai Chloe pun tidak sempat."Kamu masih ingin di sini?" tanya Sang Anak Ketiga t
Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di
Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di
"Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub
Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an
Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan
Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja
Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld
Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti
Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.