Sebuah bus keliling Seirios berhenti tepat di depan halte gerbang utama. Bersama dengan dua orang lainnya, Chloe turun, lalu lanjut melangkah keluar pintu gerbang. Jarang ada mahasiswa yang turun di halte ini kalau bukan karena ingin pergi ke luar kawasan Seirios. Ini pun juga baru pertama kalinya buat Chloe, karena selama tinggal di asrama, dia memang belum pernah pergi keluar—maksudnya, benar-benar keluar sendiri atau bersama Grace juga lainnya, ke tempat mana pun di luar Seirios, dengan menggunakan bus keliling—karena kalau menggunakan mobil, sudah pasti Chloe pernah, yaitu sewaktu Tuan Edgar menjemputnya pulang ke rumah dan juga … tentu saja, sewaktu mobil dua miliar Juan mengantarnya pulang ke asrama. Serta saat ini, saat mobil yang serupa tengah melaju pelan melewati gerbang utama yang terbuka lebar lalu berhenti tepat di depan Chloe.
Beruntung sedang tidak ada teman-teman pe
Masih terlalu terkejut, tapi Chloe mengiakan perkataan Juan dengan anggukan kepala.“Good,” balas Juan. “Ayo turun.”Juan turun dari mobil terlebih dahulu. Disusul Chloe yang pikirannya masih melayang di sekitar mobil. Bertanya-tanya siapakah ‘dia’ yang dimaksud oleh Juan? Jadi, yang mengetahui identitas Juan sebagai grim reaper bukan cuma Chloe? Memang Chloe tidak pernah bertanya apakah ada manusia lain yang mengetahui identitasnya atau tidak, tapi mengetahui jika Chloe bukan satu-satunya orang yang tahu, entah kenapa terasa tidak terlalu menyenangkan.Tunggu,
“Kapan itu tepatnya? Aku lupa.” Nathan bertanya pada Juan. Barulah Juan berganti posisi menyilangkan lengan di depan dada. Satu kakinya juga diturunkan.“Udah terlalu lama buat diingat,” jawab Juan tidak membantu.“Ah, begitu,” sahut Nathan. “Yang pasti saat aku masih berumur delapan tahun.”Delapan tahun? Chloe terperanjat dalam diam.Kedua orang tua Nathan meninggal dan dijemput oleh Juan sewaktu dia berumur delapan tahun dan sekarang dia sudah setua ini? Maksud Chloe, memangnya Juan sudah menjalankan tugasnya sebagai grim reaper sejak kapan? Jujur saja memang tidak pernah terpikirka
Chloe mengeratkan cengkeraman tangannya pada pinggiran buku yang diletakkan di atas kedua paha. Kedua mata besarnya melekat pada mata Juan.Sebenarnya Juan menunggu tanggapan dari Chloe, tapi perempuan itu hanya terdiam sambil terus menatap. Dari sanalah Juan tahu bahwa pembahasan ini tampaknya terlalu berat baginya.“Tapi Bapak sama sekali ngga kelihatan tua,” komentar Chloe pada akhirnya. Nada suaranya melemah.Juan tersenyum tipis. “Karena fase kehidupan manusia ngga berlaku di malaikat maut, Chloe,” jawabnya. “Kami semua stuck di fase terakhir kami.”“Memangnya apa fase terakhir Pak Juan?” tanya Chloe segera. "Kenapa bisa
Dia adalah sosok wanita berkemeja biru yang membuat Chloe kehilangan kosakata untuk mendeskripsikan bagaimana rupanya. Jadi, penggambaran yang muncul di kepalanya hanyalah bahwa dia memiliki semua ciri-ciri fisik yang diinginkan oleh banyak perempuan. Chloe rasa itu cukup.Si Wanita Berkemeja Biru itu tampak sedang mengobrol berdua dengan Nathan. Tingginya yang hampir menyamai Juan, membuat Nathan juga hanya sepantaran dengan bahunya. Sesekali tersenyum dan tertawa, dimana dua hal itu menjadi semacam nilai tambah di wajahnya yang begitu natural. Tanpa riasan berlebih, tapi tetap terlihat cantik. Entah bagaimana dia melakukannya, karena kenyataannya Juan berhasil dia taklukkan.Chloe kembali menghadap Juan. Bertanya-tanya kapan kesadaran lelaki ini akan kembali?“Pak Juan?”
“Udah siap semua, ya?” tanya Juan pada seorang pegawai toko Nathan yang baru saja memasukkan sebuah kardus besar di dalam bagasi mobilnya.“Udah, Pak.”“Oke, terima kasih.”Juan menutup pintu bagasinya, lalu menghampiri Raline yang sudah menunggu di samping pintu mobil. Baru kali ini Juan merasa canggung di hadapan seorang perempuan. Saking canggungnya, sampai kedapatan beberapa kali mengelak sorot mata Raline. Bagaimana tidak canggung ketika akhirnya berkesempatan bertemu kembali dengan seseorang yang sudah dia nantikan sejak berabad-abad yang lalu? Meskipun Raline tidak bisa mengingat bagaimana dirinya yang dulu dan bahkan juga tidak ingat siapakah Juan sebenarnya, tapi menemukan wajahnya lagi saja sudah cukup bagi Juan. Rasa rindunya beserta rasa bersalahnya selama ini pasti ak
Alunan nyanyian live music di dalam The Greek’s Cafe semakin membuat suasana malam hari semakin sempurna. Terlebih untuk kali ini Juan tidak datang sendiri. Ada sosok perempuan yang menemani. Duduk tepat di hadapannya tanpa ada penghalang apa pun. Tidak lagi Juan bersusah payah memperhatikan dari jauh.Sebetulnya alasan Juan selalu datang ke kafe ini adalah karena letaknya yang berseberangan dengan butik milik Raline, sehingga Juan bisa terus memperhatikan perempuan itu. Dari sanalah Juan tahu kapan Raline datang untuk membuka butik, juga kapan dia menutup butik, dan pulang. Meski begitu, Juan tidak sampai mengikuti Raline hingga ke rumah, karena melihatnya berlalu-lalang di dalam butik pun sudah cukup bagi Juan. Lagi pula, Juan tidak ingin Raline berpikiran macam-macam
Sebenarnya Juan tidak ingin menjadikan masalah ini semakin rumit, tapi Juan merasa butuh informasi pendukung terkait keberadaan dan keadaan Chloe sekarang. Jadi, di sela-sela perhatiannya yang terpusat pada jalan di depan, dengan terpaksa Juan memutuskan untuk menghubungi Grace. Sayangnya, baik Chloe maupun teman sekamarnya itu, keduanya sama-sama mengabaikan teleponnya. Sampai di usahanya yang entah sudah kesekian kali, Grace akhirnya mengangkat telepon darinya. Juan sangat berterima kasih akan hal kecil semacam itu.“Grace!” seru Juan agak kencang. Sengaja mengubah mode teleponnya menjadi loudspeaker dan diletakkan di kursi sebelah kemudi. Membiarkan kedua tangannya bergerak lincah di atas setir mobil.“Hei, Pak Juan, eh, malam,”
Sebal, sebal, sebal! Kalau saja tenaga kakinya bisa diajak untuk berlari, saat ini juga Chloe akan berlari secepat mungkin. Memelesat memecah udara malam hingga sampai di asrama. Sayangnya kedua kakinya sudah tidak memiliki tenaga sebesar itu. Belum lagi angin malam yang terasa sangat tidak mengenakkan setiap kali menyapu kedua lengannya yang terbuka, karena Chloe memang hanya menggunakan atasan peasant top lengan pendek. Lagi pula, siapa yang kira kalau ajakan pergi bersama Juan akan berakhir dengan pulang sendiri-sendiri seperti ini? Jadi Chloe tidak kepikiran untuk membawa jaket, sweter, atau semacamnya yang bisa menghalau kulit lengannya dari angin malam. Alhasil, sepanjang jalan menuju asrama, Chloe terus-terusan memeluk tubuhnya sendiri sembari kedua tangannya saling mengusap lengan satu sama lain.
Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di
Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di
"Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub
Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an
Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan
Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja
Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld
Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti
Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.