Tak beberapa lama Beni sampai di rumah, Iwan sedang makan di meja, di depannya tersedia seonggok nasi, sepiring sayur kangkung, semangkuk kecil sambal teri dan empat potong ayam goreng.Kree..ek!Suara pintu terbuka, Beni masuk sambil meletakkan kerupuk di depan Iwan.”Kenapa wajahmu?”Iwan membuka bungkus kerupuk tersebut lalu mengambil satu. Mulutnya terus mengunyah,” Kau baru bertemu siapa hah?”“Tidak ada, aku hanya bertemu seorang perempuan,” ungkap Beni.“Hah, perempuan!”Iwan melotot, “Angin apa yang membawamu pada perempuan itu?”“Entahlah, tapi aku bertemu dengan wanita yang tampak jelita barusan, ia juga pelanggan Nenek Sowah,” Beni mengeruk nasi.“Jika kau bertemu dengan wanita itu lagi, kau harus dekati dia!” Iwan menyuap nasi.Selang dua menit, terdengar bunyi bel. Beni membuka pintu, terlihat di depan Ogan dan Mauli tengah berdiri.”Hei, wah-wah kok bisa di sini?”“Ogan ingin melihat tempat praktek Iwan makanya aku ajak kemari,” ungkap Mauli. “Ya sudah, mari masuk!”“Ho ho
“Oh, sebaiknya kami pulang karena ada sesuatu yang harus kami kerjakan!”Ogan tiba-tiba angkat bicara dan menarik tangan Mauli, wanita menatap Ogan aneh. Awalnya ia tak perduli, kemudian ia menyenggol tubuhnya dengan dengkul. Tak berapa lama Mauli bangkit lalu meletakan buku di lemari.“Kenapa buru-buru sekali, lihat ayam gorengnya masih ada!”Iwan menunjuk tiga potong ayam goreng. “Ada ukiran yang harus aku selesaikan hari ini,” Ogan senyum. Mauli datang lalu menggandeng tangan Ogan.“Tapi aku bisa mengunyah sambil jalan!”Ogan menyambar satu potong lagi, mereka keluar sementara mulut Ogan terus mengunyah.”Kau memang menyebalkan!” Mauli menggerutu.“Memangnya aku salah, sebentar lagi gelap, apakah kau tidak ingin berdua denganku melihat kembang api malam?”Mendengar kalimat Ogan, Mauli menghentikan langkahnya. Dia diam sejenak kemudian tersenyum dan menatap wajah Ogan. Mauli mencubit manja Ogan sambil tampil bahagia. Mereka menuju taman utama di Miranda. Tempat pertunjukaan malam y
“Hai!”Katrin tersenyum lebar, ia tak menduga jika mereka bakal bertemu di jalan. Ogan mengurungkan niatnya untuk pulang. Justru ia menerima tawaran Katrin untuk makan bakso bersama. “Di dekat sini terdapat bakso paling enak di Miranda!”Ogan mengikuti langkah Katrin, Berjalan selama 17 menit akhirnya sampai di sebuah restoran besar yang khusus menjual berbagai bakso. Mereka masuk lalu duduk di meja nomor 21. Tak berapa lama seorang pelayan wanita muda muncul, ia membawa secarik kertas dan pulpen hitam. “Mbak aku pesan bakso beranak dua dan es teh manis dua!” Katrin memandang ke pelayan itu.Delapan menit kemudian, seorang pelayan berbeda muncul membawa dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh manis. Mereka menikmati pesanan mereka, Sementara dari arah jalan Beni tengah berjalan, ia tak sengaja melihat Ogan dan Katrin. Beni berhenti lalu mengamati mereka sebentar selang beberapa menit kemudian Iwan menelpon. Nada dering berbunyi, ponsel Beni bergetar, ia merogoh kantong lalu mengangka
Suatu hari, Saigon muncul di permukaan, Ia mencari tempat Katrin. Orang yang lama tinggal di dalam goa itu menjadi pusat perhatian warga Miranda. Orang gundul itu justru jadi sasaran preman setempat. Ia celingukan di pinggir jalan seperti orang gila. Datang seorang preman bertubuh besar, tubuh preman tersebut lebih besar dari Saigon. Preman itu menghadang Saigon, Saigon berusaha menghindar namun preman itu sengaja mencari masalah. Preman itu tidak tau jika orang di hadapannya tersebut bukan tandingannya. “Menyingkirlah dari hadapanku!” Saigon menatap tajam. Preman berpenampilan anak punk tersebut justru petantang-petenteng. Preman itu berani-beraninya memegang kepala plontos Saigon dan memberi pengumuman. “Dengar, orang ini bakal jadi korbanku berikutnya. Hahaha..!” Orang-orang di sekitar itu mengumpul menjadikan mereka tontonan. Preman itu lantas memukul wajah Saigon, bukannya berdarah Saigon justru memperlihatkan wajah seram. Preman itu kaget karena pukulan tersebut tidak berefe
Ogan membawa Katrin ke sebuah kafe. Mereka sedang menikmati minuman dingin berupa White Coffee. Katrin menatap seolah ia menyukai Ogan hingga prajurit itu merasa canggung. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?” “Bolehkah aku tanya sesuatu?” “Apa itu?” Ogan mengaduk minuman. “Apa benar kau adalah prajurit Sriwijaya yang tersisa. Yah, aku sempat bertemu dengan Beni ia mengungkapkan bahwa kau ada hubungannya dengan Sriwijaya. Aku pikir kau punya pinformasi tentang Trah Sriwijaya.” Ogan tersenyum sebentar seraya terus mengaduk. “ Sebenarnya kami berlima namun aku tidak tahu keberadaan teman-temanku. Aku, Yaraja, Nalanda, Cudamani dan Lagiri adalah garda depan Sriwijaya ketika masa kejayaan Sriwijaya. “Apakah kau mengetahui keturunan Sriwijaya yang tinggal di kota ini?” “Tidak sama sekali, Aku telah tidur selama 1.166 tahun. Aku tak ingat apa pun ketika bangun Sriwijaya juga telah runtuh hanya tinggal peninggalannya saja,” pungkas Ogan. “Kenapa kau tanya seperti itu?” “Tidak!” Katrin
Katrin hanya senyum puas melihat Mauli dan Ogan bertengkar. Dua karyawan Ogan kembali bekerja sementara Katrin tiba-tiba menghilang dari pandangan mereka.Ogan kembali dengan wajah cemas. Ia merogoh kantong lalu mengambil ponsel, terlihat nama Mauli berada di layar. Berulang kali Ogan melakukan panggilan suara tapi tidak mendapatkan respon. Mauli pulang dengan hati hancur, wanita itu berlinang air mata sepanjang jalan. Ia menepi lalu duduk di depan taman.Sementara Katrin telah tiba di rumah. Di sana telah ada Saigon berdiri dengan membawa kitab Walas, ia meminta agar membawa kitab tersebut. Sebab, buku kuno itu akan mendeteksi keberadaan Trah Sriwijaya tersebut dalam jarak dekat.“Bagaimana jika kitab itu salah?”“Tidak mungkin!”Saigon mendekati Katrin. Ia meyakinkan bahwa kitab itu adalah kompas untuk mencari sang pembuka simbol. Ambisi Saigon membuka simbol di dalam kitab tersebut amat besar hingga ia akan memiliki kekuatan yang luar biasa.Mentari telah menampakan wujud, ruang k
Ogan Menahan dengan tongkat, Terjadi aksi saling dorong dari keduanya. Saigon melepaskan pukulan ke dada. Ogan mundur beberapa langkah, ia menahan satu kaki ke belakang. Kemudian berlari dan melepaskan pukulan di kepala Saigon.Pukulan menenggelamkan setengah tubuh Saigon ke tanah. Pukulan kedua dilancarkan olrh Ogan hingga Saigon tenggelam menyisakan kepalanya. Sementara Mauli mendekati Katrin serta melontarkan kalimat kesal.“Dasar, selama ini ternyata kau hanya pengganggu.”Mauli menampar Katrin dengan keras, wajah wanita hinga berbalik ke kiri. Bukanya merasa sakit wanita itu justru senyum menantang. Katrin berbalik menampar pipi kanan lalu menendang Mauli hingga ia melayang ke belakang.Ogan balik badan lalu berlari menghampiri Mauli yang tengah terkapar. Namun ia justru dihadang oleh Katrin. Wanita itu melepaskan pukulan ke wajah, Ogan menghindar lalu menahan tangan katrin. Katrin berkelit lalu mencoba menendang lagi-lagi ia gagal justru kakinya ditarik Ogan hingga selangkanga
Belum lama Ogan meratapi nasib, Akuadron berputar-putar lalu melesat menjauhi Ogan. Mata Ogan tertuju pada tongkatnya. Kemudian ia menyusul tongkat itu. Di atas ketinggian 50 meter dari permukaan bumi, tongkatnya itu terbang menjauhi Miranda. Ogan berlari serta beberapa kali melambung tinggi untuk bisa mengekori Akuadron. Sementara di dalam goa Mauli dipaksa untuk membuka simbol di Walas. Saigon hanya menyuruh Mauli membaca mantra dan meletakkan telapak tangannya di simbol Walas. Mauli mengetahui jejak cerita kitab tersebut yang bisa membangkitkan energi besar dan dapat memberikan kekuatan besar namun sangat jahat. “Ternyata kau adalah masih memiliki darah dari raja-raja Sriwijaya, Mauli!” Saigon berusaha mempengaruhi pikiran Mauli, dari pandangan Saigon, Mauli adalah keturunan raja terakhir Sriwijaya. “Kau adalah keturunan ke-11 rupanya, sayangnya kau sendiri tak mengetahui karena kau hanya anak buangan, hahah!” Saigon melebarkan mulut. “Aku hanya memintamu membaca mantra itu lalu