Beranda / Romansa / Obsesi Tuan Hagen / BAB 122 I Perkelahian Yang Tidak Terhindarkan

Share

BAB 122 I Perkelahian Yang Tidak Terhindarkan

Penulis: Blezzia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-11 23:16:51

Jaxon hendak bangkit dari sofa, namun satu tangan Rey yang sejak tadi siaga menahan bahunya untuk kembali duduk di tempat semula. Reinforce Red Cage itu bahkan memberikan tatapan tajam yang meminta kepala organisasi itu untuk sabar menunggu. Tetapi, melihat gesture tubuh Jaxon yang gelisah dan bersiap untuk melintasi pintu, Rey pun menahan diri serta emosi.

Dia merasa sudah cukup bersabar menghadapi pria-pria ini, namun tampaknya mereka terlalu hanyut dengan situasi yang terjadi.

“Oh, ayolah, aku hanya ingin memeriksa ke sana sebentar,” ucap Jaxon, yang kesulitan melepaskan diri dari dua pria di setiap sisi sofa. Seolah-olah, dia tidak memiliki ruang untuk bergerak.

“Apa kau pikir kami percaya?” dengus Danny, sembari menatap Jaxon dengan mata menyipit tajam.

Gavin yang sejak tadi lebih menikmati minuman di meja bar pun ikut menyahuti.

“Danny benar, memangnya kami percaya begitu saja setelah kau mengancam akan membunuh

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 123 I Nikahi Gadis Itu

    Ruangan itu menjadi hening setelah Jaxon menarik diri ketika mendengar ucapan Hagen barusan. Pria itu bahkan menghempas paksa tangan teman-temannya yang masih berada di tubuh. Dia berputar, dan berjalan mendekati meja bar, lalu kedua lengannya pun berada di atas meja dengan posisi kepala menunduk ke bawah.Hagen yang terlepas dari beban tubuh Jaxon akhirnya bisa bernapas lega kembali.Dia mendengus dan perlahan-lahan duduk di sofa sembari menahan ringisan pada luka di sekujur tubuh dan wajah. Tampak Frank yang membantunya untuk bangkit dari posisi berbaring.Keheningan panjang itu hanya diisi oleh suara-suara napas para pria di sana. Jelas sekali bahwa mereka sedikit kehabisan tenaga setelah pergumulan dua pria barusan. Setelah terdiam lama, akhirnya Jaxon pun menegakkan tubuh kembali, lalu dia menoleh ke arah Hagen yang diam-diam mengawasi.“Kapan kau mengetahui identitas Camellia yang sebenarnya?”Pertanyaan yang terlontar menarik sem

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 124 I Sebelumnya

    Beberapa Waktu Yang Lalu…Hagen membungkus tubuh telanjang Camellia dengan selimut. Pria itu mengecup lembut keningnya diikuti bisikan pelan di dekat telinga.“Kembalilah ke kamar, aku akan menyusulmu ke sana.” Dengan satu tangan mengelus halus kedua pipi, Hagen terus memeta wajah Camellia yang masih memerah akibat kegiatan mereka sebelumnya.Dia tersenyum simpul, sebelum akhirnya mengecup pipi dan sudut bibir Camellia yang basah dan merekah. Perlahan-lahan jemarinya mengusap dahi gadis itu yang mulai berpeluh.“Aku tahu kita tidak bisa melakukannya dalam waktu lebih lama. Kedatangan pria-pria itu memang sangat mengganggu,” sungutnya, sembari membelai pelan rambut Camellia yang terurai. “Jika mereka tidak masuk ke dalam, aku sendiri yang akan menggendongmu ke ranjang.”Tanpa memedulikan wajah memerah gadis itu yang bersemu. Ketika kepala Camellia hendak menunduk, Hagen pun mengangkat dagunya perlahan, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 125 I Tidak Terjadi Sesuatu

    Hagen bergegas mendekati pintu saat mendengar suara feminim Camellia. Dia membuka sedikit, dan hanya menyisakan segaris celah untuk menutupi pandangan gadis itu ke dalam ruangan yang telah dipenuhi oleh kekacauan.Mendapati wajah polos Camellia, seketika saja Hagen keluar dari sana. Dia mengisyaratkan agar pria-pria di dalam diam dan tidak membuat keributan selama ada gadis itu di sekitar.“Hai Princess,” sapanya lembut sembari mengecup pucuk kepala Camellia, sebelum akhirnya dia membawa gadis itu menjauh dari pintu, membuat jarak dari telinga-telinga yang mencoba mencuri dengar.Melihat kaki telanjangnya, Hagen pun mengerutkan dahi tetapi dia juga merasa sedikit lega, karena dia melakukan hal tepat dengan menjauhkan gadis itu dari lantai yang dipenuhi pecahan kaca.“Apa semua baik-baik saja?” tanya Camellia sekali lagi, yang membuat Hagen meresponnya dengan senyuman.“Ya, tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” u

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 126 I Ledekan Menjengkelkan

    Tatapan Hagen berubah datar saat dia melihat siluet seorang pria di dekat pagar rumah Camellia melalui rekaman CCTV dari beberapa menit yang lalu, dan tidak lama setelah kepergian pria itu muncul api kecil dari arah kursi teras.Rasa marah seketika membuat Hagen mengangkat pesawat telepon, dia tidak mengira seseorang dapat berbuat nekat hanya untuk menarik perhatian.“Bagaimana?” tanyanya, sembari terus menatap ke arah layar CCTV yang memperlihatkan keadaan rumah Camellia saat ini.Tampak beberapa orang-orangnya yang berpencar untuk memdamkan api di sekitar.“Kami tidak berhasil mengejarnya,” ucap bawahan Hagen, yang membuat pria itu semakin marah hingga memukul permukaan meja.“Lakukan sesuatu! Kita sudah terlalu lama membiarkan dia lolos berkali-kali,” geramnya, dan tanpa sadar menyugar rambut dengan gerakan kasar. “Apa kalian ingin melihat seseorang mati lebih dahulu sebelum benar-benar menangkap bajinga

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 127 I Blake, Aku Merasa Mual

    Pagi itu, Camellia terbangun dikarenakan suara sayup-sayup percakapan Hagen bersama seseorang pada sambungan telepon. Gadis itu mengangkat kepala dan menoleh sejenak ke arah punggung pria itu yang menghadap padanya. Cukup lama dia terdiam, dan mencoba untuk mencuri dengar.“Berapa kali harus kukatakan padamu untuk memantau wanita itu! Meskipun aku mampu mengendalikan media, tetapi tetap saja tidak semua hal yang berada di internet dapat dikontrol, Tian!”Suara pria itu yang meninggi. Namun, juga terdengar sedikit pelan, membuat Camellia semakin menatap penasaran.Sejenak, Hagen terdiam mendengar jawaban dari seberang, tetapi lagi-lagi suara maskulinnya meledak penuh kemarahan.“Lakukan sesuatu! Apa kau ingin aku memburumu dan bertindak dengan caraku?” geramnya, dengan nada penuh kekesalan.Tanpa menunggu balasan dari seberang, Hagen pun memutus sambungan secara sepihak.Tampak kedua bahunya naik turun, seakan-akan men

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 128 I Kejutan Tidak Terduga

    Perlahan-lahan Hagen pun tersadar dari keterkejutan sesaat setelah Camellia berlari. Dia segera bangkit dari posisi duduk di sisi ranjang, lalu menoleh pelan ke arah toilet di mana gadis itu terdengar memuntahkan isi perutnya.Tanpa menunggu lebih lama, Hagen mendekati tubuh feminim yang membungkuk di depan dudukan toilet. Dia ikut berjongkok dan memberikan kenyamanan pada Camellia yang tidak henti-hentinya memuntahkan udara.Tangan Hagen memegangi leher dan punggung gadis itu, kemudian memijitnya dengan gerakan pelan penuh kehati-hatian. Terlihat kecemasan bergelayut di wajah rupawan itu.“Sebaiknya kau berbaring saja di kamar. Aku akan mencoba menghubungi Timothy,” ucapnya, sembari memegangi rambut Camellia yang terurai. “Selama beberapa malam tidurmu terganggu karenaku.”Meskipun tidak ada nada penyesalan terdengar di balik suara maskulinnya, tetapi Hagen sadar bahwa dia sudah membuat Camellia kelelahan akhir-akhir ini. Dia bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 129 I Calon Papa

    Hagen menatap buntelan putih yang berada dalam pelukan salah satu pelayan di Purple Stone. Cukup lama dia terdiam, dengan mata tidak lepas menatap bayi berusia enam bulan dalam gendongan. Suara tangisnya yang memekakkan perlahan-lahan hilang seiring buaian serta senandung yang pelayan wanita itu lakukan.Lamunan Hagen seketika buyar saat Baron berdeham dan memanggil namanya dari seberang ruangan. Sembari menutup mata, Hagen pun memijit pelipis dan pangkal hidung yang terasa berdenyut, menyakitkan kepala.“Apa kau sudah membaca surat yang ditinggalkan?” tanyanya, membuat Baron menggeleng saat memberi jawaban.“Tidak, Sir.” Butler Keluarga Hagen itu pun mengeluarkan amplop putih dari saku baju, dan dengan sedikit ragu dia menyerahkannya pada si pemilik rumah yang memasang wajah tidak ramah.Jelas sekali, kehadiran bayi di antara mereka membuat suasana canggung dan sedikit tegang.Setelah menarik napas dalam-dalam, Hagen pun me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 130 I Anak Siapa Itu?

    Tatapan Timothy jatuh pada bayi yang tertidur pulas di atas ranjang. Dengan alis bertaut dan mata mengawasi, dia terlihat kehilangan kata-kata. Bahkan, keheningan yang tercipta di dalam ruangan membuat si pemilik rumah merasa gerah, sehingga keberadaannya di balik bar minuman adalah suatu kewajaran.Beberapa kali Timothy membuka mulut. Namun, sebanyak itu pula dia mengatupnya kembali. Terlihat jelas, dokter muda itu kehilangan kemampuan untuk berbicara, sehingga yang dilakukannya hanya menoleh pada Hagen dan melemparinya dengan tatapan tajam penuh pertanyaan.Melihat kebingungan dari balik manik mata Timothy yang polos, rasanya Hagen ingin segera pergi. Tetapi, sayang sekali, dia tidak dapat melakukannya. Terutama ketika mengingat jika terjadi kesalahpahaman yang akan membuat bokongnya menjadi sasaran kemarahan Jaxon nantinya.Setelah puas menengguk satu gelas penuh cognac, Hagen mulai menegakkan tubuh dari meja tempatnya bertumpu.“Tanyakan,”

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-19

Bab terbaru

  • Obsesi Tuan Hagen   TAMAT

    Camellia baru saja terbangun, dan dirinya menatap puas dengan pandangan berbinar pada pria yang masih terlelap di samping tempatnya berbaring. Dengan ujung jemari yang menari-nari di atas kulit telanjang pada punggung pria itu, Camellia mencoba menahan diri agar tidak tertawa, terutama ketika Hagen menggumamkan sesuatu di dalam tidurnya. Tahu bahwa dia hanya akan membangunkan singa yang lapar, Camellia memilih untuk segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa waktu kemudian, Hagen tampak masih tertidur dengan posisinya semula, sehingga Camellia membiarkannya dan terus melangkah ke arah balkon. Gadis itu tampak menikmati semilir angin pagi yang menyuguhkan pemandangan hutan beton di hadapan. Sembari menyeduh susu cokelat hangat, tatapan Camellia tertuju pada arakan langit cerah yang memenuhi kota New York. Dia hendak menyesap minumnya kembali, saat tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk dari arah belakang. “Morning, Princess,” sapa Hagen, s

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 4

    Saat Ini, di Luna Star Hotel. Honeymoon On New York.Di salah satu kamar Luna Star Hotel, ditemani cahaya remang-remang. Aroma kopi yang maskulin dan wangi mawar yang berpadu. Camellia menatap punggung lebar dan kokoh yang membelakanginya dengan desah napas yang teratur.Otot-otot liat itu menggoda mata Camellia untuk tidak berpaling sedikit pun. Namun, bukan itu yang membuat Camellia masih terjaga kendati jam dinding mewah yang tergantung di depan pintu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.Matanya belum perpaling ketika punggung kokoh serupa Dewa Yunani itu berbalik dengan sepasang mata yang menghunjam Camellia. Warna hitam obsidian yang bersinar itu menatap langsung ke arah bola mata Camellia.Dia tidak mampu mengontrol detak jantungnya yang berdesir cepat ketika Hagen memamerkan senyum tipis yang menghiasi wajah rupawannya tersebut.“Mengapa kau belum juga tidur?” Suara parau yang berat dan dalam itu seolah menyedot semua akal sehat Camellia.Camellia tidak mampu menjawab. Tubuhnya

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 3

    Camellia tidak tahu harus melakukan apa dalam situasinya saat ini, sehingga dia hanya mendengarkan suara hangat pria itu yang kini menggelitik telinganya.“Cukup anggukan kepalamu jika kau setuju.”Mendengar instruksinya, Camellia pun mengangguk cepat.Jelas sekali bahwa gadis itu tengah ketakutan.Menyadari hal itu, pria yang kini membekapnya pun tampak berusaha menenangkan.“Sssttt … aku tidak berniat melukaimu. Yang aku butuhkan hanya bantuan.”Seketika, Camellia pun menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan mata untuk menenangkan diri. Ketika dia dapat mengontrol rasa takut yang sempat menguasai, gadis itu mengangguk samar dan pelan. Tetapi, tetap saja pria bersuara maskulin yang menenangkan di balik punggungnya tidak melepaskan bekapan tangan dari mulutnya.“Seseorang tengah mengincar keberadaanku, dan jika kau bisa menyembunyikanku sampai supirku tiba, maka aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu di masa mendatang.”Mendengar penjelasannya, tanpa Camellia sadari, manik

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 2

    Beberapa Minggu setelah pertemuan dengan Jeff, Camellia tampak lebih berhati-hati dengan sekitar.Sesekali gadis itu merasakan seseorang tengah mengikutinya, dan hal itu semakin membuat Camellia merasa tidak aman jika jalan sendirian, walaupun hanya sekedar melakukannya di lingkungan sekolah yang ramai oleh lalu-lalang siswa lainnya.Camellia lebih memilih untuk mengajak Bella agar dapat menemaninya kemanapun dia pergi. Hal ini tentu saja membuat gadis enam belas tahun itu bertanya-tanya akan perubahan sikapnya.“Ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat seperti orang yang ingin menyembunyikan diri, Lia?”Mendengar itu, kepala Camellia pun menggeleng samar.Akhir-akhir ini dia lebih banyak diam, terutama setelah acara pentas seni, dimana sang ayah tidak menghadiri undangan yang telah Camellia berikan pada butler keluarganya.Dia tidak tahu dimana letak kesalahannya. Padahal kehadiran ayahnya sangat Camellia tunggu waktu itu.Dan, sepulang dari acara pentas seni, dia pun menanyakan alasan

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 1

    Lancester, Tiga Setengah Tahun yang lalu.Camellia baru saja pulang dari sekolah, saat tiba-tiba salah satu butler menyambutnya dengan wajah sedikit masam. Jelas sekali, terjadi sesuatu sehingga membuat seisi rumah menjadi sangat tidak bersahabat dan bersitegang.Mendapati keadaan itu, Camellia pun melirik kembali pada jajaran mobil mewah yang terparkir di halaman.Biasanya, sang ayah; Edgar Duncan, selalu mengundang beberapa orang paling berpengaruh di Lancester dan Denver untuk mengadakan rapat bulanan yang selalu diadakan di rumah mereka.Pemandangan mobil mewah memenuhi parkiran bukanlah hal yang asing baginya. Namun, gadis muda itu tampak khawatir, karena setiap kali pertemuan itu dilaksanakan, pasti ada saja sesuatu yang janggal terjadi.Misalnya beberapa bulan lalu, salah satu anggota parlemen di Lancester menghilang secara misterius, dan keluarga dari parlemen tersebut tidak lagi terdengar kabarnya seminggu kemudian. Dan, Camellia tahu penyebabnya, tidak lain adalah rahasia di

  • Obsesi Tuan Hagen   Epilog

    Tidak ada yang lebih bahagia dari pasangan Hagen dan Camellia, yang kini berdansa di tengah-tengah ballroom yang dipenuhi oleh orang-orang terdekat mereka. Tidak hanya itu, beberapa orang berpengaruh di Lancester dan juga Denver tampak berkumpul di bawah atap yang sama, menari, berbicara dan tertawa dengan siapa saja yang mereka temui di Kastil Petunia.Camellia yang tampak sangat cantik dengan gaun satin berwarna putih, memahat sempurna pada lekuk tubuh feminimnya, hingga mampu membuat mata Hagen berbinar hanya dengan menatapnya.Pria itu bahkan tidak bisa menjauhkan tangannya dari pinggang ataupun jemari lentik gadis itu.Jelas sekali, keduanya hanyut dalam dansa dengan melody lambat di bawah lampu kristal yang menghiasi langit-langit ballroom.Sementara itu, tidak jauh dari keduanya, Erlinda dan Cintya yang juga berdandan cantik dengan gaun berwarna pastel senada, tampak mengagumi pasangan berdansa yang berada di tengah-tengah ruangan.“Ahhhh … aku benar-benar menginginkan pernikah

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 169 I Dia Tidak Akan Tahu

    Petunia tidak seperti hari-hari biasa. Kini, kastil megah itu dihiasi oleh berbagai rangkaian bunga yang menghiasi setiap dinding, meja, dan sudut-sudut ruangan. Bahkan, dengan sangat spesifik, Hagen memesan beberapa jenis bunga atas saran dari Jaxon Bradwood.Tentu saja hal itu dikarenakan mereka menghindari insiden di masa lalu, dimana pernikahan Jaxon berakhir bencana akibat Mia alergi bunga Snow on Mountain. Dengan sangat hati-hati, orang-orang yang bekerja di Kastil Petunia pun memilah dan mengawasi setiap bunga yang datang sebelum menyebarkannya di beberapa tempat.Frank bahkan tampak lebih sibuk dari biasanya.Kini, stelan hitam pria itu dilengkapi alat komunikasi yang terpasang di telinga.Dan dengan mata elangnya yang mengawasi jalannya persiapan, Frank memberi sedikit instruksi di sana sini pada penjaga kastil yang berkeliling dari satu ruang ke ruang lainnya.Sementara itu, Erlinda tampak sibuk menyiapkan beberapa kamar untuk setiap tamu yang akan menginap. Begitu pula deng

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 168 I Aku Mencintaimu, Camellia

    Hagen menemani Camellia saat mengunjungi Edgar Duncan di rumah sakit. Dengan perasaan yang berat, Hagen menyadari bahwa pria tua di hadapannya benar-benar tidak memiliki harapan untuk umur panjang, membuat pandangannya jatuh pada Camellia yang tampak setia menunggu sang ayah yang terbaring layaknya tubuh tanpa nyawa dengan bantuan penunjang kehidupan di atas tempat tidur.Tanpa sedikit pun mengganggu gadis itu, Hagen bergegas keluar dari ruangan dan memilih duduk di salah satu rangkaian kursi tunggu, yang berada tepat di depan ruang perawatan Edgar Duncan.Sesekali Hagen menarik napas sembari menengadah pada langit-langit lorong rumah sakit.Saat itulah dia menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menyembunyikan keberadaan bayi mungil yang kini diberikan pada Danny Johanson.Cepat atau lambat, Camellia harus mengetahui keberadaan bayi itu. Meskipun keduanya tidak berhubungan darah, tetapi Talia Duncan tetaplah adik bagi Camellia. Dan, tidak mungkin dia akan diam saja saat mengetahui sem

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 167 I Pergulatan Di Ranjang

    “Kau sudah membawa semuanya?” tanya Hagen pada Frank begitu dirinya tiba di Petunia.Setelah meninggalkan Denver, Hagen memutuskan untuk meminta bawahannya agar mengantarkan Camellia kembali ke rumah. Dan mereka pun tiba dalam waktu terpisah.“Aye, Boss,” jawab Frank diikuti anggukan. “Nyonya ada di dalam kamar. Beristirahat,” ujar Frank, yang segera merubah panggilannya pada Camellia.Dalam waktu sangat singkat, kabar pernikahan keduanya pun menghebohkan para pelayan di Kastil Petunia. Bahkan, tidak sedikit yang merayakan bergabungnya nyonya baru di sana. Setidaknya, Hagen telah memilih wanita yang tepat, dan bukannya wanita seperti Irene yang pasti akan menyiksa para pelayan.“Aku meminta Jaxon untuk mengurus Alfred,” ucap Hagen secara tiba-tiba, yang tentu saja membuat Frank mengerti akan maksudnya.Kepala keamanan Petunia itu tampak mengangguk paham dan setelahnya berdeham pelan.“Aku akan datang ke kediaman Ryder untuk memberikan kabar.”Mendengar ucapan bawahannya itu, Hagen tid

DMCA.com Protection Status