Home / Romansa / Obsesi Tuan Hagen / BAB 106 I Kita Bisa Bekerjasama

Share

BAB 106 I Kita Bisa Bekerjasama

Author: Blezzia
last update Last Updated: 2022-02-26 14:26:30

Hestia, si kepala pelayan Keluarga Hagen itu tampak sedang duduk di salah satu bangku pada sebuah kafe yang berada di dekat pusat kota Lancester. Wanita paruh baya tersebut terlihat sedang menunggu seseorang.

Postur tubuhnya tampak gelisah, bahkan matanya seakan melirik ke segala arah, seolah-olah tengah mencari-cari satu sosok di antara ramainya pengunjung dan pejalan kaki di luar sana. Dan begitu pintu kaca pada kafe itu terbuka, kepala Hestia pun menoleh ke arahnya, namun dia sedikit kecewa karena yang masuk ke dalam kafe tersebut bukanlah orang yang sedang dia tunggu.

Dalam keadaan cemas, Hestia pun mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang seketika itu juga.

Pada dering ke tiga, ponsel tersebut berbunyi dan tidak lama setelahnya terdengar suara seorang wanita dari seberang panggilan.

“Ada apa Bibi?” tanya Irene dengan suara serak.

Gadis itu seakan baru saja bangun, dan tentu saja Hestia tidak begitu suka mengetahui kenyataan it

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kenshin Skyler
hagen sepertinya dia di keroyok bnyk org" deket yg mau ngancurin dia krn dia hartanya bnyk kira" frank bs jagain dia g ya ???? semangat black camelia dah ada sm kamu kan ???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 107 I Athena dan Pria Misteriusnya

    “Sebuah laporan baru saja tiba,” ucap Frank yang berjalan di belakang Hagen.Kedua pria itu memasuki lobby Blake Tower yang seketika membuat langkah-langkah para pekerja di sana berhenti sejenak untuk menyambut kedatangannya. Pria hanya mengangguk beberapa kali pada mereka yang memanggil ‘sir’ ketika berpapasan jalan.“Berikan padaku,” ucap Hagen, berhenti di depan lift executive sembari memeriksa jam yang melingkar di lengan.Karena itu bukanlah laporan yang memiliki bukti tertulis, maka Frank pun memajukan diri sembari membisikkan sesuatu, yang seketika mengetatkan rahang Hagen begitu mendengarnya.Dia menoleh sejenak ke arah tangan kanannya itu dengan sebelah alis naik mendekati dahi, menandakan bahwa dia menginginkan penjelasan lebih.“Mereka bertemu di star kafe,” ucap Frank, memberitahu lokasi pertemuan antara Alfred dan Hestia. “Kami tidak bisa memastikan apa yang sedang mereka bicarakan,

    Last Updated : 2022-02-27
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 108 I Hasilnya Negatif

    Setelah pekerjaannya selesai, Hagen pun menaruh beberapa dokumen ke sudut meja. Dia pun duduk sejenak sembari menarik napas, sebelum akhirnya mengambil salah satu bingkai foto Camellia dari salah satu laci.Cukup lama dia memandangi photograph gadis itu, namun beberapa saat kemudian Hagen pun menaruhnya ke tempat semula. Dia hendak melanjutkan beberapa pekerjaan saat tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu yang membuat pria itu berhenti sejenak.“Masuklah,” ucapnya, mengetahui siapa yang berada di luar sana.Frank pun memasuki ruangan dengan wajah masam dan pandangan lelah.Mendapati bawahannya memasang ekspresi masam, seketika saja Hagen memberi tatapan bertanya, yang langsung Frank jawab dengan nada kesal.“Pria itu masih di Denver.”Sebelah alis Hagen pun mendekati dahi, dan pria itu mengangguk samar sembari terus melanjutkan pekerjaan yang tadi tertunda.Melihat sikap acuh tak acuh atasannya, Frank me

    Last Updated : 2022-02-27
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 109 I Twisted

    “Kenapa aku tidak dibolehkan untuk masuk? Apa kau tidak tahu siapa aku?” jerit Irene dengan wajah memerah marah.Gadis itu bahkan telah menampar satu penjaga, namun tidak ada yang berani mengusir secara terang-terangan. Yang pria-pria itu lakukan hanyalah melihat serta meminta Irene untuk pergi secara baik-baik.“Biarkan aku masuk ke dalam! Kalian tidak berhak memperlakukan seperti ini!”Beberapa kali gadis itu mencoba melukai para penjaga yang tampak berat hati untuk mengusir secara paksa.Sementara itu, Erlinda yang sejak tadi mengawasi keributan di depan gerbang melalui CCTV yang terpasang di ruang keamanan hanya bisa diam memperhatikan. Dia mencoba menghubungi Frank yang seketika menjawab panggilan.“Ada apa?”“Gadis itu datang lagi,” ujarnya, memberi pengaduan disaat mata terus memperhatikan pertengkaran antara Irene dengan seorang petugas keamanan yang baru. “Dia bahkan sudah menamp

    Last Updated : 2022-02-27
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 110 I Perjalanan Pulang

    Athena baru saja membereskan meja kerjanya. Dan dia sudah bersiap-siap hendak beranjak pergi untuk pulang ke rumah, namun tiba-tiba saja sebuah panggilan dari ruang kerja Hagen menghentikan dirinya seketika. Disela-sela perasaan gugup yang ditutupi dengan rasa percaya diri, Athen pun berjalan mendekati ruangan kerja atasannya tersebut.Wanita itu mengetuk pintu sebanyak dua kali, sebelum akhirnya terdengar suara maskulin yang mempersilahkan masuk dari dalam.Awalnya Athena memilih untuk mengintip sedikit dengan memasukkan kepala lebih dahulu, namun setelah Hagen menyuruhya menutup pintu, wanita itu pun masuk ke dalam dengan langkah perlahan-lahan dan penuh kehati-hatian.Jelas sekali bahwa dia sengaja mengulur waktu, hal yang tentunya sudah Hagen ketahui.Pria itu pun menunjuk kursi yang ada di hadapannya menggunakan isyarat anggukan dagu.“Duduklah, ada hal yang ingin kudiskusikan denganmu,” jelas Hagen, yang semakin membuat sekr

    Last Updated : 2022-02-28
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 111 I Suasana Tenang dan Damai

    Tanpa menyusul Camellia, Hagen malah berjalan menuju ruangan di mana meja bar berada. Dia duduk sebentar di salah satu sofa sembari menikmati cairan keemasan yang baru saja dituang di atas gelas kristal. Matanya tampak fokus memandang ke luar jendela, dengan guyuran hujan di luar sana.Dia tidak mengira akan turun hujan secara tiba-tiba, sehingga Hagen tidak sempat memberikan perintah baru untuk para penjaga di luar gerbang.Setelah beberapa waktu menikmati cairan penghangat tubuh itu, akhirnya Hagen pun mengeluarkan ponsel dan mencoba untuk menghubungi seseorang.“Halo,” jawab suara di seberang dengan nada terdengar kesal. “Ada apa lagi kali ini?”Seketika Hagen pun memeriksa layar ponselnya, memastikan bahwa dia tidak menghubungi orang yang salah. Setahunya hanya ada satu pria yang akan menjawabnya dengan sambutan tidak ramah, yaitu Timothy, tetapi melihat nama yang tertera di ponselnya adalah Connor Black, Hagen pun sempat berta

    Last Updated : 2022-02-28
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 112 I Pembicaraan Para Pria Red Cage

    Brandon Brown menatap Jaxon yang menahannya untuk tidak pergi ke Lancester, hal itu membuat dia terdiam sembari berpikir cukup lama.Dan mendengar suara tangis Athena yang memohon-mohon agar dia segera menyelesaikan urusan dengan Hagen semakin membuat pria itu pun terpukul.Belum lagi karena kejadian ini Brandon harus memikirkan ulang rencana ke depan.“Aku tidak bisa membiarkan gadis itu menghadapi Hagen sendiri,” gumamnya, sembari memandang wajah-wajah dari para anggota Red Cage yang sedang berkumpul di sekitar. “Dia bahkan dengan berani memberikan uang buka mulut.”Ekspresi yang Brandon tunjukkan lebih seperti rasa kesal. Dia sadar bahwa sahabatnya itu pastilah di ambang rasa putus asa untuk menariknya ke Lancester, karena Blake Hagen tidak dapat melakukan apa-apa bila Brandon berada di Denver. Daerah ini bukanlah teritorialnya, sehingga menyakiti salah satu anggota Red Cage dapat mengakibatkan perang terbuka bagi keduanya.

    Last Updated : 2022-02-28
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 113 I Kotak-Kotak Paket

    Sebuah panggilan dari sekretaris pribadinya membuat Hagen pun menghentikan pekerjaan sejenak. Dia mendengarkan dengan seksama apa yang baru saja Athena sampaikan.“Sir, Mrs. Duncan ingin bertemu.”“Siapa? Ulangi lagi?” tanya Hagen, berpikir bahwa mungkin saja dia salah mendengar. Tetapi saat Athena mengulang satu nama, dia yakin mungkin sekretarisnya itulah yang salah paham.“Dia tidak dipanggil dengan Mrs. Duncan, tetapi sudah berganti menjadi Mrs. Winston,” kata Hagen, meluruskan. “Tapi, bagaimana kau bisa mengetahui bahwa dia Mrs. Duncan?”Untuk sesaat Athena tampak gelagapan. Jelas sekali bahwa dia tidak siap dengan pertanyaan barusan.Hal itu Hagen tanyakan, karena tidak mungkin Amanda mengatakan bahwa dirinya adalah Amanda Duncan disaat-saat wanita itu bersikeras telah mengganti nama.“Ah, itu … beliau mengatakan bahwa dirinya adalah Ibu dari Miss Camellia Duncan.”

    Last Updated : 2022-02-28
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 114 I Barter

    Malam itu Hagen memutuskan untuk turun beranjak dari ranjang. Dia menyelimuti Camellia hingga menutupi bahu telanjangnya. Cukup lama pria itu mengamati wajah terlelapnya yang nyaris tenggelam di atas bantal. Namun, sesuatu pun membawa pria itu untuk turun ke lantai bawah.Dia mendatangi Frank yang kebetulan duduk di dalam ruang pertemuan. Dengan secangkir kopi dan cerutu, keduanya menikmati keheningan malam.Jam dinding masih menunjukkan pukul delapan, tetapi Kastil Petunia seakan telah mati suri tanpa suara-suara pelayan yang mengisi. Mungkin saja karena Hagen sudah membebas tugaskan mereka sejak tadi, sehingga sebagian memilih ke kamar masing-masing untuk beristirahat.Dalam suasana tenang, dia menyeruput kopinya sembari menopang kaki pada sandaran di bawah meja.Dan setelah keheningan itu berlalu, Hagen pun mulai bersuara.“Amanda akan segera menikah.”Sengaja Hagen tidak mengatakan hal itu dalam perjalan menuju ke Petunia, ka

    Last Updated : 2022-02-28

Latest chapter

  • Obsesi Tuan Hagen   TAMAT

    Camellia baru saja terbangun, dan dirinya menatap puas dengan pandangan berbinar pada pria yang masih terlelap di samping tempatnya berbaring. Dengan ujung jemari yang menari-nari di atas kulit telanjang pada punggung pria itu, Camellia mencoba menahan diri agar tidak tertawa, terutama ketika Hagen menggumamkan sesuatu di dalam tidurnya. Tahu bahwa dia hanya akan membangunkan singa yang lapar, Camellia memilih untuk segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa waktu kemudian, Hagen tampak masih tertidur dengan posisinya semula, sehingga Camellia membiarkannya dan terus melangkah ke arah balkon. Gadis itu tampak menikmati semilir angin pagi yang menyuguhkan pemandangan hutan beton di hadapan. Sembari menyeduh susu cokelat hangat, tatapan Camellia tertuju pada arakan langit cerah yang memenuhi kota New York. Dia hendak menyesap minumnya kembali, saat tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk dari arah belakang. “Morning, Princess,” sapa Hagen, s

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 4

    Saat Ini, di Luna Star Hotel. Honeymoon On New York.Di salah satu kamar Luna Star Hotel, ditemani cahaya remang-remang. Aroma kopi yang maskulin dan wangi mawar yang berpadu. Camellia menatap punggung lebar dan kokoh yang membelakanginya dengan desah napas yang teratur.Otot-otot liat itu menggoda mata Camellia untuk tidak berpaling sedikit pun. Namun, bukan itu yang membuat Camellia masih terjaga kendati jam dinding mewah yang tergantung di depan pintu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.Matanya belum perpaling ketika punggung kokoh serupa Dewa Yunani itu berbalik dengan sepasang mata yang menghunjam Camellia. Warna hitam obsidian yang bersinar itu menatap langsung ke arah bola mata Camellia.Dia tidak mampu mengontrol detak jantungnya yang berdesir cepat ketika Hagen memamerkan senyum tipis yang menghiasi wajah rupawannya tersebut.“Mengapa kau belum juga tidur?” Suara parau yang berat dan dalam itu seolah menyedot semua akal sehat Camellia.Camellia tidak mampu menjawab. Tubuhnya

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 3

    Camellia tidak tahu harus melakukan apa dalam situasinya saat ini, sehingga dia hanya mendengarkan suara hangat pria itu yang kini menggelitik telinganya.“Cukup anggukan kepalamu jika kau setuju.”Mendengar instruksinya, Camellia pun mengangguk cepat.Jelas sekali bahwa gadis itu tengah ketakutan.Menyadari hal itu, pria yang kini membekapnya pun tampak berusaha menenangkan.“Sssttt … aku tidak berniat melukaimu. Yang aku butuhkan hanya bantuan.”Seketika, Camellia pun menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan mata untuk menenangkan diri. Ketika dia dapat mengontrol rasa takut yang sempat menguasai, gadis itu mengangguk samar dan pelan. Tetapi, tetap saja pria bersuara maskulin yang menenangkan di balik punggungnya tidak melepaskan bekapan tangan dari mulutnya.“Seseorang tengah mengincar keberadaanku, dan jika kau bisa menyembunyikanku sampai supirku tiba, maka aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu di masa mendatang.”Mendengar penjelasannya, tanpa Camellia sadari, manik

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 2

    Beberapa Minggu setelah pertemuan dengan Jeff, Camellia tampak lebih berhati-hati dengan sekitar.Sesekali gadis itu merasakan seseorang tengah mengikutinya, dan hal itu semakin membuat Camellia merasa tidak aman jika jalan sendirian, walaupun hanya sekedar melakukannya di lingkungan sekolah yang ramai oleh lalu-lalang siswa lainnya.Camellia lebih memilih untuk mengajak Bella agar dapat menemaninya kemanapun dia pergi. Hal ini tentu saja membuat gadis enam belas tahun itu bertanya-tanya akan perubahan sikapnya.“Ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat seperti orang yang ingin menyembunyikan diri, Lia?”Mendengar itu, kepala Camellia pun menggeleng samar.Akhir-akhir ini dia lebih banyak diam, terutama setelah acara pentas seni, dimana sang ayah tidak menghadiri undangan yang telah Camellia berikan pada butler keluarganya.Dia tidak tahu dimana letak kesalahannya. Padahal kehadiran ayahnya sangat Camellia tunggu waktu itu.Dan, sepulang dari acara pentas seni, dia pun menanyakan alasan

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 1

    Lancester, Tiga Setengah Tahun yang lalu.Camellia baru saja pulang dari sekolah, saat tiba-tiba salah satu butler menyambutnya dengan wajah sedikit masam. Jelas sekali, terjadi sesuatu sehingga membuat seisi rumah menjadi sangat tidak bersahabat dan bersitegang.Mendapati keadaan itu, Camellia pun melirik kembali pada jajaran mobil mewah yang terparkir di halaman.Biasanya, sang ayah; Edgar Duncan, selalu mengundang beberapa orang paling berpengaruh di Lancester dan Denver untuk mengadakan rapat bulanan yang selalu diadakan di rumah mereka.Pemandangan mobil mewah memenuhi parkiran bukanlah hal yang asing baginya. Namun, gadis muda itu tampak khawatir, karena setiap kali pertemuan itu dilaksanakan, pasti ada saja sesuatu yang janggal terjadi.Misalnya beberapa bulan lalu, salah satu anggota parlemen di Lancester menghilang secara misterius, dan keluarga dari parlemen tersebut tidak lagi terdengar kabarnya seminggu kemudian. Dan, Camellia tahu penyebabnya, tidak lain adalah rahasia di

  • Obsesi Tuan Hagen   Epilog

    Tidak ada yang lebih bahagia dari pasangan Hagen dan Camellia, yang kini berdansa di tengah-tengah ballroom yang dipenuhi oleh orang-orang terdekat mereka. Tidak hanya itu, beberapa orang berpengaruh di Lancester dan juga Denver tampak berkumpul di bawah atap yang sama, menari, berbicara dan tertawa dengan siapa saja yang mereka temui di Kastil Petunia.Camellia yang tampak sangat cantik dengan gaun satin berwarna putih, memahat sempurna pada lekuk tubuh feminimnya, hingga mampu membuat mata Hagen berbinar hanya dengan menatapnya.Pria itu bahkan tidak bisa menjauhkan tangannya dari pinggang ataupun jemari lentik gadis itu.Jelas sekali, keduanya hanyut dalam dansa dengan melody lambat di bawah lampu kristal yang menghiasi langit-langit ballroom.Sementara itu, tidak jauh dari keduanya, Erlinda dan Cintya yang juga berdandan cantik dengan gaun berwarna pastel senada, tampak mengagumi pasangan berdansa yang berada di tengah-tengah ruangan.“Ahhhh … aku benar-benar menginginkan pernikah

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 169 I Dia Tidak Akan Tahu

    Petunia tidak seperti hari-hari biasa. Kini, kastil megah itu dihiasi oleh berbagai rangkaian bunga yang menghiasi setiap dinding, meja, dan sudut-sudut ruangan. Bahkan, dengan sangat spesifik, Hagen memesan beberapa jenis bunga atas saran dari Jaxon Bradwood.Tentu saja hal itu dikarenakan mereka menghindari insiden di masa lalu, dimana pernikahan Jaxon berakhir bencana akibat Mia alergi bunga Snow on Mountain. Dengan sangat hati-hati, orang-orang yang bekerja di Kastil Petunia pun memilah dan mengawasi setiap bunga yang datang sebelum menyebarkannya di beberapa tempat.Frank bahkan tampak lebih sibuk dari biasanya.Kini, stelan hitam pria itu dilengkapi alat komunikasi yang terpasang di telinga.Dan dengan mata elangnya yang mengawasi jalannya persiapan, Frank memberi sedikit instruksi di sana sini pada penjaga kastil yang berkeliling dari satu ruang ke ruang lainnya.Sementara itu, Erlinda tampak sibuk menyiapkan beberapa kamar untuk setiap tamu yang akan menginap. Begitu pula deng

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 168 I Aku Mencintaimu, Camellia

    Hagen menemani Camellia saat mengunjungi Edgar Duncan di rumah sakit. Dengan perasaan yang berat, Hagen menyadari bahwa pria tua di hadapannya benar-benar tidak memiliki harapan untuk umur panjang, membuat pandangannya jatuh pada Camellia yang tampak setia menunggu sang ayah yang terbaring layaknya tubuh tanpa nyawa dengan bantuan penunjang kehidupan di atas tempat tidur.Tanpa sedikit pun mengganggu gadis itu, Hagen bergegas keluar dari ruangan dan memilih duduk di salah satu rangkaian kursi tunggu, yang berada tepat di depan ruang perawatan Edgar Duncan.Sesekali Hagen menarik napas sembari menengadah pada langit-langit lorong rumah sakit.Saat itulah dia menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menyembunyikan keberadaan bayi mungil yang kini diberikan pada Danny Johanson.Cepat atau lambat, Camellia harus mengetahui keberadaan bayi itu. Meskipun keduanya tidak berhubungan darah, tetapi Talia Duncan tetaplah adik bagi Camellia. Dan, tidak mungkin dia akan diam saja saat mengetahui sem

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 167 I Pergulatan Di Ranjang

    “Kau sudah membawa semuanya?” tanya Hagen pada Frank begitu dirinya tiba di Petunia.Setelah meninggalkan Denver, Hagen memutuskan untuk meminta bawahannya agar mengantarkan Camellia kembali ke rumah. Dan mereka pun tiba dalam waktu terpisah.“Aye, Boss,” jawab Frank diikuti anggukan. “Nyonya ada di dalam kamar. Beristirahat,” ujar Frank, yang segera merubah panggilannya pada Camellia.Dalam waktu sangat singkat, kabar pernikahan keduanya pun menghebohkan para pelayan di Kastil Petunia. Bahkan, tidak sedikit yang merayakan bergabungnya nyonya baru di sana. Setidaknya, Hagen telah memilih wanita yang tepat, dan bukannya wanita seperti Irene yang pasti akan menyiksa para pelayan.“Aku meminta Jaxon untuk mengurus Alfred,” ucap Hagen secara tiba-tiba, yang tentu saja membuat Frank mengerti akan maksudnya.Kepala keamanan Petunia itu tampak mengangguk paham dan setelahnya berdeham pelan.“Aku akan datang ke kediaman Ryder untuk memberikan kabar.”Mendengar ucapan bawahannya itu, Hagen tid

DMCA.com Protection Status