Kejora mengumpat pada Andromeda. Dia benar-benar tak habis pikir kalau pria itu akan membeberkan semuanya kepada Kania dan Adam. Dia mengumpat dalam hatinya saat Kania dan Adam duduk di hadapan mereka berdua.
Sebelumnya, dia dan Andromeda bersiap pergi dan … lupa dengan janji Kania dan Adam yang akan mengajaknya pergi, jalan-jalan.
***
“Mau dipesankan sarapan tidak?” tanya Andromeda sedikit berteriak saat melihat Kejora yang berlari menaiki tangga.
“Pesan saja, malas masak!” balas Kejora dengan tak kalah kencangnya.
Gadis itu terburu-buru untuk mandi karena rencana dadakan yang tercetus dari mulut Andromeda. Ya, Andromeda adalah gambaran kehidupan yang spontan, tak terencana bahkan tak diinginkan sekali pun pasti akan datang.
Kejora hanya bisa senyum-senyum sendiri begitu mengingat malam mereka yang indah. Bahkan dengan memikirkannya saja, dia sudah merasakan degupan jantungnya yang menggila.
Berbeda dengan Andromeda dan Adam yang masih bersitegang saat ini. Melihat keberadaan keduanya yang kini hanya berdua di rumah Kejora. Sedangkan pemiliknya sudah diajak pergi oleh Kania, sahabatnya.“Bisa kau lepaskan tanganmu Bung?” desis Andromeda yang masih berusaha mencegah tangan Adam mencekiknya.Adam sendiri semakin merasakan emosinya naik karena tatapan meremehkan di netra milik Andromeda. Dia semakin menarik bibirnya lurus, rahangnya mengetat seiring dengan rasa geramnya.“Aku tak pernah mempermasalahkan siapa yang dekat dengan Kejora. Tapi, tidak denganmu,” tuduhnya.Andromeda mulai meningkatkan tenaganya, mendorong tubuh Adam untuk menjauh.“Memang kenapa? Salah jika aku menyukainya huh? Kau siapa? Hanya pacar dari sahabatnya saja, tak bisa ikut andil dengan apa yang dilakukan oleh Kejora!”BUG!Satu pukulan kembali melayang, mengenai sudut bibir Andromeda sampai kepalanya t
Andromeda yang baru saja memarkirkan mobilnya di pelataran Lounge hotel sudah dihadang oleh Adam. Dia tak menyangka akan bertemu dengan pria dari sahabat pacarnya sendiri. Pria itu bahkan mengikutinya?“Tak kusangka kita bertemu di sini,” ujar Andromeda masih dengan nada arogannya.“Aku tentu tak bisa melanjutkan untuk menghajarmu jika kedua wanita itu ada,” balas Adam dengan nada dinginnya kembali.“Jadi, kamu masih mau beradu tinju denganku? Aku tak masalah dengan itu. Tapi, biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku dulu.”Sebetulnya Adam tak akan mengajak Andromeda kembali bertengkar. Karena, dia juga sudah tahu jawaban yang dimiliki Kejora. Dia hanya ingin meminta komitmen Andromeda pada Kejora saja, ingin tahu seberapa seriusnya Andromeda pada Kejora.Adam memperhatikan bagaimana cara Andromeda berinteraksi dengan orang lain soal pekerjaannya. Tidak ada sikap yang terlihat sara saat dia memperhatik
Berkencan menjadi satu hal yang baru bagi Kejora. Dia yang tak tahu menahu soal bagaimana kencan ala Asia tentu banyak bertanya pada Kania. Ya, seharusnya bertanya. Namun, yang ada di malah mengangguki ajakan Andromeda untuk makan di luar.“Kamu memang mau makan apa?” tanya Kejora.Kejora paham, piihan Andromeda pasti jatuh ke tempat terbilang bukan di pinggir jalan. Pria itu dan juga dirinya sama-sama berada. Bedanya hanya tempat tinggalnya saja yang berbeda, dia Belanda dan pria itu London.“Kalau dipikir-pikir, kamu lebih banyak menghabiskan waktu di mana?” Kejora masih memandangi Andromeda yang tengah mengendarai mobilnya.Matanya menelaah dari samping. Bagaimana postur Andromeda menggoda pandangan matanya. Sungguh, dia benar-benar terpesona dengan pose keren pria yang tengah menyetir. Dimulai dari tangannya, berotot dan nampak kuat. Lantas beralih pada mata yang fokus melihat ke depan. Tidak lupa bagian hair mess
Kejora menjadi senyum-senyum sendiri. Dia bahkan pulang dengan rasa senang yang tak bisa dia deskripsikan dengan baik. Sayangnya, dia ingin berbagi cerita dengan Kania. Namun, wanita itu tengah menangis tersedu-sedu di depan rumahnya.“Dah … hati-hati di jalan,” ucap Kejora yang bersiap keluar dari mobil Andromeda.“Sebentar Sayang,” sela pria itu sambil menyentuh punggung tangan Kejora.Kejora menatap bingung Andromeda. Namun, dia dibuat terdiam begitu merasakan benda asing di jari manisnya. Sebuah logam mulia dengan kilauannya yang indah, melingkar di jarinya dengan satu permata di tengah. Permata berwarna burgundy.“I--ini apa?” tanyanya dengan bingung.“Cincin. Masa kamu tidak tahu cincin?” Andromeda masih bisa membercandai Kejora.Namun, gadis itu diam dengan bibir rapat. “Andro ….” Cup!Andromeda memajukan wajahnya, mengecup kilat bibir manis
Kejora melihat Kania yang kini menguasai tempat tidurnya. Dia sudah bertelponan satu jam lamanya dan kini … dia bahkan tak memiliki tempat untuk dirinya tidur. Benar-benar sungguh mengenaskan ketika menghadapi orang yang tengah bersedih.Bahkan tubuh Kania sudah malang melintang, benar-benar si pembajak.Mau tak mau akhirnya Kejora memilih untuk menuju kamar lain. Kamar yang tak pernah dia tempati dan kini ditempati olehnya. Kejora seolah-olah tengah menyaksikan kilas balik, mengingat dia yang membawa Andromeda.Lama-lama ujung bibirnya pun mengulas senyuman. Merasa lucu mengingat saat itu.”Bisa-bisanya aku membawanya ke rumahku hanya karena Kania,” gumamnya seorang diri.Tangannya menyentuh sprei kasur yang belum sempat diganti olehnya, seolah-olah masih ada jejak Andromeda yang tidur di sana. Memikirkannya saja membuat Kejora merasakan hangatnya tubuh sang pacar.“Apa aku pernah berpelukan dengannya?”
Kalau Kania tengah putus asa dengan percintaannya, Kejora pun tak kalah samanya. Dia bahkan masih merasa menggebu-gebu sampai dirinya terlalu banyak memikirkan Andromeda, pacar yang baru saja dimilikinya.Kini wanita itu tengah menunggu kedatangan seseorang dari jauh. Dia sudah menunggu, tapi pandangannya kosong dan mencoba menghentikan pikirannya yang tak karuan. Benar-benar merepotkan kala hati sudah berbicara panjang dan mengeluarkan rasa.Semuanya menjadi satu kesatuan yang terbilang, menakjubkan dan ruwet.Kejora yang melamun tak menyadari kalau ada sepasang suami istri yang sudah berdiri di hadapannya.“Kau tak mau menyapa Mamamu ini, Jora?” Sang Ibu sudah berdiri di depan putrinya.Kejora kembali dari lamunannya, “lho? Mama kok sudah ada di sini?” Kejora terbeliak mendapati sang Ibu yang sudah menampilkan wajah cemberutnya.“Ya Tuhan, Marje, putrimu ini! Lihatlah! Bukannya meme
Kembali Kejora menghadapi Kania dan Adam yang berdebat. Lebih tepatnya Adam yang menghadapi Kania si keras kepala. Kania terus membentak dan Adam berusaha sabar. Kejora benar-benar bingung dibuatnya. Benar-benar dibuat kesusahan dia.Sejak pagi dia sudah diajak Kania untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Bandung. Terlebih yang mereka datangi adalah Kawah Rengganis. Tempat wisata yang masih belum banyak tersentuh pengunjung dan masih sepi. Entah, Kania bisa-bisanya mengajak mereka ke sana.***“Apa kalian ingin ikut?” tanya Kejora kepada kedua orang tuanya. Rina segera menggeleng, menolak untuk ikut bergabung.“Kami masih ada urusan, jadi kalian saja yang berangkat. Tenangkan hati Kania, dia tengah putus cinta.”Kejora merasa malu begitu Ibunya sangat memahami keadaan teman yang ikut menginap itu.“Hehe, iya nih Mam … maaf ya? Jadi mengganggu kalian yang ada di rumah,” ujar Kejo
Kejora masih berdiri memandangi jembatan estetik yang kini menjadi spot foto instragramable. Dia melihat banyak muda-mudi yang terus berfoto bergantian di sana. Memang unik.Matanya tak salah menangkap bagaimana wujud jembatan usang itu semakin menambah nilai estetikanya begitu terjepret kamera. Bagaimana alam mengatur pemandangan indah itu hanya dengan sebuah tempat usang yang tak digunakan lagi, benar-benar menkajubkan.Mereka memang pergi saat masih pagi. Sampai di pertengahan daerah Ciwidey di jam tujuh pagi menjadi momen menakjubkan. Lalu lalang kendaraan yang meliuk-liuk indah di jalanan pegunungan itu menjadi nyanyian musik tersendiri.Kejora merapatkan sweater miliknya, dia masih memandangi sekelilingnya. Terdapat kampung kecil yang … menurutnya terlalu indah.“Aku pernah KKN di desa ini, dan ya begitu aku menemukan jembatan indah ini,” ujar Kania sambil merekam sekelilingnya dengan kamera ponselnya y