Kalau Kania tengah putus asa dengan percintaannya, Kejora pun tak kalah samanya. Dia bahkan masih merasa menggebu-gebu sampai dirinya terlalu banyak memikirkan Andromeda, pacar yang baru saja dimilikinya.
Kini wanita itu tengah menunggu kedatangan seseorang dari jauh. Dia sudah menunggu, tapi pandangannya kosong dan mencoba menghentikan pikirannya yang tak karuan. Benar-benar merepotkan kala hati sudah berbicara panjang dan mengeluarkan rasa.
Semuanya menjadi satu kesatuan yang terbilang, menakjubkan dan ruwet.
Kejora yang melamun tak menyadari kalau ada sepasang suami istri yang sudah berdiri di hadapannya.
“Kau tak mau menyapa Mamamu ini, Jora?” Sang Ibu sudah berdiri di depan putrinya.
Kejora kembali dari lamunannya, “lho? Mama kok sudah ada di sini?” Kejora terbeliak mendapati sang Ibu yang sudah menampilkan wajah cemberutnya.
“Ya Tuhan, Marje, putrimu ini! Lihatlah! Bukannya meme
Kembali Kejora menghadapi Kania dan Adam yang berdebat. Lebih tepatnya Adam yang menghadapi Kania si keras kepala. Kania terus membentak dan Adam berusaha sabar. Kejora benar-benar bingung dibuatnya. Benar-benar dibuat kesusahan dia.Sejak pagi dia sudah diajak Kania untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Bandung. Terlebih yang mereka datangi adalah Kawah Rengganis. Tempat wisata yang masih belum banyak tersentuh pengunjung dan masih sepi. Entah, Kania bisa-bisanya mengajak mereka ke sana.***“Apa kalian ingin ikut?” tanya Kejora kepada kedua orang tuanya. Rina segera menggeleng, menolak untuk ikut bergabung.“Kami masih ada urusan, jadi kalian saja yang berangkat. Tenangkan hati Kania, dia tengah putus cinta.”Kejora merasa malu begitu Ibunya sangat memahami keadaan teman yang ikut menginap itu.“Hehe, iya nih Mam … maaf ya? Jadi mengganggu kalian yang ada di rumah,” ujar Kejo
Kejora masih berdiri memandangi jembatan estetik yang kini menjadi spot foto instragramable. Dia melihat banyak muda-mudi yang terus berfoto bergantian di sana. Memang unik.Matanya tak salah menangkap bagaimana wujud jembatan usang itu semakin menambah nilai estetikanya begitu terjepret kamera. Bagaimana alam mengatur pemandangan indah itu hanya dengan sebuah tempat usang yang tak digunakan lagi, benar-benar menkajubkan.Mereka memang pergi saat masih pagi. Sampai di pertengahan daerah Ciwidey di jam tujuh pagi menjadi momen menakjubkan. Lalu lalang kendaraan yang meliuk-liuk indah di jalanan pegunungan itu menjadi nyanyian musik tersendiri.Kejora merapatkan sweater miliknya, dia masih memandangi sekelilingnya. Terdapat kampung kecil yang … menurutnya terlalu indah.“Aku pernah KKN di desa ini, dan ya begitu aku menemukan jembatan indah ini,” ujar Kania sambil merekam sekelilingnya dengan kamera ponselnya y
Keduanya benar-benar begitu menikmati perjalanannya. Sejujurnya, Kejora menginginkan untuk bisa melepas penat bersama kekasih. Namun, itu hanya imajinasi belaka. Begitu Ia mengirimkan foto-foto hasil jepretannya selama di lokasi, Andromea hanya berkomentar bagus saja. Padahal dia hanya ingin memberi tanda bahwa barangkali mereka akan berwisata bersama. Kenyataan telah menerjangnya bahwa Andromeda mmiliki kesibukan dua kali lipat dari pada dirinya.Kejora hanya bisa berbaring menatap layar ponselnya yang menghitam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di gawainya.“Hah … padahal besok hari senin,” desahnya merasa frustasi di tengah kesendiriannya itu.Kembali tubuhnya berguling ke kiri dan kanan. Telinganya menangkap suara senyap yang menemaninya seperti biasa.Malam yang terasa sepi dan membuatnya ingin segera tidur saja kalau bisa. Hanya saja begitu dirinya terlalu merasa kesenangan, dia menjadi hilang kontrol. Matanya terus s
Kejora menjadi kikuk begitu Andromeda mengakhiri sesi ciumannya yang terbilang sensual dan menggugah. Mereka berdua tengah mengontrol suasana hati dan gairah yang menggebu-gebu itu. Sama-sama saling memandangi satu sama lainnya dan sama-sama melihat bagaimana mereka bisa menjadi panas begini.“Kau lihat bukan? Jora memang menemui pria! Tak mungkin membeli es krim lama,” gerutu Rina kepada Marje yang sedari tadi berkata bahwa dirinya terlalu cerewet.“Ya, ya, Sayang, aku percaya. Jadi, biarkan mereka menikmati waktu mereka. Haruskah kamu mengintip begini?” kelakar Marje yang menarik tubuh istrinya untuk tak lagi menonton diam-diam kegiatan sepasang kekasih yang saling melepas rindu itu.Sedangkan Kejora, dia masih menunduk dan mencoba menghilangkan panas di wajahnya. Bahkan deru napas mereka masih saling beradu meskipun perlahan akhirnya mulai mereda dan dada mereka kembali tenang.Debaran langka ya
Kejora dibuat terkejut saat mendapatkan pesan dari Mike. Sudah dua bulan paska dia bertemu terakhir kalinya dengan Mike. Dia menjadi sedikit tak enak hati saat membaca pesan sang mantan kekasih.Namun, saat dia menatap pesan itu dan belum membalasnya, tiba-tiba pesan itu sudah terhapus oleh pemiliknya dan tergantikan dengan permintaan maaf dan mengatakan kalau dia salah kirim. Kejora menghembuskan napasnya kasar. Yang benar saja, dia seperti orang yang bisa membaca pesan orang lain karena senggang.Akhirnya dia kembali meletakkan ponselnya di atas meja.Lantas kembali melakukan pekerjaannya yang menumpuk. Beberapa hari usai dirinya bertemu dengan Andromeda, pria itu kembali sibuk. Hanya mengabari saat malam hari dan akan kembali menghilang saat pagi hari.Kejora yang disibukkan dengan pekerjaannya pun melupakan Kania yang sering bolak-balik ke toilet. Mereka memang menjadi robot saat jam kerja dan terkadang melupakan diri menjadi manusia. Ga
Ada hal yang tidak disadari oleh manusia. Terkadang bukan hanya cinta yang buta, tapi cemburu yang membutakan. Bagaimana emosi tak terkontrol begitu mendapatkan cinta, begitupun cemburu sampai membuat pikiran memburu.Begitulah yang dirasakan oleh Andromeda, dia yang baru saja sampai dan tengah menunggu Kejora pulang seperti biasanya saat dia bertandang. Menunggu di dalam mobil adalah hal yang paling dia akan lakukan begitu menunggu Kejora-nya pulang. Namun, matanya malah melihat pemandangan yang tak biasa. Bagaimana Kejora berinteraksi dengan pria yang dipanggilnya ‘Mas Adam’.Mendengar cerita tentang Kania yang putus cinta malah membuat Andromeda berpikir yang tidak-tidak.Rasa panas dan sesak menyambanginya, begitu dia melihat senyum Kejora terulas untuk Adam. Pria itu bahkan menatap Kejora dengan terang-terangan. Kenapa pria itu menatap gadisnya? Kenapa pria itu malah menemui gadisnya?Pertanyaan itu malah semakin menimbulkan
Kejora menatap kepergian mobil Andromeda. Dia masih mematri senyum saat mengingat bagaimana sosok Andromeda yang cemburu padanya. Sampai dia tak menyadari bahwa Ayah dan Ibunya sudah berdiri di sampingnya sambil ikut menatap ke arah depannya.“Sampai kapan kalian hanya akan berjumpa di depan rumah? Kau tak mau mengenalkannya pada Mama?”Kejora menatap ngeri ke arah sampingnya. “Sejak kapan Mama ada di samping?” tanyanya mencoba menebak-nebak berapa lama sang Ibu melihat kegiatan mereka.Sudah cukup dia menjadi bulan-bulanan saat pagi usai dirinya berciuman dengan Andromeda di luar rumah.“Hm … satu menit yang lalu,” jawab Marje.Kejora bersyukur, setidaknya kedua orang tuanya belum bertemu dengan Andromeda. Dia ingin membawa Andromeda pada moment yang tepat, tapi tidak untuk saat ini. Dia masih belum berkata bahwa dia serius dan masih hanya menjalaninya saja.“Ayolah … Ma,
Kejora hanya menghela napasnya berat. Dia memang sedang mengantar kepergian Kania ke Stasiun Bandung. Suara gemuruh dan riuh dari sekeliling stasiun membuat Kejora sedikit banyaknya terganggu.Suara pemberitahuan kereta yang siap masuk ke stasiun membuat mereka berdiri dan bersiap.“Andai aku bisa ikut,” seloroh Kejora dengan wajah lesu.Kania terkekeh mendengarnya. “Aku tak menyangka kalau seorang Kejora pun bisa sedih begini. Padahal sebelumnya kamu paling datar dan jutek,” ucap Kania sambil memberikan pelukan hangat kepada Kejora.Kejora tersenyum mendengarnya. “Karena kalian, aku bisa berekspresi bukan? Ah, sudahlah, aku akan marah padamu. Aku akan sendirian di kantor,” desah Kejora sambil memberengut.Bagi Kania, Kejora adalah belahan jiwanya. Entah karena sering bersama dengan ekspresi yang sama. Banyak orang mengira mereka kakak beradik.“Ya sudah, hati-hati di jalan, my lil sist
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me