Ada hal yang tidak disadari oleh manusia. Terkadang bukan hanya cinta yang buta, tapi cemburu yang membutakan. Bagaimana emosi tak terkontrol begitu mendapatkan cinta, begitupun cemburu sampai membuat pikiran memburu.
Begitulah yang dirasakan oleh Andromeda, dia yang baru saja sampai dan tengah menunggu Kejora pulang seperti biasanya saat dia bertandang. Menunggu di dalam mobil adalah hal yang paling dia akan lakukan begitu menunggu Kejora-nya pulang. Namun, matanya malah melihat pemandangan yang tak biasa. Bagaimana Kejora berinteraksi dengan pria yang dipanggilnya ‘Mas Adam’.
Mendengar cerita tentang Kania yang putus cinta malah membuat Andromeda berpikir yang tidak-tidak.
Rasa panas dan sesak menyambanginya, begitu dia melihat senyum Kejora terulas untuk Adam. Pria itu bahkan menatap Kejora dengan terang-terangan. Kenapa pria itu menatap gadisnya? Kenapa pria itu malah menemui gadisnya?
Pertanyaan itu malah semakin menimbulkan
Kejora menatap kepergian mobil Andromeda. Dia masih mematri senyum saat mengingat bagaimana sosok Andromeda yang cemburu padanya. Sampai dia tak menyadari bahwa Ayah dan Ibunya sudah berdiri di sampingnya sambil ikut menatap ke arah depannya.“Sampai kapan kalian hanya akan berjumpa di depan rumah? Kau tak mau mengenalkannya pada Mama?”Kejora menatap ngeri ke arah sampingnya. “Sejak kapan Mama ada di samping?” tanyanya mencoba menebak-nebak berapa lama sang Ibu melihat kegiatan mereka.Sudah cukup dia menjadi bulan-bulanan saat pagi usai dirinya berciuman dengan Andromeda di luar rumah.“Hm … satu menit yang lalu,” jawab Marje.Kejora bersyukur, setidaknya kedua orang tuanya belum bertemu dengan Andromeda. Dia ingin membawa Andromeda pada moment yang tepat, tapi tidak untuk saat ini. Dia masih belum berkata bahwa dia serius dan masih hanya menjalaninya saja.“Ayolah … Ma,
Kejora hanya menghela napasnya berat. Dia memang sedang mengantar kepergian Kania ke Stasiun Bandung. Suara gemuruh dan riuh dari sekeliling stasiun membuat Kejora sedikit banyaknya terganggu.Suara pemberitahuan kereta yang siap masuk ke stasiun membuat mereka berdiri dan bersiap.“Andai aku bisa ikut,” seloroh Kejora dengan wajah lesu.Kania terkekeh mendengarnya. “Aku tak menyangka kalau seorang Kejora pun bisa sedih begini. Padahal sebelumnya kamu paling datar dan jutek,” ucap Kania sambil memberikan pelukan hangat kepada Kejora.Kejora tersenyum mendengarnya. “Karena kalian, aku bisa berekspresi bukan? Ah, sudahlah, aku akan marah padamu. Aku akan sendirian di kantor,” desah Kejora sambil memberengut.Bagi Kania, Kejora adalah belahan jiwanya. Entah karena sering bersama dengan ekspresi yang sama. Banyak orang mengira mereka kakak beradik.“Ya sudah, hati-hati di jalan, my lil sist
Sedari tadi mereka berkeliling dan mendapati banyak hal menakjubkan. Kejora terlihat kaget saat ada wanita dengan pakaian jubah putih dan rambut palsu panjang dan make up mengerikannya. Tangannya meremas lengan Andromeda.“Andro, jauhkan dia dariku!” desaknya masih dengan bersembunyi di balik tubuh Andromeda.“Kamu orang Belanda, tak mungkin percaya hantu bukan?” timpal Andromeda masih dengan mengusili Kejora.“Aku tak melihatnya sebagai makhluk astral, tapi dia seperti korban kecelakaan! Ah! Menjauh dariku!” Gadis itu semakin memekik kesal.Sumpah serapah dari bahasa tanah keliharannya pun terucap dan membuat Andromeda dan sekaligus si manusia cosplay ikut mengernyitkan dahinya kebingungan.“Kamu mengatakan apa Sayang?” Andromeda malah bertanya.“Oh Tuhan! Andro! Jauhkan dia dariku!” teriak Kejora mencoba menghindar. Matanya menatap beberapa cosplayer yang ikut mnedekat. Di m
“Masuklah, sudah malam. Sampaikan salamku pada Ibumu ya?” pamit Andromeda kepada Kejora yang baru saja turun dari mobilnya. Kejora mengangguk, lantas melambaikan tangannya untuk Andromeda. Setidaknya ini adalah kencan yang indah baginya. Tak pernah dia bayangkan kalau dirinya akan mengencani playboy macam Andromeda. “Aku pulang!” seru Kejora seraya membuka pintu. Namun, yang menyambutnya adalah sepi. Tidak ada sahutan baik dari sang Ibu maupun Ayahnya. “Ke mana mereka? Belum pulang kah?” selorohnya. Langkah kakinya menuju ke lantai 2, berusaha melihat kamar tidur yang ditempati oleh orang tuanya. Cklek! Pintu yang terbuka menampilkan kekosongan. Dahinya kian berlipat. “Mama ke mana? Tumben,” ujarnya kembali. Dia tak lagi mencarinya, mengingat bahwa Ibunya barangkali tengah bertemu keluarga ataupun teman-temannya. Mengingat bahwa Ibunya sudah lama tak mengunjungi negaranya sendiri. Benar-benar sebuah pemak
Bagi seorang Andromeda, dendam itu adalah efek dari kehilangan. Baginya, masa lalu hanyalah bayangan semu yang harusnya hilang. Namun, nyatanya bahkan sampai di masa mendatang pun masa lalu masihlah tetap bayangan yang tak pernah hilang selama masih ada cahaya yang menyorot. Andromeda dengan segala kemarahannya pun melampiaskannya pada laju motor yang semakin cepat. Meliuk di jalanan sampai menyalip kendaraan lain yang ada di depannya. Matanya terbutakan dengan rasa marah yang benar-benar tak bisa dibendung lagi. Suara klakson dari kendaraan lain yang hampir mengalami kecelakaan pun diabaikannya. Telinganya tak berfungsi, hanya suara-suara dari masa lalunya saja yang terdengar menggema. Kembali tangannya memutar 90 derajat demi meningkatkan laju motornya kembali. Benar-benar di ambang toleransi traumanya yang mendalam. Entah bagaimana pemikirannya, terbilang tak waras pun memang sudah menjadi kenyataannya. Pria itu bahkan
Harap membaca dengan bijak. Berisi konten yang menggerahkan. Keduanya masih saling melumat tanpa ampun, sampai napas mereka sama-sama habis dan membuat Kejora memisahkan diri dan meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Napasnya terengah-engah. Tanpa sadar ia menjauh, berdiri di pinggir ranjang dan tangannya meremas bajunya sendiri karena malu. Entah kenapa, Andromeda merasa semakin membutuhkan Kejora. Dia ikut berdiri, tangannya merengkuh pinggang Kejora dan menariknya untuk bisa semakin dekat dengannya. Kejora tersontak begitu ada dorongan di tubuhnya sampai dia menempel kembali di dada bidang milik Andromeda. Merasa inilah waktunya, akhirnya dengan pelan dan selembut mungkin Andromeda menundukkan wajahnya dan mengecup bibir merah Kejora sekilas, mencoba kembali mengingat rasanya. Seulas senyum tipis tersungging di bibir Andromeda. Dengan halus dia melumat bibit gadis di pelukannya dan memeluknya semakin rapat sampai tidak tersisa semili pun jarak
Kejora seperti terserang listrik dan hawa tubuhnya kian memanas. Wanita itu terlentang sempurna di hadapan Andromeda dengan tubuh yang sudah polos. Kejora tak melawan, wanita itu sudah seperti jelly yang tak bisa melakukan apa pun demi menghentikan aksi yang Andromeda lakukan pada tubuhnya. Rakus! Kejora baru menyadari kalau lelaki kaya itu memiliki kerakusan dahsyat seperti ini. Kejora merasakan jilatan dan gigitan di area lehernya. Memberikan sensasi menggelitik setiap kali Andromeda melakukannya. Dan jangan lupakan telapak tangan lelaki itu yang masih setia meremas buah dadanya tanpa henti. Ketika Andromeda selesai dengan lehernya, lelaki itu langsung mengecup tubuh Kejora dari atas hingga bawah tubuh Kejora. Kejora meremang. Tidak pernah sekali pun ia berada di posisi ini dalam kurun waktu lama. Tapi jika boleh diingatkan kembali, ia sudah pernah mengalami bagian seperti ini sebelumya. Ohhh … sial. Apakah Andromeda a
Andromedalupa diri dibuatnya.Andromedabisa merasakan bagaimana milik Kejorayang sangat berbeda seolah-olah dirinya menemukan sesuatu yang dicari oleh hasratnya. Perasaan bangga saat Andromedamerasakan bahwa dia adalah pria yang kini ada untuk wanita di bawah kungkungannya itu. Kejoramenahan desahannya, lama-lama dia terhanyut dalam pusara gairah yang diciptakan oleh Andromedadan mereka sama-sama mencapai klimaksnya dengan perasaan yang sulit digambarkan. Andromedamencapai titik puncaknya tak hanya satu kali malam itu. Dia berkali-kali memuntahkan laharnya di dalam milik Kejora. *** Andromedaduduk di atas ranjang dengan punggung yang menyandar pada kepala ranjang. Di sampingnya Laangen sudah tertidur pulas karena lelah melayani Andromedayang liar dan kelaparan. Andromedamenatap Kejorayang tidur memunggunginya. Tubuh atas Kejoratidak tertutupi selimut karena An
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me