“Apa Kejora akan baik-baik saja?” Kania bertanya kesekian kalinya, usai mengantar Kejora dan Andromeda ke unit Kania, kembali Adam dan Kania keluar dari unit bersama dengan Heru.
“Bagaimana menurutmu? Kau bawahannya Andro bukan?” Adam mengalihkan pandangannya, menatap Heru yang diam seperti patung, tak ada suara dan tak ada pergerakan sama sekali dari pria itu.
“Pak Andro tidak akan menyakiti Nona,” ujarnya masih dengan nada datar.
Mendadak Kania memicing, dia tak suka dengan bagaimana cara Heru menjawab pertanyaan Adam. “Tidak bosnya tidak anak buahnya sama saja,” ketusnya.
Adam hanya bisa menunggu. Dia paham kekhawatiran Kania saat ini, sama seperti dirinya yang juga merasa khawatir dengan keadaan Kejora.
Sedangkan Andromeda dan Kejora masih sama-sama tak ada yang buka suara. Keduanya masih saja diam membisu, memikirkan banyak hal yang ingin dibicarakan tetapi tak tahu ba
Andromeda masih berada dalam mabuknya, usai dirinya memaksakan kehendaknya pada Kejora namun berujung dia yang mengalah. Jelas-jelas kelemahannya saat ini adalah Kejora, tapi dia malah berusaha menaklukkan kelemahannya sendiri.Dia tak hanya ingin Kejora berada di dalam kehidupannya tetapi juga dia ingin wanita itu menerima rasa cintanya.Heru, tangan kanannya yang diam-diam mengikuti Andromeda hanya mengawasi dari jauh apa yang sedang dilakukan oleh atasannya itu.Sudah dua jam Andromeda duduk sambil menenggak minuman beralkohol yang dipesannya. Saat bartender akan kembali menuangkannya pada sloki milik Andromeda, Heru sudah mengambilnya.“Tidak usah, berapa jumlahnya?” tanya Heru sambil mengeluarkan kartu debit yang dibawanya. Dia tak masalah dengan harga yang disebutkan oleh bartender yang ada di hadapannya saat ini.Dia memapah Andromeda yang sudah kehilangan kesadarannya, berkali pria itu meracau namun memang dirinya
Saat itulah Andromeda merasa bersalah, menyakiti Heru yang hanya ingin menyelamatkannya malam itu. Dia melepaskan pisaunya, membiarkan Heru menutupi luka di telapak tangannya.Darah yang menetes membuat Andromeda mual seketika. Namun, hatinya merasa begitu bersalah.“Kenapa kamu memintaku melukaimu?” tanyanya masih tak memahami situasi saat ini.“Agar kamu paham apa yang terjadi semalam.”Jawaban yang dingin didapatkan oleh Andromeda,tak hanya dingin tapi ambigu.“Kau hampir dilukai oleh orang lain, bodoh!” Kembali Heru menjelaskannya.Andromeda termangu, kenapa dirinya malah diselamatkan? Bukankah akan lebih baik jika dirinya mati?Karena rasa bersalah menguasainya membuat Andromeda mnegikuti Heru, membiarkan dirinya mendapatkan pelampiasan emosi yang tepat. Heru bukanlah pria baik-baik saat berada di London, melainkan pria dengan bisnis kotornya.Adu gulat ilegal.Andro
Keduanya cekcok dengan pandangan masing-masing. Namun, kali ini Kejora kalah pendapat. Dia benar-benar sudah tak bisa menjawab ucapan Andromeda lagi. Dia benar-benar kalah telak.“Agama yang mana yang kamu anut? Bahkan kamu yang hidup di Eropa membuat kamu tak percaya soal agama.”Kejora diam, benar-benar kesal dengan sindiran Andromeda saat ini.Tangannya sudah mengepal di atas pangkuannya. Matanya memicing tajam pada Andromeda. Andromeda sendiri menyadari kalau memang wanita itu tengah marah padanya, dia memang berhasil mematahkan pendapat Kejora.Setidaknya dia menunjukkan sisi dominannya. Dia tak mau dikelabuhi oleh siapa pun lagi setelah masa lalunya sendiri yang membohonginya. Bahagia itu saat diperjuangkan bukan?“Apa begitu caramu mematahkan lawan-lawanmu. Kamu seharusnya tahu kalau memang ini bukan menyangkut soal kepercayaan!” desis Kejora.“Maka kamu seharusnya tahu kalau sesuatu yang ad
Benar saja, saat Kejora tiba kembali di Bandung dengan beberapa pemaksaan darinya agar dia bisa pulang, Andromeda menunggunya. Pria itu menunggu di depan rumahnya sambil sesekali menelepon. Wajah pria itu begitu sumringah usai mendapatkan kabar dari Kejora kalau mereka akan bertemu di rumahnya.Kejora yang baru saja turun dari mobilnya mencoba menahan diri agar bersikap biasa saja. Dia tak mau diolok-olok setelah kejadian perdebatan yang memalukan.‘Hanya sampai anak ini lahir, jora,’ bisik batinnya berusaha menenangkan dirinya yang gugup.Tak tahu kenapa dirinya memilih jalan yang berbahaya untuk mencapai kesepakatan berdua. Dia terlalu sering mengambil risiko dari pada jalan aman yang akan dia lalui. Terlalu begitu kentara bahwa dirinya bukanlah pecinta hidup damai.Andromeda berdiri, menunggu agar Kejora melangkah mendekatinya. Meskipun hatinya terlalu gembira dan seakan ingin sekali menghampi
Andromeda masih membeku dibuatnya. Dia masih menatap tak percaya pada selembar foto yang dicetak. Senyumnya tak luntur sedikit pun seiring dengan perasaannya yang berbunga-bunga usai keluar dari ruangan pemeriksaan.Kejora hanya diam, dia mengagumi si kecil yang kini tumbuh di dalam perutnya. Masih tak percaya dengan keberadaan makhluk yang belum bernyawa itu, namun membuat perasaannya tumbuh. Benar apa yang dikatakan Andromeda tempo lalu.Apa dia akan sanggup merenggut hak hidupnya?Memikirkannya membuat hatinya mencelos bukan main.Andromeda dan Kejora masih menunggu usai melakukan check in. Mereka menunggu jadwal keberangkatan penerbangan.Kejora mulai memantapkan hatinya, dia tak mau merebut apa yang seharusnya dimiliki oleh makhluk kecil itu. Tangannya terus saja mengelus lembut permukaan perutnya yang terhalang baju.Senyumannya mulai mengembang saat memikirkan bagaimana pertumbuhan janin dalam perutnya. Mengabaikan Andro
Kejora sudah tak bisa bergerak sama sekali, dadanya terasa sesak bukan main. Oksigen di sekelilingnya mendadak habis, dia tak bisa menghirupnya sama sekali. Telinganya berdengung hebat seiring dengan serbuan para wartawan.Darahnya sudah tersirap. Pias di wajahnya bahkan diabaikan oleh orang-orang yang melingkar dan menjadikannya objek saja.Dia berharap ada seseorang yang menolongnya saat ini. Gadis itu sudah tak bisa berpikir, kesadarannya sudah semakin sebelum dia mendengar sayup-sayup suara orang berteriak entah kepada siapa.“MINGGIR!” Teriakan Andromeda menggelegar. Dia tak peduli kericuhan yang terjadi. Dia hanya berusaha menggendong Kejora yang sudah pingsan saat ini dan berlari menuju klinik Bandara yang dipastikan jauh.Dia tak peduli. Dia memilih untuk melindungi Kejora terlebih dahulu. Informasi yang bocor menjadi penyebab utama. Andromeda tak bisa berpikir jernih selain membaringkan Kejora di atas ranjang dan membiar
Memang yang wanita itu butuhkan adalah sayap dari malaikat pelindungnya seperti saat ini. Sebuah kenyamanan karena terlindungi bisa dirasakannya sampai kembali terlelap. Dia tak pernah mendapatkan perlindungan nyata sebelumnya, hidup terlalu mandiri.Andromeda ikut tertidur, tubuhnya meminta diistirahatkan setelah dirinya hampir berjam-jam merasakan emosinya melanda hebat. Dia tak pernah mendapatkan seseorang yang memintanya untuk dilindungi selain Kejora saat ini.Keduanya sama-sama melengkapi dalam keadaan yang salah. Memilih untuk melindungi dan dilindungi pada akhirnya.Diam-diam Andromeda memisahkan diri dari Kejora, keluar saat melihat kedatangan Heru yang begitu tergesa-gesa memberitahukan hasil penyelidikannya.“Siapa?” Andromeda sudah tak sabar ingin menghajar orang yang sudah membuat rencana bahagianya gagal.“Nyonya besar keluarga Wijaya.”“Dasar wanita sialan!” desis Andromeda den
“Aku tak pernah memintamu untuk menuruti apa yang aku bilang Jora, just do what your heart said.”Suara sang Ibu yang begitu menenangkan. Dia tak pernah menyangka jika sang Ibu tak memarahinya. Seharusnya Ibunya kecewa bukan? Tapi kenapa Ibunya malah tak berkata apa-apa? Dia menjadi resah sendiri.Kejora hanya bisa menangis saja. Pikirannya terdistraksi dengan keberadaan Andromeda. Alasan yang dimilikinya untuk melanjutkan pun semakin melemah. Secara tak langsung nalurinya berubah acuan menjadi semakin melenceng dari pikiran awalnya sendiri.Sungguh, dia semakin bimbang.Batinnya bergulat hebat. Membiarkan genangan air matanya terus mengalir tanpa henti. Dia masih tak bisa menghentikan emosinya untuk tak meledak-ledak saat ini.Andromeda masih saja berdiskusi panjang dengan Heru. Rasa lelah di tubuhnya kalah dengan rasa obsesinya saat ini. Dia benar-benar tak mau kehilangan sosok Kejora, bayangan gelap yang ada di dalam im
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me