Kening Sebastian mengernyit kala melihat nomor yang tidak teridentifikasi di layar ponselnya. Ia melirik pada Lefranyt yang duduk berhadapan dengannya.“Siapa yang menelepon?” tanya Lefrant ikut mengernyit heran. Sebastian menggelengkan kepala.“Jessica ... apa mungkin dia yang menghubungiku?” ujar Sebastian dengan nada rendah dan tampak cemas.“Dia gak tahu kan nomormu, Pak.” Sebastian mencebik lalu membuang muka ke samping. tangannya tidak kunjung mengambil ponsel tersebut dan mengangkat panggilannya. Ia mengabaikan sejenak sampai deringnya mati. Matanya masih melirik pada layar ponsel yang kembali menampilkan nomor yang sama. Nomornya tak terlihat seperti sedang disembunyikan. Rasa penasaran akhirnya membuat Sebastian mengangkat panggilan tersebut.“Halo?” sapa Sebastian lebih dulu.“Akhirnya kau mengangkat panggilanku. Namaku Dion Juliandra.” Mata Sebastian membesar lalu menatap Lefrant yang tampak serius.“Apa maumu? Mana Cindy?” hardik Sebastian. Wajahnya jadi tegang karena ia a
Jason Thorn melakukan pemeriksaan fisik pada Cindy setelah makan malam. Secara kasat mata, Cindy tampak baik-baik saja. Tetapi saat itu memeriksa bagian kaki dan siku, kening Jason mengernyit.“Apa luka ini sudah lama?” tanya Jason menunjuk pada bekas luka di lutut lalu bagian siku. Cindy terkesiap dan membesarkan matanya. Ia menaikkan pandangan pada Jason yang menatapnya tajam. Cindy pun mengangguk cepat.Jason yang memakai sarung tangan latex lalu menekan kulit Cindy yang berbekas luka itu dengan ujung jarinya. Lukanya hanya tinggal bekas dan sepertinya tidak sakit lagi.“Bisa ceritakan luka ini disebabkan oleh apa?” tanya Jason lagi masih terus menelisik luka tersebut. Dilihat dari bekasnya, Jason bisa memperkirakan jika luka tersebut akibat benturan keras benda tumpul.“Aku terjatuh dari tangga.” Cindy menjawab dengan nada terdengar ragu.“Berapa kali?” Cindy melihat lagi pada lukanya.&ldq
Sebastian hanya bisa duduk termenung diam di kamar hotelnya sendirian. Setelah keadaan aman dan Jessica tidak lagi menguntitnya, ia kembali ke hotel untuk berpikir serta beristirahat. Sebastian bahkan melewatkan makan malamnya.Lefrant yang mengurus semuanya hanya bisa menawarkan makan malam pada Sebastian yang diam saja.“Apa sudah ada kabar? Cindy menelepon?” tanya Sebastian pada Lefrant yang masuk ke kamarnya. Lefrant menggelengkan kepalanya.“Aku tidak bisa menemukan nomor telepon yang menghubungimu tadi siang, Pak. Dion Juliandra memang bekerja sama dengan polisi untuk mengambil Cindy,” jawab Lefrant. Sebastian membuang pandangannya ke samping. Ia mengeraskan rahang lalu memejamkan matanya begitu kesal.“Aku rasa itu mungkin ada hubungannya kenapa Polisi belum menemukan Nona Cindy,” sambungnya lagi.“Lef, aku harus segera mendapatkan Cindy. Aku harus menikahi Cindy secara hukum dan sah, agar dia gak bi
Dion tersenyum melihat Cindy yang sudah mau makan bersamanya dan Venus. Venus juga terlihat bahagia berkumpul dengan Cindy dan Ayu. Terlebih Ayu yang mengambil tempat di samping Cindy. Sedangkan Peter duduk diapit suami Ayu dan Dion.“Makan yang banyak. Ayu sengaja buat makanan sebanyak ini untuk kamu,” ujar Dion dengan senyuman pada Cindy. Cindy hanya tersenyum sekilas dan meneruskan makan. Ia memang tidak banyak bicara. Peter masih memperhatikan Cindy beberapa saat sambil mengunyah. Ia belum sempat berbicara pada Cindy selama dua hari ini.“Oh iya, penerbangan kita jam berapa, Mas?” tanya Rendi, suami Ayu pada Dion. Cindy lantas menghentikan makan dan menaikkan pandangan pada Dion. Dion yang menyadari pandangan Cindy lalu tersenyum pada Rendi.“Uhm, nanti sore. Kita berangkat pakai pesawat dari Winthrop saja.” Dion lalu melirik pada Cindy yang masih tertegun menatapnya.“Kita mau ke mana?” Cindy pun akhirnya bicara. Venus lalu tersenyum dan menyentuh lengan Cindy sampai ia menoleh p
Lefrant segera memberikan laporannya pada Sebastian begitu ia mendapatkan informasi soal Cindy. Sebastian tidak tidur atau makan dengan baik. Sudah lebih dari tiga hari dan kabar soal Cindy masih simpang siur.“Pak, aku dapat informasi penting.” Sebastian yang sedang melamun langsung berdiri dari kursinya. Ia bergegas mendekati Lefrant yang memperlihatkan tabletnya.“Pesawat Winthrop Corp terlihat di parkiran bandara pribadi The Stone di sebelah utara. Lihat ini!”Lefrant memperlihatkan beberapa gambar dan Sebastian seketika bersemangat. Ia tersenyum dan mengangguk cepat.“Apa ada jejak Cindy?” Lefrant kembali menggeleng.“Belum. Tapi setidaknya kita tahu kalau salah satu keluarga Harristian ada di Las Vegas.” Sebastian sedikit tertegun lalu mengangguk.“Venus Harristian sudah kembali pada Dion Juliandra. Mereka pasti menggunakan fasilitas dari Wintrop untuk datang kemari. Aku rasa mereka
Cindy menatap kaku pada layar ponsel Ayu. Ayu tidak tahan mendengar pengakuan Cindy yang selama ini malah membayarkan pengobatan Melvin. Padahal seharusnya Melvin lah yang bertanggung jawab. Terlebih Melvin ternyata adalah pihak yang mengenalkan Cindy pada Sebastian. Emosi dan kekesalan Ayu makin memuncak.“Mbak ini ...?” Cindy menunjuk pada video hasil rekaman kamera tersembunyi di jaket saat dua anak buah Peter dan Dion datang ke apartemen Melvin dan Cindy.“Mas Dion dan Peter ngirim dua orang polisi ke sana, ke apartemen kamu. Ternyata pas Melvin buka pintu ada perempuan lain keluar dari kamar. Dan rekaman ini diperlihatkan sama Mas Dion ke Mbak,” ujar Ayu mengakui.Cindy terperangah lalu mengalihkan pandangannya kembali ke video tersebut. Matanya berkaca-kaca melihat perilaku Melvin di belakangnya. Ternyata wanita yang diakui sebagai perawat malah berselingkuh dengan Melvin.“Dia,” gumam Cindy pelan.“K
Jessica berhasil masuk ke kasino The Lotus yang merupakan salah satu yang terbesar di Las Vegas. Pusat judi dan hiburan itu adalah tempat yang bisa dikunjungi oleh wanita seperti Jessica. Namun kali ini ia tidak mencari kesenangan. Jessica sedang mencari suaminya Sebastian.“Cari dia!” perintah Jessica pada para pengawal yang ia bawa untuk mengekori Sebastian. Sebastian sudah naik ke lantai 10 untuk bertemu dengan pemilik kasino tersebut. Sedangkan Jessica kehilangan jejak Sebastian di dalam bangunan kasino dan yang juga disatukan dengan klub malam tersebut.Sebastian keluar dari lift bersama Lefrant diikuti oleh dua orang pengawalnya. Lefrant mengangguk pada dua anak buahnya untuk menyebar dan melihat keadaan. Mereka mengangguk lalu berjalan lebih dulu dari Sebastian. Tujuannya adalah untuk membersihkan jalan.Pintu di buka oleh salah satu anak buah Sebastian yang akan berjaga di luar. di dalam seorang pria paruh baya akan menemuinya.“Selamat datang, namaku Juan Del Luca.” Juan meng
Juan mengeraskan rahangnya kala mendengar pengakuan Dion soal Sebastian. Ia mengernyitkan keningnya dan diam.“Uncle Juan, biar aku yang menyelesaikannya. Aku akan datang ke sana, suruh dia menungguku.” Dion berbicara lagi setelah Juan tidak mengucapkan apa pun.“Untuk apa dia mencarimu?” tanya Juan dengan nada dingin.“Dia mencari sepupuku, Cindy. Aku tidak mungkin menceritakan semuanya di sini. Aku akan ke sana segera.” Juan mengangguk pelan lalu menundukkan kepalanya. Ia menelan pelan sebelum menutup pembicaraan di telepon dengan Dion. Sejenak Juan hanya berdiri saja berpikir tentang tindakannya. Ia baru berbalik setelah beberapa saat. Raut wajahnya masih dingin kala menghadapi Sebastian.“Dion akan datang kemari. Kalian bisa menunggu di luar,” ujar Juan singkat. Wajahnya masih datar dan dingin. Sebastian tidak langsung mengangguk. Ia ikut berdiri masih terus menatap Juan yang kemudian membuang pandangannya ke arah lain.“Terima kasih, Tuan Del Luca. Kami akan menunggu di luar.” Se
Tanpa mau pulang ke apartemen mewahnya, Sebastian langsung menuju Moulson begitu ia sampai di Jakarta. Edward sudah menunggu di depan koridor dekat lift. Begitu ia melihat Sebastian, Edward langsung menghampiri.“Pak?”“Mana Cindy?”Sebastian berhenti di depan Edward yang menggeleng dengan wajah tanpa senyuman. Ia melepaskan napas panjang lalu berjalan melewati Edward. Lefrant juga mengikuti Edward yang berjalan setelah Sebastian. mereka sama-sama menuju ruang sekretaris. Tidak ada siapa pun begitu Sebastian masuk. Ia hanya menemukan sepucuk surat dalam amplop di atas meja kerja.Sebastian mengambil surat tersebut lalu membukanya. Wajahnya tampak tegang lalu rahangnya mengeras kala membaca isinya. Sebastian lalu menoleh pada Edward yang ikut masuk.“Kapan dia datang?”“Satu jam yang lalu. Dia langsung pergi setelah memberikan surat itu.” Edward menjawab. Sebastian melepaskan napas berat lalu mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi nomor Cindi sekali lagi tapi seperti sebelumnya, i
Peter tersenyum kecil melihat Cindy mau duduk dan bicara dengannya. Perjalanan ke Jakarta masih panjang dan Cindy akan kembali pada kehidupannya.“Apa kamu mau makan?” Peter menawarkan sekaligus berbasa-basi. Cindy menggelengkan kepalanya.“Gak, Mas. aku sudah makan.” Peter mengangguk lagi dengan sikap kaku serta saling mengaitkan jemari. Ia tidak tahu harus membicarakan topik apa. sampai Cindy kemudian bicara lebih dulu.“Maafkan aku, Mas.” Peter sedikit terkesiap lalu menoleh pada Cindy. Matanya masih menatap Cindy yang diam melakukan hal yang sama.“Aku sudah membuat kamu terluka dan patah hati. gak seharusnya aku meninggalkan kamu.” Peter semakin tertegun. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan saat itu Jasman sedang menatapnya tajam. Jasman tidak bisa mendengar pembicaraan yang terjadi tapi ia tahu jika Peter tidak akan pernah menolak sedikit pun sebuah kesempatan. Peter masih diam tak menjawab. Cindy pun menundukkan pandangannya dan fokus menatap salah satu sudut di depanny
Sepanjang perjalanan panjang menuju Jakarta, Sebastian hanya diam saja. Tidak seperti saat pertama pergi, kali ini Sebastian duduk sendirian. Tiada kehangatan pengantin baru yang pantas dirasakan Sebastian bersama Cindy. Ia bahkan tidak bisa melakukan pernikahan yang sudah direncanakannya dari semenjak di Indonesia.“Pak, sudah waktunya kita transit.” Lefrant memberitahukan pada Sebastian yang masih melamun. Sebastian hanya mengangguk kecil lalu menatap lagi ke arah luar. ia tidak menikmati perjalanan panjang yang sangat melelahkan hati.Sedangkan Lefrant menatap murung pada keadaan Sebastian yang tidak bergerak dari kursinya semenjak beberapa jam lalu. Ia terlihat sangat sedih dan Lefrant tidak tahu harus berbuat seperti apa. ia bahkan tidak tahu caranya bicara pada Sebastian.Lefrant pun membuka room chat dengan Edward di Jakarta. Lefrant sudah menceritakan semuanya. Edward yang sedang mengurus urusan pekerjaan milik Sebastian di Jakarta terpaksa sedikit membagi waktunya untuk memat
Cindy tersenyum saat melihat sosok Kalendra dan Dallas yang sudah lama sekali tidak dilihatnya. Meski tidak bisa mengingat seluruhnya, tetapi Cindy merasa bahagia bertemu kembali dengan dua ponakan yang dulu sempat ia asuh, terutama Dallas.“Aunty pergi ke mana? Aku tidak pernah melihat Aunty lagi,” ujar Kalendra usai melepaskan sedikit pelukannya dari Cindy. Cindy tersenyum lalu membelai pipi Kalendra.“Aunty sedang bersekolah.” Kalendra tersenyum lalu mengangguk. Dallas yang mendekat juga dipeluk Cindy. Cindy bahkan mencium kepala Dallas beberapa kali.“Kamu sudah gede banget!” ucap Cindy dalam bahasa Indonesia. Dallas menyengir.“Aunty bisa bahasa Indonesia?” pekik Dallas menyengir lebar.“Bisa dong, Aunty Cindy kan adik Papa. Tentu saja dia bisa bahasa Indonesia.” Dion menyela dengan senyuman pada Dallas. Dallas kembali memeluk Cindy. Kalendra dan Dallas melepaskan kerinduan mereka pada bibi yang sudah sangat lama tidak mereka temui. Bahkan Dallas sampai melupakan wajah Cindy.Dio
Micheal Arson kini tidak mau lagi kompromi dengan Sebastian soal pernikahannya. Jessica langsung mengadu pada mertuanya itu meminta pertanggung jawabannya. Ia tidak suka jika Sebastian berselingkuh dengan wanita lain sekalipun, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang sesungguhnya.Michael langsung menelepon Sebastian memaksanya untuk segera kembali ke New York. Sebastian yang sedang berada di kamar, rasanya ingin membanting ponsel sekali lagi. ia bahkan belum tidur sama sekali.“Jangan bikin Papa menyeret kamu kemari. Kalau kamu tidak datang, Papa akan benar-benar melakukannya!” Michael mengancam lewat sambungan telepon itu. Sebastian menggeram kesal lalu mematikan panggilan itu begitu saja. Ia sudah tidak lagi memiliki rasa hormat pada ayahnya itu.Sebastian kembali mengurut keningnya. Ia buntu, tak bisa berpikir dengan baik. Tak lama, Lefrant masuk ke kamarnya. Ia baru saja menemui Dion menyerahkan surat-surat milik Cindy.“Kamu dari mana?” hardik Sebastian begitu melihat pengaca
Dion masuk ke kamar Cindy setelah pagi hari. Cindy masih berbaring tengkurap dengan sisa air mata yang mulai mengering di sudut matanya. Dion membiarkan Cindy sendirian semalam agar ia bisa tenang. Pagi ini, mereka akan bicara. perlahan, Dion duduk di sisi ranjang lalu membelai kepala Cindy dengan lembut. mata Cindy pun terbuka perlahan pada Dion yang sedang tersenyum padanya.“Pagi,” sapa Dion dengan senyumannya. Cindy hanya diam dan perlahan bangun. Setelah duduk, Cindy menundukkan wajahnya. Ia tampak kusut karena menangis semalaman. Bahkan pakaiannya belum diganti sama sekali.“Sekarang lebih baik kamu mandi, Mbakmu sudah siapkan air hangat di bathtub. Kamu bisa berendam dan lebih relaks. Setelah segeran, nanti kita sarapan. Setelah itu kamu mau bicara apa pun terserah.” Cindy masih diam menatap Dion yang kemudian mengangguk pelan. Dion pun berdiri hendak keluar kamar. Tangan Cindy tiba-tiba memegang lengannya.“Mas, maafkan aku.” Cindy melirih pelan. Dion melepaskan napas sedikit
“Cindy, Cindy tunggu dulu! Kamu harus mendengar penjelasanku dulu. Hubungan aku dan dia gak seperti yang kamu pikirkan!” pungkas Sebastian membuka jelas masalah yang terjadi. Ia berusaha keras membuat Cindy tidak pergi sama sekali meski sulit. Sebastian tidak mau menyerah. Ia menarik tangan Cindy sebelum ia pergi bersama Dion.“Sudah cukup, Mas. Aku mau pergi!” Cindy membalas dengan menolak Sebastian di depan Dion. Dion belum bicara tapi setidaknya ia sudah mengetahui yang terjadi.“Cindy, kamu gak bisa pergi begitu saja. Kita sudah menikah!”“Gak, aku bukan istri kamu. Bukan aku, tapi perempuan tadi!” sahut Cindy dengan nada tinggi. Seketika Dion membesarkan matanya. Ia mendelik pada Sebastian yang tidak peduli dengan ekspresi kesal Dion. Ternyata Sebastian sudah memiliki istri selain Cindy. Meski masih harus dikonfirmasi tapi hal itulah yang terjadi.Sebastian tidak peduli dan menarik tangan Cindy. Ia panik karena Cindy akan meninggalkannya. Dion yang melihat tidak membiarkan hal te
“Bagaimana dia bisa berubah seperti itu? Aku gak habis pikir!” pungkas Sebastian begitu ia masuk kamar. Sebastian langsung meluapkan rasa kesal dan marahnya pada sikap Cindy pada Lefrant. Lefrant yang mengikuti di belakang menghela napas panjang.“Aku rasa jika Jessica tidak datang, ini tidak akan terjadi.” Lefrant berujar. Sebastian memutar ke belakang dengan pandangan dingin tidak suka meski yang diucapkan Lefrant adalah kenyataan.“Lef, aku gak mau lagi berurusan dengan Jessica!” Sebastian menggeram kesal. Lefrant menggelengkan kepalanya.“Gak bisa. Gak bisa sekarang ....”“Sampai kapan aku baru bisa menceraikan dia? dia sudah membuat semua rencanaku hancur. Sekarang Cindy sudah tahu kalau aku menikah dengan Jessica. Dia pasti gak mau kembali sama aku!” sahut Sebastian dengan suara meninggi penuh kekesalan. Ia menyugar rambutnya dengan gusar lalu melepaskan napas panjang dan meremas rambut. “Aku tahu sekarang posisi kita terjepit ....” Sebastian langsung menunjuk pada Lefrant.“J
“Sayang, tunggu!” Sebastian berhasil menangkap Cindy di depan lift sebelum ia masuk. Cindy tidak mau melihat ke arah Sebastian dan berusaha melepaskan dirinya. Sebastian tidak menyerah. Ia terus memohon bahkan saat beberapa tamu melihatnya.“Dengerin aku dulu, tolong. Dengerin dulu!”“Untuk apa, Mas? kamu sudah terbukti menipuku!” hardik Cindy sembari menangis. Sebastian menggelengkan kepalanya dan mulai kesal.“Ya kamu harusnya gak langsung percaya sama omongan dia!” balas Sebastian meninggikan suaranya.“Tapi dia istri kamu kan?” Sebastian mencebik kesal dan berkacak pinggang. Cindy menoleh dan melihat Lefrant baru datang. Ia langsung berjalan cepat ke arah Lefrant. Entah kenapa dia malah meminta bantuan Lefrant.“Tolong, Pak. Tolong saya!”Kening Lefrant seketika mengernyit. Ia melihat pada Sebastian yang malah kebingungan. Untuk apa Cindy sampai datang pada Lefrant.“Nona?”“Tolong, Pak. Saya gak mau berada di sini.” Cindy jadi makin menangis sesengukan. Sebastian tidak menyukai a