"Itu Bang, nganterin nasi uduk. Kalau gitu gue balik." Gio berlalu, diangguki oleh Marvel.
"Makasih nasi uduknya," ucap Grace sedikit agak keras. Gio berbalik, mengangguk dengan senyuman yang di balas dengusan tak suka oleh Marvel."Masuk," ucap Marvel datar dan tegas sambil membuka pintu tanpa melepaskan rangkulannya. Setibanya di dalam, Marvel bahkan masih saja merangkul pinggangnya, Grace menekuk wajah."Kak, aku mau naruh ini," ucap Grace sambil menunjukkan piring nasi uduknya."Ya taruh," jawab laki-laki itu cuek.Grace menghela napas, "tangan Kakak awas dulu." Baru setelah Grace mengatakan hal itu Bara melepas rangkulannya.Laki-laki itu melenggang pergi ke lantai atas dengan wajah datar yang begitu kentara. Grace mengerutkan kening, perasaan dia tak melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa Marvel terlihat kesal. Apapun alasan Marvel kesal, semoga Grace tak terkena imbas dengan berakhir di mutilasi Marvel."Saya mau mandi, siapin baju saya," u"Masuk angin sembilan bulan itu maksudnya gimana, ya?" cicit Grace hampir tak terdengar.Mendengar pertanyaan polos Grace membuat Marvel langsung kembali membuka matanya. Padahal dulu dia pernah merasakan beberapa kali, tapi kenapa pikirannya kembali polos. Dia pura-pura poloskah? Bibirnya berkedut, ini istrinya yang memang terlalu polos atau otaknya yang bermasalah, sih? Bisa-bisanya ia berfikiran bahwa otak Grace bermasalah. Sedangkan perempuan itu saat masih kuliah selalu bisa menembus IPK 4 di kelas. Marvel mengeratkan pelukannya, membuat Grace merasa sedikit sesak dan sulit menelan air liurnya."Hamil," jawab Marvel berbisik tepat di telinga Grace.Grace melotot, bulu kuduknya berdiri, antara kaget mendengar arti dari masuk angin sembilan bulan dan juga sensasi napas Marvel yang membelai daun telinganya."Kamu sudah siap hamil anak saya lagi?" tanya Marvel dengan suararendahnya.Ha-hamil lagi?Grace spontan langsung menggeleng, ini jujur dari
Bagaimanapun, Marvel suaminya, imamnya, dan keputusan laki-laki itu haruslah Grace turuti jika memang baik untuknya."Gue yakin sih nggak boleh, aa-masa gue sendiri." Xella cemberut dengan bibir bawah maju beberapa senti.Grace terkekeh, "kan temen-temen yang lain banyak, nggak bakal sendirilah aku yakin. Lagian kamu temennya banyak."Xella dan Grace itu dua pribadi yang bertolak belakang, jika Grace adalah perempuan kalem yang sedikit tertutup dan sulit mencari teman. Maka Xella adalah perempuan petakilan dan cerewet yang pintar sekali bergaul dan membuat orang nyaman berbincang dengannya."Tapi tetep nggak seru kalo nggak ada lo," rajuk Xella seperti anak kecil. Selain cerewet dan petakilan, Xella juga manja dan kadangkekanak-kanakan.Ceklek!"Eh, Kak Marvel udah selesai mandi. Udah dulu ya," ucap Grace berbisik.Perempuan itu langsung mematikan sambungan video call mereka dan menaruh ponselnya."Mau mandi?" tawar Marvel sambil berjala
"Maaf ya, karena kecerobohan saya dan suami yang membiarkan Martin main motor sendiri jadi bikin kamu sampai seperti ini. Kami minta maaf sekali," ucap lbu Martin sambil memandang penuh sesal ke arah Grace dan Marvel bergantian."Nggak papa, lain kali Martin-nya lebih diawasin aja. Takutnya ada Grace kedua, Jadi Martin, jangan bawa motor sendiri lagi kalau belum terlalu bisa," ucap Marvel yang langsung diangguki cepat oleh Martin."Gimana kakinya Grace?" tanya Ayah Martin."Udah mendingan kok Pak, nggak usah khawatir." Grace tersenyum hangat, tak ingin kedua orang tua Martin terlalu merasa bersalah dan khawatir.Kedua keluarga itu kembali berbincang kecil, yang awalnya hanya tentang kecelakaan Grace kini merambat hingga ke mana-mana. Bahkan Marvel dan Pak Burhan-Ayah Martin sudah sibuk berbincang mengenai dunia perbisnisan. Dan Grace bersama lbu Martha, mereka sibuk berbincang soal urusan ibu-ibu rumah tangga."Kami pamit dulu ya, udah malem banget, nggak
"Ya ... gimana? Udah masuk dalam perut saya, itu 'kan ada," tunjuk Marvel pada toples kue Grace yang hampir penuh."Beda Kak," ucap Grace frustasi. Gagal sudah acara pamernya bisa membuat kue."Sama kok," ucap Marvel kekeh.Grace merengut makin jadi, "is, tahu ah. Sebel." Grace melenggang pergi dengan toples kue yang sudah ia peluk. Marvel hanya mampu terdiam, kenapa Grace jadi sensi sekali? la 'kan mana tahu kalau kue itu akan Grace foto.***Grace masih saja kesal dengan Marvel, sedari pagi sampai sore hari begini masih saja Marvel mendapatkan muka masam Grace yang jelas ditujukan untuknya. So ... bisa beritahu Marvel bagaimana cara membuat perempuan berhenti merajuk? Marvel menghampiri Grace yang sedang sibuk mengecek tanaman sayur-sayuran di belakang rumah. Perempuan itu terlihat tengah mengamati pertumbuhan bayam dengan seksama, ia juga membuang beberapa rumput liar kecil yang entah bagaiman bisa tumbuh di sana."Mau jalan-jalan?" tanya Marvel samb
Meong!Tik! Tok! Tik! Tok!Suara-suara yang seperti saling bersahutan membuat bulu kuduk Grace meremang, ia mencari-cari keberadaan ponselnya dengan jantung yang sudah jedag jedug tak karuan. Dan sialnya lagi, ia malah mengingat kejadian saat ia dan Marvel pulang jalan-jalan. Motor milik Marvel melaju di tengah keramaian ibu kota, Grace yang sudah di balut jaket pada tubuhnya tetap memeluk Marvel guna menyalurkan kehangatan pada lelaki itu yang kini hanya mengenakan dalamannya saja."Kak, stop! Aku mau beli bakso sama sosis bakar!" ucap Grace setengah berteriak sambil menegakkan kepalanya yang tadi bersandar pada bahu Marvel.Mata bulatnya menatap berbinar pada salah satu gerobak yang mengepulkan asap dan di kerumuni beberapa orang."Mana?" tanya Marvel sambil menolehkan kepalanya sedikit ke arahGrace."Tuh!" Grace menunjuk dengan tangannya ke arah kiri jalan.Marvel langsung saja membelokkan motornya setelah memastikan tak ada kendaraan terd
"Maaf Kak, aku masih belum siap untuk hal itu," ujar Grace lirih dengan raut bersalahnya.Marvel mengangkat kepalanya dari ceruk leher Grace, menatap istrinya yang kini menatapnya bersalah."Hey, it,s ok. Mukanya jangan gini." Tangan Marvel mengusap lembut pipi berisi istrinya."Saya nggak papa, kalau kamu memang belum siap nggak masalah. Saya siap nunggu, sampai kapanpun itu," ujar Marvel serius, tatapannya begitu teduh dan lembut.Hal ini memang sudah pernah mereka bicarakan dari jauh hari, dan Marvel memang sudah pernah bilang, bahwa laki-laki itu tak masalah jika Grace belum siap untuk hamil. Marvel bilang siap menunggu, ia juga bilang ingin menikmati masa-masa berdua bersama Grace, Marvel ingin lagi lebih dekat dan terikat kepada Grace. Raut wajah Grace berubah suram ketika mengingat hal itu, ia jadi merasa bersalah kepada Marvel. Laki-laki itu pasti menginginkan keturunan, bagaimanpun, dalam sebuah pernikahan pasti dari kedua belah pihak atau salah satunya
"Duduk di mana kita?" tanya Grace sambil celingukan sana-sini, mencari bangku kosong yang bisa ia dan Xella tempati."Situ aja yuk, sekalian mojok," tunjuk Xella pada bangku kosong yang terletak di pojok"Mojok aja sana sendiri," cibir Grace, namun tak ayal juga melangkah ke arah bangku tersebut. Xella mencibir dari belakang.30 menit kemudian mereka sudah selesai melahap habis pesanan mereka, Xella paling rakus, karena perempuan itu memesan sampai dua menu makanan. Grace tidak, ia masih kenyang karena tadi sempat makan di kantin."Kenyang banget ..." Xella langsung menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, mengusap perutnya yang sedikit membuncit dengan pelan.Grace mendengkus, "rakus," ucapnya tanpa beban, sudah terbiasa saling mengatai satu sama lain.Tangan Grace beralih mengobrak-abrik isi tasnya, mengambil sesuatu dari dalam sana."Nih, hadiah dari aku." Tangan Grace terulur memberikan sebuah kotak kecil berwarna mint ke arah Xella.
"Tapi ini nggak gratis," bisik Marvel di telinga Grace.Grace sempat merinding, ia langsung mengurai pelukan tapi tidak bisa karena Marvel menahan pinggangnya. Akhirnya, Grace hanya mendongak menatap Marvel yang juga menatapnya."Ish, masa gitu." Grace mencebik protes, Marvel gemas hingga ia dengan cepat mendaratkan satu kecupan ringan di bibir Grace."Kakak, ih ..." Grace makin mencebik karena Marvel bukan hanya sekali mengecupi nya, tapi berkali-kali."Kenapa, hum?"'Malah dia yang nanya kenapa?!' sewot Grace dalam hati."Masa nggak gratis?" tanya Grace sebal sendiri."Ya iya, kamu harus kasih saya sesuatu dulu," ucap Marvel sambil mengelus surai halus Grace."Apa?" tanya Grace dengan mata bulatnya.Marvel mendekatkan wajahnya pada wajah Nara, laki-laki itu berbisik tepat di hadapan bibir Grace."Kamu."Grace lola sebentar, lalu setelahnya langsung menjerit kaget ketika Marvel menggendongnya seperti koala."Kakak," cicit
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg