Hingga pada akhirnya Marvel pun merasakan bagian inti gadisnya itu yang sudah basah oleh kelakuannya.
"Ini kenap basah?" tanya Marvel menggoda gadis itu dan dia menggerakkan jemarinya sehingga tangannya itu dihimpit oleh kedua paha Grace karena dia kegelian."Call me daddy, Bae."Marvel kemudian menyatukan birai mereka sambil terus menggoda inti tubuh gadis itu dan juga dia sedikit memijat lembut dada Grace. Pria itu membuat gadisnya terus mendesah, sehingga membangkitkan kobaran api yang ada di dalam dirinya. Lalu kini ciuman Marvel kembali turun ke bahu yang tidak mengenakan apa-apa lagi. Terasa dingin, karena pendingin ruangan dari kamar mandi mereka yang tidak tertutup ini masuk dengan leluasanya."Apa boleh aku menyentuhnya kali ini?" tanya Marvel dengan tatapannya yang penuh dengan hasrat.Merasa jawaban Grace yang lama itu, akhirnya pria itu mengangkat pinggung gadis itu dan membuka pakaian dalam yang masih tersisa itu hingga gadis itu benar-benar ditLin dan Javier pun menatap ke arah sang sutradara yang duduk di peraduannya dan mereka bertepuk tangan. Hanya satu menit mereka menghapal naskah sudah membuat sang sutradara semakin yakin bahwa nanti syuting mereka akan berjalan lancar."Baiklah, kita akan mulai syuting 5 hari lagi. Persiapkan diri kalian, jaga kesehatan, dan para kru nantinya akan menyiapkan seluruhnya. Good job," kata sutradara setelah casting mereka selesai.Mereka pun kini beristirahat dengan tempat dan makanan yang telah disediakan, Javier dan Lin makan bersama satu meja dengan manager dan sutradara sementara pemain yang lain duduk di tempat lain berombongan dengan mereka pula. Setelah acara makan selesai, Lin pulang ke rumah orang tuanya yang berjarak 500 meter dari rumahnya itu. Dia mendapat kabar bahwa Ashton Pagos sang ayahnya kini tengah sakit-sakitan. Sesampainya di rumah, dia langsung bergegas ke kamar orang tuanya di mana Seraphine tengah duduk di kursi samping ranjang Ashton yang tengah tertidur.
Mereka kembali menggibahi Grace di depan pelakunya tersebut dan kembali terdiam saat Yeager masuk ke kelas yang mereka tempati itu beriringan dengan teman-teman yang lain pun memasukinya dan mengambil tempat duduk masing-masing. Yeager memilih duduk di belakang Grace sementara Drafiox, di belakang Xella, Oxales di belakang Anggi dan beberapa temannya yang lain.Tak beberapa lama, datanglah guru dudi masuk. Mereka mengucapkan salam pertemuan pada sang dosen dan kembali dilanjutkan dengan les private. Sejak tadi, Olivia memandang tak suka ke arah Yeager yang memilih tempat duduk tepat di belakang Grace itu. Dirinya sangat dengki terhadap Grace, bagaimana bisa Grace meluluhkan hati seorang kapten basket di kampusnya dan famaous wanted pula di kampusnya. Sementara Grace hanya bisa melihat ke papan tulis di mana seorang dosen pria itu tengah menjelaskan materi yang akan mereka bahas.Yeager yang duduk di belakang Grace itu hanya bisa tersenyum kecil karena dia berkesempatan unt
Kedua kakinya seketika terasa seperti jelly. Lin pun mengambil map tersebut dan membukanya.SURAT PERNYATAAN CERAIYang bertanda tangan di bawah ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:Pihak INama: Marvel Zeroun Montefalco TremontUmur: 35 tahunPekerjaan: Pemilik Hotel, Model, Publik FigurAlamat:-Dalam hal ini disebut Pihak I yang meminta cerai.Pihak IINama: Lin Reganne AlceriahUmur: 36 tahunPekerjaan: Modelling, AktrisAlamat:-Dalam hal ini disebut Pihak II yang memberi cerai.Pada hari ini Selasa, 18 Oktober 2021, kami menyatakan yang sebenar-benarnya, di hadapan para saksi-saksi bahwa kami telah bersepakat untuk berpisah dalam menjalani hidup berumah tangga, berdasarkan kemauan kami berdua tanpa ada unsur pemaksaan dari pihak manapun.Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani.Marvel Zeroun Montefalco Tre
"Cium dulu."Grace pun dengan segera menghadapkan wajah Marvel yang menghadap ke depan itu menjadi ke arahnya dengan mengulurkan kedua tangannya. Marvel tersenyum menatap wajah cantik Grace yang ada di depan matanya itu. Perlahan gadis itu mendekatkan wajahnya dan Marvel pun menutup matanya.Cup!Grace menciumi wajah pria itu di bagian pipi sebelah kanan.Cup!Grace kembali mencium di pipi sebelah kiri pria itu.Cup.Ciumannya kini mendarat di kening pria itu yang sedikit terlihat. Karena style Marvel pagi ini dia sedikit menutupi poninya dengan rambut hitamnya itu."Sudah.""Belum Sayang."Grace mengembuskan napasnya lalu dia kembali menatap Marvel yang masih saja mengganggu waktunya uang ingin keluar dari mobil pria tampan itu."Di sini belum."Marvel menunjuk bibir plumnya itu. Lihatlah, bahkan Grace tadi sempat mencium wajahnya beberapa kali agar Marvel tidak menujuk pada area bibir pria itu dan kini malah terjadi. Marv
Naveen pun kini berdiri dari duduknya. Kedua tangannya di sisi tubuhnya itu terkepal. Dia berjalan mendekati Marvel, ingin menghabisi wajah tampan pria itu sekarang juga karena apa yang dikatakan Marvel di matanya itu adalah tidak benar. Marvel pasti mengada-ngada dan itu adalah pancingannya agar mereka memutuskan agar Marvel sesegera mungkin bercerai dengan Lin sekarang juga."Apa yang kau katakan itu bohong 'kan?" sungut Naveen yang kini sudah menarik kerah baju milik Marvel.Seraphine, Claire kini mulai melerai Naveen yang sudah siap untuk memberikan hadiah pada pria itu sekarang juga."Sudah Naveen, hentikan!" pekik Seraphine seraya menjauhkan mereka berdua dan akhirnya genggaman Naveen itu terlepas.Sekuat tenaga Claire dan Seraphine memisahkan mereka berdua. Retirado hanya bisa menundukkan kepalanya. Jadi, ini maksud selama ini dari Marvel. Cara pria itu memandang isterinya sendiri dan sekarang dia sudah tahu sifat asli Marvel. Retirado bukan tidak ingin me
Lalu beberapa orang satpam di rumahnya kini membukakan pintu pagar untuk mobilnya agar bisa masuk ke dalam dan Marvel tak lupa mengucapkan terima kasih pada satpamnya itu sambil menjalankan mobilnya memasuki garasi mobil di rumahnya. Setelah Marvel mematikan mesin mobilnya, dirinya kini memanggil Grace sambil melepaskan sabuk pengaman di mobilnya itu. Merasa terabaikan, akhirnya Marvel menatap ke arah gadisnya itu yang ternyata sudah tertidur dengan pulas."Huh, mungkin aja dia kecapean," gumam Marvel lalu dia keluar dari mobil dan mengangkat tubuh mungil Grace memasuki rumahnya yang megah itu."Non Grace kenapa, Tuan?" tanya salah satu maid cantik saat dia membukakan pintu untuk sang majikannya."Cuman lelah," kata Marvel lalu kembali melangkahkan tungkai kakinya menuju lift untuk dapat menuju ke lantai atas di mana kamar dia terletak.Ting!Setelah mendengar pintu lift terbuka, Marvel kini membukakan pintu untuk dirinya dengan menggunakan retina mata dan p
Grace yang baru saja selesai melakukan ritual mandinya saat dia pulang ke pantai bersama Marvel itu, kini dia mengeringkan rambutnya dengan handuk setelah rambut itu dia beri kondisioner saat di dalam kamar mandi. Dia juga menghidupkan hairdryer yang sudah dicolokkan itu dan mengeringkan pada rambutnya. Tak beberapa lama, Marvel masuk ke dalam kamarnya saat Grace tengah mengeringkan rambutnya itu sambil duduk di depan meja rias. Marvel tersenyum melihat Grace yang baru saja selesai mandi, dirinya berjalan mendekati gadisnya itu yang masih mengenakan kimono berwarna pink dan aroma harum dari tubuh gadis itu benar-benar semerbak saat dia sudah di depan tubuh Grace yang tengah duduk.Grace menatap sekilas Marvel yang tengah melemparkan senyum misterius padanya, tetapi Grace hanya bersikap acuh tak acuh padanya. Lagi pula, kini dirinya tengah sibuk dengan urusan tubuhnya sendiri."Mandi Dad.""Kamu mandi tadi, kok gak ajak-ajak Daddy, sih?"Grace seketika tersenyum g
Setelah selesai memasak, Grace terlebih dahulu menutup masakannya dengan penutup panci yang lebih besar dari piring itu sehingga menutupi seluruh piringnya. Dia bergegas menuju lift untuk ke kamar Marvel guna menyuruh pria itu untuk memakan menu makan malam yang dia buat. Sudah jam 7 malam sekarang, itu artinya sudah jam makan malam."Dad!" panggil Grace saat dia di depan pintu kamar Marvel yang tertutup.Dia memutar kenop pintu itu lalu terlihat Marvel tengah mengeringkan rambutnya dengan alat hairdryer itu dan juga setelan baju kaos oblong dengan celana training hitam garis putih."Makan malamnya udah siap," kata Grace lagi."Sebentar Sayang," ujar Marvel seraya mematikan hairdryer itu lalu mencabut colokannya.Dia melangkahkan kakinya mendekati Grace lalu merangkul gadis itu agar mereka berdua turun ke lantai bawah. Di sana, Grace menyiapkan Marvel sepiring nasi dan membuka menu makanan yang dia buat itu. Masih hangat, tetapi sudah bisa dimakan. Baunya ju
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg