la sudah kehilangan kesempatan untuk bertemu orang tuanya lagi. Kerinduannya yang luar biasa itu pasti berujung pada kesepian yang mendalam. Meskipun sangat-sangat menyebalkan, kalau sudah begini, Grace terlihat seperti manusia paling menyedihkan yang pernah Yvan kenal.
"Sekarang ke makam Kalan, yuk. Keburu siang, nanti panas," ajak Grace seraya berjalan lebih dulu menuju makam Kalan, sementara Yvan mengekorinya dari belakang sambil membawa wadah berisi bunga tabur."Grace, kok ada buket bunga?" Yvan bertanya heran begitu melihat sebuah buket bunga mawar putih yang tampak masih lumayan segar. la kemudian ikut duduk berjongkok di samping Grace sambil memungut dedaunan kering yang ada di makam Kalan."Itu pasti dari Marvel," jawab Grace, sontak membuat Yvan tertegun."Kamu tahu dari mana?" tanya Yvan, lagi."Hampir setiap hari Marvel menjenguk makam Kalan. la selalu datang dengan membawa buket mawar putih, kesukaannya Kalan juga," jelas Grace, "putik maw"Nah, mending kamu ikut grup qasidah nyanyi-nyanyi beginian deh daripada nonton bokep." Grace menjentikkan jarinya, merasa bidang tersebut sangat pas untuk Yvan geluti.Dengan suara Yvan yang serak, sumbang, seret, fals dan cempreng itu akan menciptakan harmoni luar biasa yang bisa menyebabkan gendang telinga pecah, telinga bernanah dan tuli permanen. Cocok sekali buat orang-orang yang sudah lelah mendengar omongan buruk orang lain, sebab Yvan akan membuat mereka tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Wow, bakat yang menakjubkan."Oke, kalau gitu! Aku bakal cari agensi yang siap mendebutkanku sebagai member qasidah. Aku rela kok jadi trainee bertahun-tahun biar nanti pas aku udah jadi idol qasidah, aku bisa nyanyiin kamu tiap hari." Yvan tampak sumringah."Lelaki kardus-lelaki karpet- lelaki kencrot- lelak-"Grace buru-buru menyumpal mulut Yvan dengan pinggiran pizza."Hehehe, kalau mau jadi trainee harus makan yang banyak," bohong Grace, ia hanya sayang gendang
"Tapi kepala aku udah panas banget rasanya, kayak mau meledak," bantah Grace seraya mendekatkan kepalanya ke hidung Yvan, "coba deh cium. Baunya udah kayak bau sangit knalpot racing kan?""Masak sih?" tanya Yvan selagi mengendus-ngendus kepala Grace."Perasaan bau stroberi, deh.""Wah, hidung kamu kayaknya tidak beres. Jangan-jangan Covid?!""Anjing kamu!"***"Ada yang mau bantu Mama masak buat makan malam?" Ryvanoh terlihat mengintip dari balik dinding, menginterupsi Yvan dan Grace yang sedang asik menggosipkan guru pengawas ujian mereka tadi pagi."Mama mau masak apa?" tanya Yvan memberi atensi."Mmm ... Mama di kulkas ada banyak sayur, hari ini cuacanya juga agak dingin. Bagaimana kalau sayur sop? Kalian mau?" tawar Martha, sementara Yvan dan Grace yang mendengar itu langsung mengangguk penuh semangat, kemudian mereka bertiga secara bersama-sama pergi menuju dapur."Yvan, kamu mending diam saja deh. Duduk di situ sambil bantu doa." Gr
Namun, saat masih setengah jalan, Yvan tiba-tiba merasa matanya gatal, dan dengan bodohnya ia malahmengucek-ngucek matanya tanpa sadar."Ce, mataku kok kayak pedes-pedes gitu, ya?" tanya Yvan sambil mengedipkan matanya beberapa kali."Kok bisa?" Grace yang terlihat sedang memotong tomat langsung mengalihkan perhatian."Ini ... tadi mata aku gatel, terus aku kucek, tapi kok malah pedes begin-""GUOOBLOKKK!!!" maki Grace dongkol.Gadis itu lantas bergegas mengambil air dingin dari dalam kulkas, lalu menarik Yvan menuju wastafel."Cuci matanya pakai air dingin," cetus Grace sembari menyodorkan botol berisi air es tersebut.Karena panik dan matanya terasa semakin pedas, Yvan pun buru-buru mengguyur matanya dengan air dingin tersebut."Dingin, anjing!""Namanya juga baru keluar dari kulkas," tegas Grace, lalu menahan tangan Yvan yang hendak menyeka air di matanya, "kamu belum cuci tangan, nanti pedes lagi matanya."Lalu Grace pun
"Jangan ghibahi Kak Yvan, nanti pant*tnya kedutan," imbuh laki-laki itu setelah berhasil mengontrol emosi. Ryvanoh dan Grace saling menyirobokkan pandangan, sama-sama bingung dengan tingkah Yvan barusan.Biasanya Yvan yang paling bersemangat kalau diajak ghibah waktu makan, tapi kenapa tiba-tiba bilang pamali? Apakah itu termasuk bentuk dari kecemburuan?***"Kau langsung istirahat saja, Marvel," titah Carro begitu mereka memasuki kamar hotel."Aku ingin bersih-bersih dulu. Mandi. Tubuhku bau steril, aku jadi agak pusing," ujar Marvel berniat untuk melepas kancing kemejanya, namun Carro segera mencegah dengan berkata, "mandinya besok pagi saja, ini sudah sangat malam. Cukup ganti piyama yang nyaman.""Memangnya kau tidak risih dengan baunya?" tanya Marvel yang langsung direspon Carro dengan gelengan kepala."Aku sudah biasa." Carro menimpali."Sekarang lebih baik kau tidur. Pulihkan tenagamu, selama dua hari ke depan kau akan mengulangi hal yang sa
"Hai, Paman Carro!" sapa Grace begitu memasuki mobil, pria itu duduk di jok depan, sementara ia di belakang bersama Marvel."Wah, suaminya pulang kelihatannya langsung semangat," celetuk Carro sembari menoleh ke belakang, teringat bagaimana ekspresi lucu Grace yang tak rela melepaskan Marvel di bandara tempo hari, seakan tak mau jauh-jauh."Sudah, Pak. Silahkan jalan," titah Marvel setelah menutup pintu mobil."Baik, Tuan," sahut Pak Sopir diiringi anggukan kepala, lalu mengambil rute perjalanan menuju apartemen Carro untuk mengantarnya pulang terlebih dahulu. Marvel lalu menimbrung."Kalian lagi bahas apa?""Kepo!" Grace meledek, ia lantas menepuk-nepuk pundak Carro agar kembali menoleh ke arahnya."Paman, cewek Singapura apa cantik-cantik? Apa seksi-seksi? Apa semok-semok?""Kenapa tiba-tiba tanya begitu?" Carro heran.Alih-alih menanyakan bagaimana kabarnya, Grace justru nampak seperti sedang melakukan sesi interogasi sarat kecurigaan. Gr
Alih-alih segera menjawab rasa penasaran Grace, Marvel beralih menutup pintu kamar mandi, kemudian menguncinya, memastikan tidak ada siapa-siapa yang bisa masuk ke dalam sana selain mereka."Teman kantorku," jawab Marvel sambil tersenyum, tak terlihat sesuatu yang mencurigakan dari gerak-geriknya. Grace pun mengangguk paham, lalu perlahan mulai menghampiri Marvel yang masih stagnan di depan pintu. Tanpa bicara apa pun, ia kemudian memeluk tubuh Marvel, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria tersebut sambil berkata, "kangen kamu banyak-banyak.""Benarkah?" tanya Marvel memastikan, hatinya tiba-tiba menghangat."lya, beneran," sahut Grace, semakin mengeratkan pelukannya."Memang sebanyak apa kangennya?" Marvel membalas pelukan Grace, tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala gadisnya itu."Sebanyak satu dibagi nol," jawab Grace.Marvel mengerutkan dahinya."Berapa itu?""Tak terhingga," sahut Grace sembari meringis kagok."Siapa yang ngajar
"Aku suka semua yang kamu masak," jawab Marvel tanpa sedikitpun keraguan."Satu saja, yang paling Marvel suka, yang kalau makan itu bisa langsung ingat aku," desak Grace agar Marvel memberi jawaban yang lebih spesifik.Pria itu tampak menatap langit-langit kamar, sedang berpikir keras. Jujur saja, semua makanan yang Grace masak itu enak dan selalu meningkatkan nafsu makannya. Jadi, ini merupakan pilihan yang sulit."Yang mana?" tanya Grace lagi."Bubur yang kamu bikin waktu aku sakit," sahutnya setelah menimang-nimang pilihan."Rasanya enak sekali, mualku jadi reda setelah makan itu.""Oh, oke!" Grace akhirnya bisa bernapas lega, ia benar-benar bisa memulai aksinya besok pagi."Kenapa tiba-tiba tanya makanan favorit aku?" Kini, Marvel ganti bertanya."Tidak apa-apa sih, cuma kepo doang," balas Grace sambil meringis.Drrttt! Drttt!"Sebentar, Sayang." Marvel beranjak duduk dari pangkuan Grace setelah merasakan ponsel yang ada di sak
"Kamu lagi banyak pikiran ya?""Tidak kok. Aku orangnya woles," jawab Grace."Kalau begitu, gimana kalau kamu ke rumahku? Mama hari ini pulang ngantor agak Awal, nanti aku minta Mama bikinin jamu biar nyeri haidnya bisa cepat sembuh kayak yang dulu-dulu."Yvan memberi penawaran, tapi Grace langsung meresponnya dengan gelengan kepala."Tidak usah, Van," tolak Grace halus."Habis ujian aku mau langsung pulang, mau nyiapin makan siang Marvel."Yvan tiba-tiba mendengus kesal."Nyesel aku kalau kayak gini ceritanya.""Nyesel kenapa?" Grace tidak paham."Dari tadi aku ngawatirin kamu, mikirin kamu ... tapi kamunya malah mikirin orang lain. Anjing lah!"***"Apa siang ini Tuan sibuk?" tanya Rebelza begitu mereka keluar dari ruang meeting. Marvel yang berjalan di sampingnya kontan menggeleng."Tidak."Rebleza lantas melirik jam tangannya."Sebentar lagi jam istirahat. Tuan mau makan siang dengan saya?""Tiba-tiba sek
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg