Bruk!
Marvel membanting keras tubuh Grace di atas ranjang. Tatapannya menyala karena emosi, Marvel murka. Wajahnya tidak lagi lembut seperti tadi siang, kini tatapan Marvel seperti dulu, seperti saat dirinya murka karena Grace mengagung-agungkan teman pria masa dia SMA, Yeager."Marvel ..." Suara Grace berubah lirih, ketakutan, tubuhnya tidak berdaya di atas king size."Kenapa kamu masih menyebut namanya?" Marvel menggeram menahan marah."Aku ... gak ..." Grace berusaha menjelaskan, tapi Marvel kembali bersuara, masih sama penuh dengan luapan amarah."Kenapa di kepala kamu hanya ada dia?" Kini Marvel mulai naik ke tempat tidur, menindih tubuh mungil Grace.Grace menggeleng dalam tangis. Air mata sudah mengalir di kedua pipinya. Senyum miring Marvel tersungging."Kamu menangis Sayang?"Marvel membelai pipi Grace dengan lembut, menyapu air matanya. Tapi, tatapan pria itu tetap mengerikan bagai psyhcopat. Grace menangis, walaupun Grace berusaha mTing!Bersamaan dengan tangan Marvel yang masih mencengkeram erat kerah jas Stelan pintu lift terbuka lebar. Lalu Marvel melepas tangannya dari jas Stelan dan melangkah keluar dari dalam lift berdua dengan Stelan. Saat satu langkah keluar dari pintu lift, Stelan kembali bersuara."Bebaskan Nyonya Grace, Boss."Deg!Kalimat Stelan bagai hantaman palu yang sangat keras di hatinya. Menghantam sangat sakit. Seketika jantung Marvel berdetak sangat cepat secepat matanya yang langsung melirik tajam ke arah Stelan."Apa kau bilang?" cicit Marvel sangat marah.Marvel melangkah berdiri tepat di hadapan Stelan."Kau sadar yang kau ucapkan barusan, hah!?""Kau ingin aku membebaskan Grace, begitu!""Memutuskannya!'"Lalu membiarkan dia bersama masa lalunya begitu!"Stelan akhirnya menghela napas berat mendengar rentetan-rentetan kata Marvel yang berasumsi bodoh terhadap maksud ucapannya tadi."Boss maksud saya, biarkan Nyonya Grace kelu
"Aku yang menemukan Miu di taman bunga pagi tadi. Aku yang maksa Hollero untuk membolehkan aku melihara Miu. Jadi, kalo kamu marah sama aku aja," jelas Grace yang sudah berdiri tepat di samping Marvel."Sayang," gumam Marvel."Vel, ini 'kan cuma seekor anak kelinci!" Grace menyodorkan kelinci itu tepat di depan tubuh Marvel."Masa' kamu permasalahkan, sih?!"Marvel masih bersikap dingin tidak tersenyum sama sekali."Sayang, apa bagusnya kelinci itu?" tanya Marvel dengan sangat lembut."Kelinci ini imut Marvel! Lucu! Aku suka! Suka banget sama Miu!" Grace kembali mengelus kelinci itu di dalam dekapannya."Miu? Kamu menamainya Miu?" Wajah Marvel masih terlihat datar."Iya," jawab Grace cepat."Kamu menyukainya?" tanya Marvel lagi."Iya! Suka Miu! Suka banget!" seru Grace riang bahagia masih setia membelai bulu kelinci putihnya yang halus tanpa melihat ke arah Marvel.'Tapi, aku tidak.'***Pukul 23.18 WIB, di dalam kamar
"Kamu ingin pisah dariku begitu?"Tatapan Marvel menggelap membuat Grace ketakutan setengah mati. Dengan lantang dan tangan mengepal Grace."Iya!"Sekuat tenaga Grace mencoba melawan rasa takutnya pada Marvel. Wajah Marvel sekarang benar-benar seperti Iblis, mengerikan membuat Grace sangat takut."Baik!" ucap Marvel dengan wajah dinginnya."Keluarlah dari ruanganku kamu, kubebaskan.""Wh-what?"Grace kaget dengan ucapan Marel barusan. Semudah itukah dia melepaskan dirinya! Apa ini leluconnya? Tapi, daripada memikirkan itu lebih baik Grace segera angkat kaki dari ruang kerja pacarnya itu. Ini kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan.'Aku bebas! Akhirnya hari ini datang juga.'Senyum Grace mengembang selaras dengan tubuhnya yang tidak lagi menghadap ke arah Marvel. Jantung Grace bergemuruh. Dia terdiam membeku lalu kembali membalikkan badannya ke arah pria itu. Wajah Marvel tetap sama masih menggelap murka. Tatapan Grace sudah tampak rapu
"Aku bebas! Apa ini mimpi? Serius? Marvel bolehin aku keluar dari rumah ini?" Grace kegirangan sambil bermonolog sendiri."Hore!!!" Grace berlompat-lompat kesenangan di tempat tidurnya.Dia meraih ponsel kesayangannya dan mengecup benda itu berulang-ulang.Cup.Cup.Cup."Uh ... akhirnya bisa genggam ponsel ini lagi ...."Grace tanpa sabar membuka aplikasi WhatsApp-nya dan melihat betapa banyaknya pesan yang menumpuk. Hampir ribuan pesan."Ya ampun, banyak banget chatting yang masuk! Sumpah kalo di balas gak selesai sampai sebulan nih," keluh Grace.Tiba-tiba layanan video call masuk dan Grace langsung menggeser warna hijau di layar handphone-nya."Astaga Grace! Ke mana aja lu selama ini di hubungi gak bisa-bisa?! Nongol di kampus juga gak! Gila lu ya, susah banget gua nyari lu," cerocos teman kampusnya dulu yang bernama Xella."Lu tuh kek di culik tahu gak!? Ngilang sampe setengah tahun.""Sorry." Grace hanya bisa meringis
"Trust me." Stelan menekan katanya."Kau percaya padaku 'kan?"Mata biru Stelan melihat jelas bola mata biru Cani dan anggukkan sekali Cani membuat Stelan pergi keluar dari manssion tersebut. Dan kini, sayup-sayup percakapan mereka beberapa jam yang lalu masih terngiang di kepala Cani karena gadis itu masih setia menunggu Stelan. Berharap Stelan kembali dan menghilangkan segala ketakutan di hatinya."I’m fucked up!" Sekali lagi, umpatan kekesalan Marvel membuat Cani menoleh ke arahnya."This really makes me angry! Di saat seperti ini, Stelan juga menghilang!""Lihat saja mereka semua pasti aku habisi sampai mati," geram Marvel emosi.'Wait, what? menghabisi Stelan?' batin Cani takut."Sialan! Milos berapa lama aku harus menunggu kepastian Grace di mana?!" tanya Marvel semakin naik darah.Marvel mengeluarkan senjata apinya dari belakang punggungnya yang ditutupi tuxedo hitam miliknya lalu membidik Milos tepat di kepala pemuda itu membuat
Grace harus menahan napas saat mendengar semua perkataan Stelan yang sangat tidak di sangka olehnya. Hampir beberapa kali menelan ludah karena shock. Dan lagi-lagi, Stelan berkata hal yang lain yang membuat Grace semakin di buat sangat kaget."Tahu kenapa Nyonya Grace di kurung di manssion? Tahu kenapa Boss tidak mengakui Nyonya Grace di luar? Dan menganggap Nyonya Grace orang asing jika di luar?""Semua untuk melindungi Nyonya Grace dari musuh-musuhnya yang ingin melenyapkan Boss dari dunia ini. Karena jika sampai Nyonya Grace di culik salah satu dari mereka musuh Boss itu artinya bisnis Boss akan hancur dan hidup Boss akan selesai. Bagi Boss Nyonya Grace adalah napasnya. Jika terjadi sesuatu pada Nyonya, maka selesai semuanya."Grace hanya bungkam dan Stelan kembali bersuara."Boss akan mati dengan sendirinya."Tubuh Grace gemetar. Rasanya kepalanya terasa berat. Memikirkan Marvel seorang pembunuh Martihn dan penyebabnya menderita saja sudah membuatnya sakit kepala
"Dia kenapa? Seperti orang sedang marah saja," gumam Marvel bertanya sambil melihat Grace, tapi wanita itu hanya memandang Marvel tanpa kata.Seakan Grace tidak ingin memikirkan jawaban atas pertanyaan Marvel. Grace melamun hatinya seakan tahu kenapa Stelan tiba-tiba berlalu pergi.'Gak mungkin Stelan ngejar Cani?' batin Grace berkecamuk.Ada perasaan tidak rela di hati Grace. Perasaan takut kehilangan."Kamu melamun Sayangku?" Marvel bertanya sambil membelai pipi chubby Grace.Mereka tanpa jarak. Mata gelap Marvel begitu dekat dengan mata hazel Grace. Grace tampak gelisah dia menghindar memalingkan wajahnya sambil menggeleng."Nothing Vel."Grace tidak ingin Marvel menyadari perasaan dan pikirannya yang memikirkan Stelan. Grace tidak ingin membangkitkan kemarahan pria itu.'Marvel gak boleh tahu.''Ada apa denganku?'Marvel melangkah memeluk Grace dari belakang menyandarkan dagunya di pundak kekasihnya. Marvel harus membungkuk meman
Dengan wajah dinginnya, Stelan bergegas menarik tangan Cani tanpa permisi. Setengah berlari. Menjauh, meloloskan diri dari pria itu yang kini berusaha mengejar mereka. Mereka berdesak-desakan di antara kerumunan banyak orang yang tengah bergoyang menari tanpa henti."Hey! Stelan, wait!" pekik Cani.Stelan masih tidak peduli. Dia hanya fokus pada tujuannya. Terus melangkah hingga mereka kini sudah keluar club."Stelan kenapa harus cepat-cepat?" tanya Cani lagi.Kakinya mulai kesemutan karena sepatu dua belas sentinya sangat menyiksa dirinya. Belum lagi cengkeraman tangan Stelan sangat kencang di jari lentiknya."Stelan!" pekik Cani hampir berteriak karena pria itu masih tidak merespon Cani."DIAM!!" bentak Stelan dengan mimik wajahnya yang terlihat monster.Cani tersentak kaget. Stelan tidak pernah membentaknya seperti itu. Cani ketakutan. Hampir menangis."Stelan," lirih Cani takut.Stelan tersadar seketika dia sudah sangat keterlaluan.
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg