Algar berlari ke arah mereka kemudian memberikan pelukan. Betapa dia merindukan mereka semua sehingga dia tidak ingin melepaskan pelukannya, akhirnya tanpa sadar Grace meremas mereka. Semua orang kecuali Grace tampak tidak nyaman karena begitu dekat satu sama lain, Grace hanya ingin memeluk mereka sedikit lebih lama.
"Grace, gue gak bisa bernapas," gumam Xella."Bukan salahku." Grace bergumam dan meremasnya lebih erat."Bilang kayak gitu lagi, gue akan bakal mukul lo. Sekarang lepaskan!" Dia menggeram.Xella mulai menusuk perut Grace dengan tangannya. Gadis itu memiliki kekuatan yang tidak bisa dia remehkan. Grace pun akhirnya melepaskannya."Baiklah, Nyonya."Mereka kemudian berjalan meninggalkan kampus. Terlalu lama di sana akan menarik perhatian. Besok adalah akhir pekan, jadi tidak masalah pulang sedikit terlambat. Remaja juga butuh hiburan setelah belajar."Kita mau ke mana kali ini?" tanya Grace pada teman-temannya."Aku mau es krim," jaNamun dia sering mendengar orang membicarakan hal ini. Bukankah jika sesuatu terlalu sering di pakai akan membuatnya tidak menarik lagi?"Dad?" Susah payah dia mengeluarkan suara dan menahan agar tidak menjadi desahan."Hum?" Marvel lebih sibuk menghisap dan memberi tanda di kulit Grace. Sehingga dia bergumam sebisanya."Apa aku terlalu murahan?" Grace bertanya tentang seringnya mereka berhubungan dan mempengaruhi bagian dirinya yang akan semakin lebar.Dia takut juga, jika Marvel meninggalkannya karena sudah tidak memuaskan lagi. Tanpa diduga, Marvel mengigit pelan kuping Grace hingga membuatnya meringis sebelum akhirnya mengangkat kepalanya."Kenapa kamu baru sadar sekarang? Tumbuh dewasa, huh?" Marvel bertanya dengan wajah menyeringai menyebalkan. Membuat Grace kesal."Ap-" Kalimat itu tak pernah selesai karena Marvel sudah terburu memplester mulut Marvel dengan lakbannya yang penuh liur.Otot basah itu dengan lihai meliuk-liuk dalam rongga mulu
Grace berjalan menelusuri koridor berlantai marmer rumah sakit Los Angeles. Melewati beberapa ruangan hingga sampailah di area yang bertuliskan unit Onkologi. Dia melihat di balik sudut tembok dengan jarak yang lumayan jauh. Memastikan keberadaannya tidak di ketahui oleh siapapun. Pandangannya tertuju wanita berambut pirang yang tampak duduk tenang menunggu antrian untuk di periksa bersama dengan beberapa orang pasien dengan keadaan berbeda. Beberapa masih terlihat baik seperti wanita itu. Namun, beberapa orang lainnya terlihat lebih lemah. Wajah mereka terlihat lebih pucat dengan tubuh yang lebih kurus. Ada orang yang duduk di kursi roda dan beberapa orang lagi mengenakan topi rajut untuk menutupi kepala mereka yang sudah tidak memiliki rambut. Grace sangat prihatin melihat mereka. Tidak ada orang yang mengalami sakit itu. Dalam hati dia berharap semoga mereka semua sembuh.Hari ini dia sangat beruntung. Kebetulan dia ada di sini untuk menemani Marvel dan di hari yang sama dia
"Ini hukuman karena kamu selingkuh." Grace berbisik di telinga Marvel kemudian meniupkan napas hangat, membuat Marvel sedikit merinding."Selingkuh? Aku gak selingkuh !" sanggah Marvel.Grace kemudian memundurkan tubuhnya, menatap wajah Marvel yang bingung. Kedua alis Marvel bertaut heran. Grace menggeleng."Kamu selingkuh dengan benda terkutuk itu.""Benda terkutuk?"Grace mendecakkan lidah."Berkas pekerjaan yang gak penting itu," desisnya."Ah."Marvel mengerti sekarang. Kekasihnya itu marah karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaan. Memeriksa naskah dan persiapan untuk film barunya, lalu pemotretan dan shooting iklan, jadwalnya begitu padat sehingga sedikit waktu yang bisa dia habiskan bersama Grace. Meskipun dia mengerti, tetapi kesabarannya memiliki batas. Apalagi Marvel melarangnya untuk mengambil pekerjaan akting. Tidak heran Grace bisa marah akan hal itu."Jadi, sekarang kamu harus tanggung akibatnya."Sebelum Marvel bisa me
"Dengar! Jika kamu pikir kamu bisa mengancamku dengan itu kamu salah besar. Aku telah bertemu banyak pria dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda, aku hanya tinggal meminta bantuan untuk memalsukan kematian dan semuanya selesai. Kamu terlalu naif, anak kecil. Dan untuk keluarga Tremont, istrinya sendiri yang menggelapkan beberapa asetnya lalu menuduhku sebagai pelampiasan rasa cemburunya."Grace memandang lurus ke wajah itu. Dia tanpa ekspresi.Tidak ada rasa takut maupun khawatir. Dia bahkan tidak terdengar kaget seolah sudah siap dengan segala kemungkinan."Aku tahu. Aku hanya perlu melawan dengan kemampuanku. Memberikan bukti kepada polisi bahwa laporan itu palsu dan kamu memakai identitas palsu juga. Kalau di penjara, kamu akan menunggu kematianmu di sel yang sempit dengan banyak teman sekamar dan yang pasti membuatmu gak nyaman. Kalau di sini kamu bisa melepaskan nyawamu di atas kasur yang empuk di dalam kamar manapun yang kamu pilih.""Apa kamu gak takut aku
"Sepertinya kalian sedang bersenang-senang." Audi menyapa dengan suara lembut.Mewakili keanggunan yang dimiliki oleh seorang wanita. Marvel membiarkan Audi duduk kursi di seberangnya, ekspresinya kembali berubah suram. Dia memang tidak berniat menghabiskan waktu lama dengan Audi, tetapi langsung mengusir pun bukan tindakan bijak. Tindakan Audi akhir-akhir ini memang menyebalkan, tetapi Marvel masih mencoba menahan. Apalagi dia sudah lama mengenal Audi."Halo Audi, kamu cantik seperti biasa."Kyllo bersikap seperti seorang gentlemen.Meskipun masih dib awah Marvel dalam polling selebriti paling tampan, tetapi Kyllo tidak pernah gagal mendapatkan perhatian dari para Wanita dengan sikap ramah dan memiliki selera humor."Kamu terlalu berlebihan. Bolehkah aku tahu apa yang kalian bicarakan?""Hanya obrolan laki-laki. Kami bingung memilih wanita mana yang bisa kami ajak bersenang-senang.""Termasuk Marvel?""Sayang sekali Audi, dia adalah tipe pria
"Tunggu!" Audi menahan tangan Marvel.Mencegahnya agar tidak pergi."Kenapa kamu pergi?""Kamu menjebakku.""Aku tak menjebakmu! Bukankah kamu ditelpon oleh asisten Fuevras Itu juga yang terjadi padaku."Sialnya, yang dikatakan Audi itu benar. Ponsel Marvel berbunyi, dia segera menjawabnya dan mendengar suara Hell di sebrang sana. Dia mengatakan bahwa dia terkena sakit kepala secara mendadak sehingga tidak bisa menemuinya hari ini. Pria itu memintanya untuk menikmati makan malam yang sudah susah payah dia siapkan untuknya. Kemudian dia menoleh pada Audi yang masih tersenyum seolah tidak terjadi sesuatu."Tak ada salahnya kita berdua di sini. Lihat, mereka sudah menyiapkan makan sebanyak ini."Tangan Audi menunjuk ke arah meja yang sudah berisi beberapa hidangan yang semuanya mewah dan mahal dan yang paling mencolok adalah anggur merah langka dari merek terkenal. Marvel mendengus, jika dia memiliki waktu luang untuk dimanfaatkan dia memilih menemui
Saat musim dingin mereda, suhu menjadi lebih hangat, pohon-pohon bertunas dengan warna cerah dan bunga-bunga bermekaran di taman-taman terlihat begitu indah. Sinar matahari memantulkan air biru jernih. Kicauan berbagai burung memenuhi telinga dan aroma mawar yang terbawa angin memenuhi indra penciuman. Grace semakin mengeratkan sweater rajutnya untuk menghalau rasa dingin musim semi masih yang membuatnya menggigil. Dia berjalan menyusuri tepian sungai kenbeck yang atasnya masih tertutup es yang mulai mencair. Tanpa terasa tiga tahun telah berlalu dan dia telah jauh meninggalkan keramaian kota besar dengan tinggal di daerah terpencil di ujung timur Amerika. Daerah yang bernama Winslow, di negara bagian Maine. Pengobatan yang wanita itu lakukan berjalan lebih lancar dari perkiraan. Hanya butuh satu tahun pengobatan dan semua penyakit di tubuh Lin hilang. Semua orang yang pernah mengenalnya pasti tidak menyangka bahwa tempat yang indah dan damai itu adalah tempat tinggal Lin Reganne Al
Grace menjalani hari yang berat selama dua Minggu terakhir. Ia bekerja keras, berlatih dan belajar lebih keras. Restoran itu telah tiba pada musim ramainya. Ditambah koki mereka baru saja merilis menu baru masakan Perancis, membuat pelanggan mereka semakin menggila. Pada hari biasa mereka melayani lima ratus tamu dalam sehari. Pada akhir pekan jumlahnya bisa menjadi dua kali lipat.Setelah bekerja, dia harus membuat evaluasi, menghafal naskah dan latihan untuk melatih aktingnya. Banyak teknik dasar yang harus cepat dikuasai. Begitu banyak perbedaan diantara akting layar lebar yang dia pelajari dari Marvel dengan akting dalam seni teater. Sisi baiknya, pola tidur Grace mengalami kemajuan. Sekarang, dia berhasil bertahan hingga pukul empat pagi. Tetapi pada pagi harinya dia kesulitan untuk bangun ketika alarmnya berbunyi. Matanya begitu sulit untuk terbuka. Dia tak pernah lagi menggunakan bus. Memilih untuk meminta tetangga terdekatnya, seorang pria paruh baya baik hati bernama T
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg