"Kenapa? Kau takut mencintainya?"
"Daripada itu, aku jauh lebih takut jika dia akan mencintaiku lebih dulu.""Bukannya itu bagus?""Aku tidak mau dia bernasib sama sepertiku di masa depan. Diting-""Ssstt! Bicaramu melantur, apa kau sedang mabuk sekarang?"Marvel tersenyum pahit."Ya, anggap saja begitu.""Omong-omong, bolehkah aku mandi di sini?" Carro mengubah topik pembicaraan selagi menciumi ketiaknya sendiri."Jujur saja, dari semalam aku belum mandi karena tidak sempat.""Silahkan," ujar Marvel."Aku akan mengantarmu pulang setelah mandi.""Setelah itu, apa kau akan kembali ke kantor?"Marvel menggeleng."Hari ini libur setengah hari karena akan ada persiapanperesmian.""Kalau begitu, boleh minta tolong antarkan aku mampir ke rumah sakit? Ada sesuatu yang harus kulakukan sebentar," tanya Carro setengah malu-malu, takut merepotkan."Oke, santai saja," timpa Marvel.Baru kemudian Carro membawa"Acara peresmian akan dimulai sebentar lagi. Tuan Retirado dan beberapa petinggi sudah bersiap, sebaiknya anda segera mengambil tempat juga," ujar wanita itu menjelaskan maksud kehadirannya."Baik, aku akan segera ke sana." Marvel mengafirmasi diiringi anggukan kecil."Ah-Sayang, ini Rebleza, sekretaris baruku."Sesuai dengan apa yang Marvel katakan, Rebleza Dale, atau yang lebih akrab dipanggil Leza ini merupakan sekretaris baru Marvel yang menggantikan jabatan sekretaris lama di perusahaan. Perangainya cantik dan menawan, terlihat begitu dewasa di usianya yang baru menginjak kepala tiga. Rebleza kemudian memperkenalkan dirinya secara pribadi kepada Grace dengan sedikit membungkukkan badan, tersenyum ramah, lalu berkata, "Saya Rebleza Dale, Nyonya. Saya harap kita bisa segera akrab."Grace mengindahkan Rebleza dengan anggukan, ia tak perlu repot-repot memperkenalkan dirinya juga, toh semua orang di sini juga sudah tahu kalau dia adalah Nyonya Marvel Zeroun Monte
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Marvel begitu Grace dipindahkan dari UGD menuju kamar inap VVIP."Secara fisik tubuhnya baik-baik saja, hanya ditemukan sedikit memar di siku, juga tempurung lutut, dan luka terbuka di dahi dengan pendarahan ringan," ujar Dokter tersebut selagi melihat catatan pasien Grace, "untuk kelanjutannya kita tunggu hasil CTscan-nya keluar dulu untuk mengetahui apakah istri Bapak mengalami gegar otak karena benturan atau tidak. Nanti, begitu pasien sadar, tolong segera panggil perawat."Marvel mengangguk paham."Baik, Dok.""Kalau begitu, kami permisi dulu," pamit si Dokter.Baru setelahnya, dokter dan beberapa perawat itu pun satu persatu mulai keluar dari kamar inap. Marvel lantas membawa langkah gontainya menuju brankar tempat Grace kini terbaring tak berdaya. Ditariknya sebuah kursi, kemudian duduk menghadap gadisnya yangmasih setia memejamkan mata sejak tadi. Dokter sempat bilang, Grace pingsan karena bentura
"Ah ..."Grace langsung berjengit begitu merasakan jemari Marvel mulai mengoleskan salep antiseptik pada luka jahitan di keningnya."Apa masih terasa perih?" tanya Marvel memberi perhatian, kemudian diindahkan gadisnya dengan anggukan pelan."Tidak apa-apa, kamu tahan sebentar ya."Setelah selesai mengoleskan salep, Marvel pun meniup-niup sebentar luka tersebut agar rasa perihnya berkurang. Baru setelah itu, ia beralih menutup luka jahitan tersebut dengan kasa steril dan hansaplast yang baru. la melakukannya dengan sangat hati-hati dan telaten, tak ingin sampai gadisnya merasa kesakitan."Sekarang kamu tidur ya, sudah malam," ujar Marvel selagi membantu Grace untuk berbaring di atas ranjangnya.Meskipun kecelakaan semalam hanya menciptakan robekan pada kening serta memar di siku dan tempurung lututnya, tapi sejatinya Grace merasakan sekujur tubuhnya kini begitu remuk-mengingat bagaimana ia jatuh berguling di tangga dan membentur dinding hingga tak sadar
"Tidak apa-apa," ucap Marvel menenangkan selagi mengelus lembut punggung tangan Graxe yang memeluk erat perutnya."Ya udah deh, sekarang kita let's gooo!!" seru Grace langsung bersemangat.Pun detik itu juga, Marvel menancap gas jetski dengan kecepatan penuh sehingga membuatnya seolah-seolah membelah lautan, Grace yang takut spontan memejamkan matanya sambil memeluk tubuh Marvel erat-erat."Sayang, jangan takut," celetuk Marvel setelah melirik sekilas wajah Grace yang sangat tegang."Om, kalau ngendarain jetski ngebut-ngebut kayak gini nanti ditilang Nyi Roro Kidul loh!" seru Grace entah dapat pemikiran dari mana.Marvel yang mendengar itu lantas terkekeh."Justru kalau pelan-pelan, tidak kerasa sensasinya. Jadi, ayo dibuka matanya. Lautnya indah sekali."Setelah Marvel membujuk, Grace pun mulai membuka matanya kembali dengan perasaan ragu-ragu."Gimana? Indah bukan?" tanya Marvel, sementara Grace menanggapinya dengan anggukan.Marvel bis
Grace kembali mengangguk, lalu memeluk perut Marvel begitu erat sembari membenamkan wajahnya pada dada bidang pria tersebut. la merasa jauh lebih tenang sekarang."Good night, Princess." Marvel mengecup sekali lagi pucuk kepala Grace.Baru setelah merasa Grace sudah benar-benar kembali ke alam mimpinya, Marvel mulai berbisik, "aku minta maaf untuk hari ini, Sayang.""Aku benar-benar minta maaf.""Semua terjadi begitu saja."**"Van, coba tebak! Isaac Newton kalau sedih jadi apa?""Apa?""Isaac Tangis, xixixi ngakak abiezzz!""Apaan sih, Graxe?!" Yvan meletakkan pulpennya, kemudian melirik Grace dengan tatapan tajam dan tak ketinggalan ekspresi julid bukan main."Yeu ... santai dong mukanya!" seru Grace refleks memukul muka Yvab dengan buku tulisnya, "kamu udah kayak ibu-ibu kompleks yang sewot gara-gara tetangganya punya mobil baru.""Ketawa kek, ini lucu abiez loh xixixi," imbuhnya sambil menyiku lengan Yvan, sementara yang dis
Mengingat ia adalah mantan ketua tim basket, tentu saja itu hal yang sangat sepele."Mau?" Grace memberi penawaran setelah Yvan menyusul ke tribun dan duduk di sampingnya.Yvan tampak mengangguk, lalu mengambil alih minuman Grace dan mulai menyeruputnya. Sementara itu, Grace yang peka lantas menyugar poni Yvan ke belakang, lantas menggunakan ujung dasinya untuk menyeka keringat di kening anak laki-laki tersebut."Ih, di sini ada jerawat," kekeh Grace seraya menunjuk jerawat di dahi Yvan yang kelihatannya baru muncul, masih kemerah-merahan.Yvan yang diledek seperti itu tentu saja malu, ia buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "ini minuman kok rasanya kayak umbi cilembu?""Ini rasa taro, Yvan. Sini pinjam minumannya bentar," pinta Grace, kemudian sengaja menempelkan cup minuman dingin itu pada jerawat Yvan, "ditempelin yang dingin dingin, biar tidak meradang jerawatnya. Nanti di rumah sering-sering dikompres pakai air es, sekarang pakai seadanya d
"Ya sudah ... yang ketiga Selena Gomez.""JAHAT BANGET SIH!!" murka Grace, spontan mencubit lengan Marvel hingga membuat pria itu sukses berjengit"Tadi kan kamu yang minta ak-""Aku itu lagi ngetes kamu!" potong Grace ketus."Seharusnya jawabannya tetap Grace, tidak boleh diganti-ganti! Kamu tidak punya pendirian."Oke-oke, maaf ya." Marvel menghela napas panjang, berusaha untuk sabar dan tetap tersenyum, "aku ulangi ... cewek paling cantik di dunia menurut aku nomer satu Ibuku, nomer dua Bunda mertua, nomer tiga Grace.""IDIH DIH, MAKSA BANGET SIH?!""Sayang? Kok aku jadi serba salah begini?""Ya emang. Cowok kan selalu salah."Marvel lagi-lagi menghela napas, merasa tertekan dan jadi agak frustasi. Remaja puber kalau moodnya lagi kumat memang sangat berbahaya. Lebih ganas dari singa dan bahkan lebih menyeramkan dari tuyul kembar tiga."Kalau begitu, aku minta maaf ya sama kamu," tutur Marvel selembut mungkin. Grace mengerutkan ken
"lya," balas Grace sontak membuat Marvel menjentikkan jarinya penuh semangat seolah baru saja mendapat jackpot.Pria itu lantas ikut menaruh es krimnya di car seat gap, lalu bergegas membuka dashboard mobil, mengambil sesuatu yang tersimpan di sana untuk selanjutnya diberikan kepada Grace."OMG! OMG!" Grace terkesiap, spontan menutup mulutnya."Ini hape baru? Buat aku?"Marvel mengangguk."Hape lama kamu rusak karena waktu itu tidak sengaja kujatuhkan. Di kantor aku merasa risau karena tidak bisa menghubungimu. Aku tidak tahu keadaanmu, itu membuatku cemas dan tidak fokus bekerja."Tidak hanya Marvel, Grace pun juga merasa susah semenjak ponselnya rusak. Itu cukup mengganggu kegiatan kampusnya, ia jadi tidak bisa browsing materi, tidak bisa minta kirim jawaban PR Yvan, tidak bisa scroll TikTok, tidak bisa nonton drakor dan masih banyak lagi. Awalnya ia berniat untuk membeli ponsel baru dengan uang tabungannya di akhir pekan, tapi ternyata Marvel bergera
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg