"Ya sudah ... yang ketiga Selena Gomez."
"JAHAT BANGET SIH!!" murka Grace, spontan mencubit lengan Marvel hingga membuat pria itu sukses berjengit"Tadi kan kamu yang minta ak-""Aku itu lagi ngetes kamu!" potong Grace ketus."Seharusnya jawabannya tetap Grace, tidak boleh diganti-ganti! Kamu tidak punya pendirian."Oke-oke, maaf ya." Marvel menghela napas panjang, berusaha untuk sabar dan tetap tersenyum, "aku ulangi ... cewek paling cantik di dunia menurut aku nomer satu Ibuku, nomer dua Bunda mertua, nomer tiga Grace.""IDIH DIH, MAKSA BANGET SIH?!""Sayang? Kok aku jadi serba salah begini?""Ya emang. Cowok kan selalu salah."Marvel lagi-lagi menghela napas, merasa tertekan dan jadi agak frustasi. Remaja puber kalau moodnya lagi kumat memang sangat berbahaya. Lebih ganas dari singa dan bahkan lebih menyeramkan dari tuyul kembar tiga."Kalau begitu, aku minta maaf ya sama kamu," tutur Marvel selembut mungkin. Grace mengerutkan ken"lya," balas Grace sontak membuat Marvel menjentikkan jarinya penuh semangat seolah baru saja mendapat jackpot.Pria itu lantas ikut menaruh es krimnya di car seat gap, lalu bergegas membuka dashboard mobil, mengambil sesuatu yang tersimpan di sana untuk selanjutnya diberikan kepada Grace."OMG! OMG!" Grace terkesiap, spontan menutup mulutnya."Ini hape baru? Buat aku?"Marvel mengangguk."Hape lama kamu rusak karena waktu itu tidak sengaja kujatuhkan. Di kantor aku merasa risau karena tidak bisa menghubungimu. Aku tidak tahu keadaanmu, itu membuatku cemas dan tidak fokus bekerja."Tidak hanya Marvel, Grace pun juga merasa susah semenjak ponselnya rusak. Itu cukup mengganggu kegiatan kampusnya, ia jadi tidak bisa browsing materi, tidak bisa minta kirim jawaban PR Yvan, tidak bisa scroll TikTok, tidak bisa nonton drakor dan masih banyak lagi. Awalnya ia berniat untuk membeli ponsel baru dengan uang tabungannya di akhir pekan, tapi ternyata Marvel bergera
"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, 'kan?"Awalnya Grace terlihat ragu, namun setelah Marvel memberinya isyarat dengan anggukan kecil, ia lantas beralih menangkupkan tangannya pada wajah pria di hadapannya tersebut. Kemudian bergerak semakin dekat, mengecup samar bibir ranum yang basah karena sapuan es krim itu sebelum akhirnya kembali melumatnya dengan perlahan. Rasa mint yang menyeruak ke dalam rongga mulutnya memberikan sensasi dingin dan aneh, namun di detik setelahnya, sensasi itu berubah menjadi sesuatu yang terasa manis dan candu. Membuat Grace seakan ingin terus melumat dan menghisap. Di sela kegiatan panas itu, Marvel sempat tersenyum tipis. Grace sudah jauh lebih baik dalam melakukan ciuman yang memabukkan."Sekarang bagaimana?" tanya Marvel sembari mengusap pelan bibir bawah Grace dengan ibu jarinya."Suka, ya? Mau lagi?"Dengan malu-malu, Grace mengangguk. la lantas bergumam, "Sepertinya ini akan menjadi rasa favoritku setelah stroberi.""Apa
Marvel sekali lagi memastikan dengan bertanya, "meninggalkan Grace sendirian?""Mau tidak mau kau harus begitu." Carro menegaskan, sementara Marvel langsung terlihat tak bersemangat."Sepertinya ini akan memakan waktu yang lama. Aku tidak tega, Carro," keluh Marvel sembari memandangi gantungan casing tersebut.Carro sempat melirik Marvel sebentar, kemudian ia mulai menepuk pundak pria itu sembari tersenyum memahami, "kau sudah sampai sejauh ini. Apa kau akan berhenti hanya karena tidak tega melihat Grace sendirian dalam beberapa hari?""Bukankah kau lebih tidak tega lagi jika Grace akan sendirian selamanya?" imbuhnya dengan nada bicara yang menenangkan, berharap Marvel akan berhenti mencemaskan sesuatu yang seharusnya tak perlu dicemaskan."Marvel?"Marvel terdiam, itu membuat Carro merasa bingung."Lagipula aku akan menemanimu di sana. Kau tidak sendirian. Grace juga tidak sendirian, kan ada Yva-""MAKSUDNYA?!" Marvel langsung menginterupsi C
"Proyek ini akan dimulai bulan depan dan mungkin jadwal kita akan sangat padat nantinya."Marvel menyodorkan berkas dokumen yang sudah ditandatangani tersebut kepada Rebleza, kemudian sengaja mengulas senyum hangat seraya berkata, "jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit.""Baik, Tuan," ucap Rebleza selagi membalas senyuman pria di hadapannya, pandangan mereka juga sempat bersirobok selama beberapa detik sebelum akhirnya Marvel memalingkan perhatian dengan berdehem pelan."Ah, Lez," panggil Marvel selang beberapa detik kemudian, "mungkin ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, tapi bolehkah aku bertanya?""Tentu saja boleh, Tuan. Silakan. Saya akan dengan senang hati menjawabnya." Rebleza mempersilahkan."Apa kau pernah berada dalam situasi di mana kau mudah sekali terbawa emosi, marah-marah tidak jelas, dan bahkan menangis karena hal sepele?" tanya Marvel sangat berhati-hati, sementara Sandra tampak diam sebentar untuk mencerna pertanyaannya."Saya s
"Berapa lama? Sama siapa? Rebleza?" Grace mencerca, melemparkan banyak pertanyaan interogasi. la langsung kesumat saat mendengar kata 'bisnis' yang menjorok ke arah badan pengurus inti, yang tak lain dan tak bukan adalah sekretaris-Rebleza Dale."Dengarkan aku dulu dong." Marvel mencubit gemas pipi Grace, gadis itu tampak seperti akan meledak-ledak amarahnya."Aku ke Singapura bersama Carro selama kurang lebih tiga hari, tergantung kondisi.""Syukur deh," celetuk Grace merasa lega."Memangnya kenapa kalau sama Rebleza?" Marvel memberi tatapan penuh selidik, "kamu cemburu?""Mmm ... ya ... e-anu ... tidak kenapa-kenapa sih," sahut Grace mengeles, membuat Marvel yang mendengar jadi senyum-senyum sendiri. Sepertinya gadis itu mulai posesif.Marvel suka kalau begini."Sebenarnya Paman Carro itu apa Kage Bunsin No Jutsu-nya, Marvel?" tanya Grace mengubah topik pembicaraan, kini ia membawa Carro dan jurus 1000 bayangan milik Naruto. Entah apa korelasinya
"Oke, Grace. Sekarang tidur!" Grace memperingati dirinya sendiri, kemudian bergegas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai ke perpotongan dada. la lantas berusaha mengatur napas lebih tenang, kemudian mulai memejamkan matanya. Namun ..."Tanya sekarang atau besok, ya?"Grace lagi-lagi terngiang akan suatu hal yang sejak tadi terus menerus menghantui pikirannya. la kembali membuka mata, kemudian mengambil posisi miring untuk melihat paper bag pemberian Claire yang ia letakkan di atas nakas."Besok saja deh," gumamnya, lalu menarik selimut sampai menutupi wajahnya.la harus fokus mengantuk supaya bisa cepat tidur. Tapi apa daya? Bahkan sudah satu jam berlalu, Grace masih terjaga karena rasa penasarannya belum tertuntaskan. la lantas beranjak dari kasur, kemudian berjalan menuju meja belajar tempat ponselnya berada. Apakah Marvel sudah tidur? Grace bertanya-tanya dalam hati, ingin memastikan dengan mengirimkan pesan. Kalau dibalas, berarti ia masih bangun. T
la sudah kehilangan kesempatan untuk bertemu orang tuanya lagi. Kerinduannya yang luar biasa itu pasti berujung pada kesepian yang mendalam. Meskipun sangat-sangat menyebalkan, kalau sudah begini, Grace terlihat seperti manusia paling menyedihkan yang pernah Yvan kenal."Sekarang ke makam Kalan, yuk. Keburu siang, nanti panas," ajak Grace seraya berjalan lebih dulu menuju makam Kalan, sementara Yvan mengekorinya dari belakang sambil membawa wadah berisi bunga tabur."Grace, kok ada buket bunga?" Yvan bertanya heran begitu melihat sebuah buket bunga mawar putih yang tampak masih lumayan segar. la kemudian ikut duduk berjongkok di samping Grace sambil memungut dedaunan kering yang ada di makam Kalan."Itu pasti dari Marvel," jawab Grace, sontak membuat Yvan tertegun."Kamu tahu dari mana?" tanya Yvan, lagi."Hampir setiap hari Marvel menjenguk makam Kalan. la selalu datang dengan membawa buket mawar putih, kesukaannya Kalan juga," jelas Grace, "putik maw
"Nah, mending kamu ikut grup qasidah nyanyi-nyanyi beginian deh daripada nonton bokep." Grace menjentikkan jarinya, merasa bidang tersebut sangat pas untuk Yvan geluti.Dengan suara Yvan yang serak, sumbang, seret, fals dan cempreng itu akan menciptakan harmoni luar biasa yang bisa menyebabkan gendang telinga pecah, telinga bernanah dan tuli permanen. Cocok sekali buat orang-orang yang sudah lelah mendengar omongan buruk orang lain, sebab Yvan akan membuat mereka tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Wow, bakat yang menakjubkan."Oke, kalau gitu! Aku bakal cari agensi yang siap mendebutkanku sebagai member qasidah. Aku rela kok jadi trainee bertahun-tahun biar nanti pas aku udah jadi idol qasidah, aku bisa nyanyiin kamu tiap hari." Yvan tampak sumringah."Lelaki kardus-lelaki karpet- lelaki kencrot- lelak-"Grace buru-buru menyumpal mulut Yvan dengan pinggiran pizza."Hehehe, kalau mau jadi trainee harus makan yang banyak," bohong Grace, ia hanya sayang gendang
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg