Frenny Sheik mengejar keduanya, menghentikan Marvel yang hendak kembali ke dalam Lady Luck.
"Apa yang terjadi pada Madrigal, Grace?"Grace menelan ludahnya, sejauh mana dia akan membuka mulutnya dan berbicara."Dialah ... orang yang membuat kekacauan ini.""Apa?" Frenny menatapnya tidak percaya, dia tahu betul kedekatan keduanya, bagaimana mungkin Grace berbalik dan melawan Madrigal seperti ini?"Kau lihat sosok yang berada di balik kemudi itu?"Tatapan Grace terarah kepada jasad Luca, jantungnya berdenyut nyeri, begitu juga perutnya yang seketika mual dan terasa perih menyakitkan."Dia yang membunuhnya. Madrigal nyaris saja membunuhku.""Apa yang terjadi ...."Perkataan Frenny terpotong ketika melihat cengkeraman tangan Grace di jas Marvel, wajah wanita itu memucat, keringat dingin membasahi keningnya."Marvel, perutku.""Seperti yang kau lihat, detektif. Calon istriku sedang tidak sehat saat ini." Ucapan tegas Marvel memutuskaGrace menatap mata hitam gelap Marvel lalu mengangguk ragu."Baiklah."Pria itu mengangkat tubuhnya dengan mudah, membawanya melewati pilar demi pilar yang ada di mansion. Hanya ada beberapa penjaga yang berjaga di luar rumah, sementara orang-orang yang bekerja di bagian rumah tangga tinggal di rumah lain yang tak jauh dari rumah utama."Ini kamarmu?"Grace mengerjapkan matanya melihat kamar Marvel yang begitu gelap, berbanding terbalik dengan kamarnya yang masih disinari cahaya dari luar. Tidak ada jendela di kamar Marvel, hanya ada beberapa pintu. Satu pintu yang menuju keluar, satu pintu yang Grace kini menuju pintu kamar mandi dan satu pintu lagi yang entah menuju ke mana."Ini pintu apa?" Grace mendekat ke pintu lain."Walking closet.""Gak ada jendela di kamarmu."Grace mengomentari hal terjelas yang ada di kamar Marvel. Tidak ada jendela, alih-alih jendela hanya ada gorden yang berkamuflase menutupi dinding polos yang berada di belakang
Sesuai dengan rencana malam itu Grace dan Awa pergi ke sebuah club' anak muda paling terkenal di Manhattan. Meskipun Grace saat ini suasana hatinya sedang tidak baik tapi karena sudah berjanji pada Anna dia pun tetap pergi malam itu, karena dia berpikir ada bagusnya juga pergi ke club' untuk mengalihkan rasa kesalnya. Mereka pergi ke Pure nightclub di sana Awa sudah mempunyai janji untuk bertemu dengan Keiffer dan juga salah satu teman baik Keiffer bernama Brezzy yang juga bekerja dengannya di kedai kopi. Malam itu, Grace tampil dengan sangat seksi menggunakan mini dress merah yang ketat dengan satu tali yang melingkar di bahunya. Awa sengaja meminta Grace menggunakan pakaian itu agar Grace terbiasa mengekspose kelebihan yang dia miliki."Awa ... sudah kukatakan ini sangat seksi, aku tidak mau memakai ini apa kau tidak punya baju yang lain?" keluh Grace."Oh, gosh ... Grace bukannya sudah aku katakan kau harus sering menggunakan baju seperti itu agar semua orang bisa melih
"Tidak perlu Brezz, aku pulang sendiri saja, tak perlu repot-repot menjemputku.""Baiklah kalau begitu, aku akan menelponmu nanti. Sampai jumpa Sayang, aku menyayangimu."Grace hanya semakin merasa aneh dan salah tingkah mendengar Brezzy terus-menerus mengatakan sayang padanya. Namun, dia berusaha bersikap baik pada Brezzy.*****Kini jam perkantoran telah usai, Grace melihat jam pada lengannya sudah menunjukan pukul enam sore, namun masih ada beberapa karyawan yang terlihat satu ruangan dengan Grace masih mengerjakan beberapa pekerjaannya mereka mengambil lemburan saat ini. Dia juga belum melihat tanda-tanda Awa akan pulang, sambil menatap ke sekeliling Grace melangkah menuju ruangan Awa."Awa, apa kau belum akan pulang?" tanya Grace sambil berdiri di ambang pintu ruangan Awa."Sepertinya aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaanku Grace, kau akan pulang?!""Iya, aku sudah akan pulang Awa.""Baiklah Grace, kalau begitu kau pulang saja duluan
"Ya, lumayan setidaknya setelah aku bercerita padamu hatiku sedikit tenang.""Syukurlah, kalau begitu ayo kita kembali bekerja ini sudah hampir waktunya!""Baiklah."Setelah itu, Grace dan Awa kembali ke tempat kerja mereka namun ketika hendak masuk kedalam gedung Grace melihat Brezzy yang sedang menunggunya di depan pintu lobby. Brezzy pun melihat Grace dengan tersenyum bahagia karena gadisnya akhirnya datang."Brezzy, kenapa kau tidak mengirimkan pesan jika akan kemari?" tanya Grace."Tidak tadinya aku hanya mampir belum sempat aku menghubungimu kau sudah ada di depanku.""Apa kau sudah makan siang?" tanya Brezzy."Sudah, aku baru pergi makan siang dengan Awa.""Ah, iya Awa apa kau baik-baik saja?"Awa terlihat heran dengan Brezzy yang tiba-tiba menanyakan keadaannya."Memangnya aku kenapa?" tanya Awa balik pada Brezzy."Aku tahu semalam kau dan Keiffer pergi lalu Keiffer mengatakan semuanya padaku.""Kau sungguh tidak ap
Karena penasaran, Jerald pun bertanya pada Awa."Maaf Awa, apa kau sedang mencari Grace?"Awa terkejut karena dia tidak memperhatikan ada orang lain juga yang berada di lift bersamanya."Oh, iya Jerald. Aku sedang mencari Grace, dia harusnya sudah selesai bekerja beberapa jam yang lalu, tapi sekarang dia malah menghilang entah ke mana?!'Jangan-jangan si mes*m Marvel ada bersamanya saat ini?!' Jerald.berucap dalam hati"Maaf Jerald, apa kau melihat Grace? Atau mungkin kau tahu dia ada di mana?""Aku tidak juga tidak bertemu dia seharian ini, tapi asal kau tahu Bossku juga menghilang entah ke mana dari tadi.""Aku hanya berpikir mungkin mereka sedang bersama di suatu tempat mungkin mereka sedang bermesraan."Awa tidak percaya dengan apa yang di katakan Jerald, mana mungkin itu semua terjadi."Kau jangan gila, Bella sahabatku bukan gadis murahan. Kau pikir sahabatku akan mau padanya setelah apa yang dia lakukan dulu pada Grace."
Untuk menghilangkan kegalauannya, Marvel ingin serega sampai ke hotel untuk istirahat sejenak kemudian langsung bekerja, dia merasa hanya dengan bekerja dirinya bisa agak sedikit melupakan kerinduannya pada Grace. Untuk kunjungan ke anak perusahan di jadwalkan keesokan harinya, dan para karyawan yang mendampingi Marvel saat ini masih dalam perjalanan mereka naik penerbangan komersial. Malam harinya, ada acara makan malam bersama Marvel dan juga para karyawannya di salah satu restoran yang cukup terkenal di sana. Sebenarnya Marvel tidak ingin ikut acara makan malam itu, tapi Jerald bersikeras meyakinkan boss-nya agar mau ikut makan malam bersama."Boss sebaiknya Anda mengikuti acara makan malam bersama mereka.""Kenapa aku harus?" tanya Marvel malas."Makan malam ini akan membuat kerjasama team semakin baik, lagi pula mereka akan sangat senang jika Boss ikut serta mereka akan merasa sangat dihargai."Marbel berpikir sejenak dan memikirkan apa yang Jerald katakan,
Marvel memerintahkan semua untuk ikut, dia bahkan memberikan baju dan gaun mahal untuk para karyawannya yang dia ajak, belum lagi mereka semua di antar ke tempat acara menggunakan mobil Chrysler 300 Limousine salah satu mobil limo yang termahal. Sekarang semua orang sudah tiba di gedung acaranya, acara makan malam ini sangat mewah banyak pengusaha sangat terkenal kaya yang menghadirinya, bahkan Bella dan semua teman kerjanya tidak pernah menyangka bisa ikut menghadiri acara luar biasa ini. Mereka bisa melihat secara langsung wajah-wajah orang kaya di dunia langsung di depan matanya."Acara ini benar-benar gila, semua orang dengan mesin pencetak uang menghadiri acara ini," celetuk Awa."Kau benar Awa, mereka ini semua adalah para pengusaha yang masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia ... emang luar biasa!""Apa Marvel tidak salah mengajak kita semua ke acara ini, bukankah acara ini tidak bisa di hadiri sembarang orang?!""Rasanya aku harus menggunakan kesempa
"Aku sangat senang malam ini Grace, karena ada kau ada disini." Brezzy tersenyum ke arah Grace, kini mereka berdua tengah berdiri di sebuah balkon sambil menikmati suasana malam pesta itu."Aku juga Brezz." Grace membalas senyuman itu"Aku berharap besok kita bisa meluangkan waktu untuk bersenang-senang? Bagaimana kalau kita jalan-jalan, kau mau?""Entahlah, aku kan datang ke sini untuk bekerja besok masih ada beberapa jadwal lagi.""Berapa lama kau akan berada di sini?""Rencanannya satu Minggu, tapi jika semua sudah selesai mungkin kami akan kembali segera.""Lalu apakah si brengsek itu masih menyulitkanmu?"Grace hanya menarik kedua sudut bibirnya sambil mengingat sikap Marvel semakin hari semakin manis padanya."Tidak, dia sangat baik padaku belakang ini.""Benarkah?""Katakan padaku Grace, apakah kau menyukainya?" Brezzy merasa harus mengetahui perasaan Grace."Brezz, please kita tidak perlu membahas hal itu, tidak penting.
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg