Grace tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dia juga ikutan duduk bersama di balai-balai depan rumahnya itu bersama dengab Yeager. Tanpa mereka ketahui, Marvel yang berdiri di balik pohon tak jauh dari pekarangan rumah Grace itu melihat keakraban keduanya. Ingin sekali dirinya datang ke sana sekedar untuk mengatakan bahwa Grace adalah miliknya. Tetapi, karena dia adalah salah satu public figure yang memang dikenal banyak orang dan tetangga Grace juga sudah tahu dengan dirinya itu. Ada rasa cemas menghantui dirinya dan juga Grace nanti. Marvel tak ingin pula Grace terjebak dalam masalah ini, apalagi gadis itu masih bersekolah."Kenapa lama sekali mereka," gerutu Marvel menatap keduanya yang tak kunjung pria berseragam itu pulang ke rumahnya.Marvel yang mengenakan jaket kulit hitam, celana hitam dan seluruhnya serba hitam itu kini sedikit kepanasan. Yeager yang merasa dirinya telah lama berada di rumah Grace itu berpamitan untuk pulang saja. Mereka berdua turun dari balai-balai, Gr
Marvel didudukkan oleh Grace dan Marvel di atas karpet dan Grace menyandarkan tubuh kekarnya di dinding papan rumah mereka. Grace lalu mengambil air di belakang rumangnya yang masih mendidih itu secangkir saja dan memasukkannya ke dalam wadah seng yang dicampuri dengan air minum yang masih tersisa. Grace juga mengambil handuk kecil di dalam kamarnya lalu membawa peralatan lainnya seperti betadine dan kapas."Maafin gue ya, gue gak tahu kalo itu lo. Habisnya lo pakaian kayak maling tahu gak! Makanya gue pukulin tadi," sesal Bryan sambil mengusap bahu lebar milik Marvel.Marvel yang mendengarnya pun membuka matanya dan menganggukkan kepala. Sementara di depannya sudah ada Grace dengan mangkuk berisi air dan handuk kecil yang ia rendam di sana dab juga kapas dan betadine di tangannya yang lain. Grace mendudukkan dirinya dan memberikan seluruhnya pada Marvel."Uhuk, Bunda. Kayaknya kita harus ke belakang, deh."Bryan membuat suara batuk untuk menyindir keduanya dan juga memberikan waktu u
"Sayang, maafin saya ya."Grace terdiam mendengar kata-kata maaf dari pria itu. Sepertinya Marvel sangat menyesal ketika dirinya meninggalkan gadis itu di saat dia tengah tertidur."Kalo saya gak nyusul dia, mungkin dia bakal ke atas dan buat keributan juga. Dia bakal tahu kamu, Sayang. Itu yang saya takutkan."Kata-kata Marvel itu benar, Grace saja yang terlanjur cemburu pada pria itu dan menyuruh pria itu untuk menjauhinya. Sementara Marvel tak ingin melakukan hal itu, karena dirinya sudah terlanjur nyaman pada gadis itu. Berbeda dengan Lin yang glamour dan kelas tinggi itu membuat dirinya tak ingin mendekati wanita itu."Iya, maaf ya Om. Aku juga salah."Marvel melebarkan matanya mendengar penuturan gadis itu, dia terbangun dari ranjangnya lalu berjalan menuju kamar gadis itu dan mengetuk pintu gadis itu. Grace yabg tahu itu adalah Marvel, dirinya langsung bangun dari pembaringan dan membuka pintu kamarnya. Grace terkejut, dia pun ingin menutup pintu kama
Lalu Marvel pun mengalihkan ciumannya pada pipi Grace sementara gadis itu mengambil oksigen sebanyak mungkin karena paru-parunya telah menipis. Dirinya hanya bisa merasakan birai Marvel yang menciumi dirinya itu, terkadang juga Marvel menggigit pipinya itu. Lalu Marvel pun menyudahinya. Rambutnya kini sudah berantakan, matanya juga sayu menatap gadisnya itu lalu Marvel memeluk tubuh mungil Grace dengan erat karena dia kini tengah menahan hasratnya.Grace kini bisa merasakan milik pria itu tengah menegang. Inilah yang ditakuti Grace, Marvel selalu saja menegang padahal mereka hanya berciuman saja, apa separah itu hasrat Marvel padanya? Grace juga bingung. Dirinya ingin menjauh dari tubuh pria itu, tetapi dia memeluk dirinya begitu erat sekarang."Aku susah napas," kata Grace sambil menepuk bahu Marvel.Pria itu merenggangkan pelukannya lalu mendongak ke atas menatap wajah Grace yang terlihat memerah. Bukan karena menahan napas, tetapi dirinya juga malu merasakan hal in
Terlihat di sana Grace sedikit kesusahan dalam menghirup napasnya. Seketika Yeager pun mendudukkan tubuhnya di atas kursi di samping ranjang yang dibaringi oleh Grace. Yeager pun berinisiatif untuk membuatkan segelas teh hangat untuk Grace. Setelah dia mengaduk teh hangat itu yang diberi gula satu sendok saja. Setelahnya, Yeager pun meletakkan gelas yang berisi teh hangat itu di ventilasi jendela."Grace, Grace," panggil Yeager seraya membangunkan gadis itu.Grace yang merasa tubuhnya diguncang oleh seseorang, dia pun membuka matanya dan melihat Yeager yang tengah menundukkan tubuhnya dan menatapnya itu. Yeager pun mendudukkan tubuh gadis itu dengan mengangkat leher bagian belakang Grace itu sehingga tubuh mungil itu pun terduduk secara refleks. Lalu pria itu memperbaiki posisi bantal yang akan disandarkan oleh Grace di punggungnya itu dan juga memberikan pada Grace untuk di minum."Biar gue aja," kata Yeager saat gadis itu hendak mengambil gelas itu dari tangan Yeage
"Gak apa-apa kali, ini diambil aja. Sekalian buat teman kamu yang berdua itu."Akhirnya Grace pun mengambil plastik yang berisi roti yang dipesankan oleh Marvel itu. Marvel kembali menjalankan mobilnya menuju sekolahan Grace dan berhenti di depan sekolah gadis itu."Makasih ya, Om.""Nanti saya jemput kamu seperti biasa, ya."Grace menganggukkan kepalanya dan Marvel mengecupi pipi dan bibir gadis itu sebelum gadis itu keluar dari mobil pria tampan ini. Dirinya mematung sekejap lalu tersenyum kaku seraya membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Marvel yang melihat gadisnya itu gugup pun tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya gemas. Lalu dirinya menancap gas menuju hotel Oxford Yoo untuk melihat perkembangan bisnis barunya itu.Setibanya di hotel, Marvel langsung diberitahukan dari staff resepsionis bahwa kemarin Retirado tengah menunggu kedatangannya sebelum hujan turun. Marvel sedikit termenung, pantas saja Retirado semalam menelepon dirinya berulang kali.
Sesampainya di hotel Oxford kembali, Marvel kini menyibukkan dirinya ke ruang kerjanya seraya menandatangani bagian properti interior di dalam hotel maupun di luar hotelnya. Ini tergantung dari Marvel sendiri. Managernya yang bernama Denver Castaneda itu memberikan beberapa lampiran berkas sebanyak 5 lembar dan di sanalah Marvel memberi tanda centang atau silang. Di sana juga tertera harga yang akan dikeluarkan dari pihak hotel Marvel.Setelah selesai, dia memanggi Denver untuk datang ke kamarnya itu. Denver datang dan memberikan kalimat sapaan dan juga hormat pada sang pemilik hotelnya itu."Ada yang tidak saya pilih di sini, Denver. Menurut saya, hotel kita tidak memerlukan tetapi ada beberapa yang saya pilih dengan memberikan tanda ceklis di sana. Saya akan memberikan beberapa saham sana kamu untuk kamu beli ke pihak yang membelikan beberapa kekurangan di hotel kita," kata Marvel seraya memberikan berkas tersebut pada Denver.Denver pun menerimanya dengan senang hati, di
"Ayo duduk di balkon sambil santai-santai," ajak Marvel seraya menggandeng mesra tangan Grace itu.Gadis itu hanya mengikuti saja, Marvel sambil membawa kompresan kemasan di tangannya itu. Mereka pun mendudukkan dirinya di gazebo dan di dalam gazebo itu tidak terpapar matahari. Setelah Grace duduk, Marvel pun menempelkan ke kening gadis itu hingga dia merasakan dingin di sana. Tak ada rasa kantuk yang menyerang dirinya sekarang, tetapi Marvel menempatkan kepala dan sebagian tubuh gadis itu di bahu dan dadanya agar dia tidak terjatuh nanti."Dua hari lagi kamu kamping, kan?""Iya.""Udah ada persiapan?""Udah.""Kalo nanti malam masih panas, kamu gak usah sekolah aja. Libur sehari gak bakal bikin nilai kamu merosot jauh, 'kan? Kamu lagi sakit, bukan absen tanpa keterangan.""Lihat nanti aja.""Ya udah, terserah kamu aja deh. Aku cuman kasih saran aja.""Makasih ya, sarannya."Marvel menyinggungkan senyuman di bibirnya itu, lalu mengec
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg