"Kami berangkat dulu, Tante."
Marvel mencium tangan Rinrada tanda dia menghormati wanita renta itu. Grace pun melakukan hal yang sama. Mereka berpamitan dan Rinrada menutup pintu rumahnya saat mobil milik Marvel tidak lagi terlihat di pandangannya. Sementara di dalam mobil, Marvel mengatakan kepada Grace bahwa dia membeli hotel lagi di Korea Selatan, Italia, Rusia dan Indonesia."Jadi rapat Daddy tadi mengenai itu?" tanya Grace seraya menatap ke arah Marvel dengan wajahnya yang penasaran."Iya, pelelangan hotel. Mereka mau aku yang belinya. Lumayan, 'kan? Keuangan gak bakal berhenti-berhentinya. Bisnis jalan terus. Ke mana-mana nantinya bakalan aman. Kita juga bisa dikenal oleh orang luar negeri.""Surat-suratnya?""Nanti kalo mereka udah kasih, baru aku bayar cash. Kita mau makan atau belanja?""Hum ...."Grace mengetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Memikirkan ke mana mereka tuju sekarang."I don't know."Marvel terkekeh pelan melihatGadis itu meremas rambut Marvel. Dadanya naik turun mengambil pasokan oksigen karena paru-parunya sudah menipis. Apalagi kini Marvel semakin ganas menumbuk inti tubuhnya dengan benda yang terasa basah dan tak bertulang itu. Seketika gelombang itu datang menghantui dirinya, Grace menjepit kepala Marvel yang berada di tengah-tengah pahanya lalu dia mengeluarkan cairannya dan seketika tubuhnya menjadi lemas.Marvel menghentikan perlakuannya. Dia mengelap bibirnya dengan tissue. Menatap Grace yang sudah terbaring lemah dengan napasnya yang terengah-engah. Marvel sangat puas melihat kekasihnya seperti ini sekarang. Dia terlihat sangat cantik dengan keringat yang membasahi pelipis dan lehernya dan juga terlihat begitu seksi di saat yang bersamaan. Tubuhnya yang polos dan tidak berbusana itu."You're so sexy," bisik Marvel lalu dia mengangkat kedua kaki Grace dengan tangannya.Menyuruh Grace untuk melilitkan kedua kaki gadis itu di pinggangnya sementara tangan Marvel bergera
Dia mengambil toner dan kapas, lalu Grace membasahi kapas itu dengan toner dan dia menepuk pelan ke wajahnya. Setelahnya dia mengambil essense wajah yang dia tuangkan ke telapak tangan sebayak 3 tetes saja. Karena essense bersifat kental dengan cairan bening seperti air putih. Grace mengusapnya dengan kedua telapak tangan, dia pun meletakkannya di wajahnya tanpa mengusap ke wajahnya. Grace hanya menempelkan telapak tangannya pada wajahnya beberapa detik sambil bernapas dan mengembuskan napasnya. Dia melakukannya berulang kali hingga produk itu meresap ke wajahnya. Setelahnya Grace pun turun ke bawah. Dia menginginkan buah-buahan yang segar.Sesampainya dia di dapur, Grace langsung membuka kulkas. Dia pun mengambil mangkuk dan mengambil beberapa buah-buahan yang segar yang ada di dalam kulkas. Kiwi, strawberry, apel, blueberry, blackberry, kurma, buah naga dan alpukat. Grace juga mengambil coklat yang ada di dalam toples kaca itu."Mau langsung dikupasin, Non?" tanya Lifa y
CalantasMarvel mengernyitkan dahinya lalu dia membuka pesan atas nama Calantas itu. Marvel men-scroll ke atas. Dia sangat penasaran dengan isi pesan mereka berdua. Marvel membacanya satu per satu isi pesan dari Calantas dan balasan dari Grace yang berawal dari 'Hai', lalu Grace menanyakan di mana dia mendapatkan nomornya itu hingga Calantas menyatakan perasaannya. Grace membalas seadanya saja. Namun, nomor Calantas sudah diblokir oleh Grace.2 menit dia membaca pesan itu lalu kini matanya beralih ke nama Yeager. Mereka terlihat lebih dekat, terkadang pesan Grace juga panjang dan terkadang juga pendek. Pria ini sepertinya sangat pandai dalam membuka dan mengakhiri percakapan di pesan. Namun, dengan segera Marvel menghentikan aksinya itu saat mendengar suara shower sudah mati. Dia meletakkan kembali ponsel Grace di nakas lalu dia duduk di balkon, sebelum pintu kamar mandi terbuka.Ceklek!Hanya berselisih 20 detik saja saat Marvel telah menduduki dirinya di kursi,
Marvel berbicara panjang lebar sambil menatap serius kepada Claire yang tidak menyukai Grace. Claire sendiri tidak ingin mendengarkan Marvel yang terlalu bijak itu, Sewaktu Marvel bercerita tadi saja, Claire malah memperhatikan kuku-kukunya yang cantik itu, tidak menghargai anaknya yang tengah mencurahkan isi hatinya. Marvel tentu saja menahan emosinya kepada Claire, dia ibunya. Perempuan yang mengandung, melahirkannya dan membesarkannya dengan tetesan keringat hingga dia bisa berdiri di atas bumi ini hingga sekarang."Ya, terserahmu saja Marvel. Jika kau menyesal nanti telah memilih gadis ini, aku tidak akan sudi menjadi tempat berpulangmu."Ctar!Marvel, Grace dan Gio tentu saja terkejut mendengar ucapan Claire. Apakah dia tidak punya rasa keibuan lagi kepada anak sulungnya itu? Grace menatap Claire tidak percaya, dia lalu menoleh ke arah Marvel. Pria itu terlihat terkejut sekali mendengar ucapan Claire, dia menatap Claire yang duduk di depannya tidak percaya. Seteg
Suara bising musik yang menggelegar membuat Grace tidak tahu bahwa sedari tadi Marvel memanggil namanya untuk pulang. Hingga kini Marvel menepuk bahu gadis itu dan dia pun sadar. Marvel menggunakan bahasa tubuh, dia menunjuk ke arah keluar dari Timezone. Grace pun mengerti, dia terlebih dahulu menukarkan kupon yang mana mereka telah memainkan permainan di mall ini. Hanya dapat sebuah coklat saja, namun Grace sudah bahagia. Mereka pun kini berjalan keluar dari mall. Marvel dan Grace mampir di restoran sederhana untuk makan siang. Ini adalah pilihan Grace, karena sewaktu dulu saat dia sibuk ujian Anggi mengajak Xella dan Grace untuk makan di restoran sederhana.Restoran yang mana dengan gaya konsep sederhana yang delapan puluh persen adalah terbuat dari kayu jati yang kokoh. Walaupun sederhana, namun interior di dalam restoran cukup menarik dan elegan. Tidak terlihat jadul dari cover restoran. Grace mengambil posisi duduk di tepi yang langsung berhadapan dengan bagian tanaman di
Levi mengacak-acak seprai ranjangnya. Hingga suara ketukan pintu terdengar, Levi menghentikan tangisannya."Siapa?""Luca."Levi menghapus air matanya yang membasahi pipinya. Dia pun bangkit dari ranjangnya kau dia membuka pintu kamarnya. Dia melihat Luca yang tersenyum kepadanya lalu dia mengeringkan bola matanya. Dia merasa bahwa Luca mengejek dirinya yang menangis karena pria yang tidak berpihak kepadanya."Apa?" tanya Levi sinis."Ih, sinis banget sih, lo? Ke pasar gih, beliin nih. Dari Bibi Kailyn. Bye."Luca pun berlari dari hadapan Levi. Perempuan itu sempat mengibaskan rambutnya dan mengenai wajah Levi. Namun, Levi hanya menatap sinis ke arah Luca. Dia menatap sebuah kertas kecil yang berisi tulisan, kilogram dan dan harganya. Levi juga menghitung total uang tersebut dan dia pun pergi keluar rumah mewah itu. Terlebih dahulu Levi memakaikan helm di kepalanya agar terlindungi barulah dia men-stater motor maticnya itu. Dia pergi ke pasar tradisiona
"Teman kita yang lain kok pada belum ke sini, ya? Coba kamu chat WhatsApp, Sayang," pinta Gio.Keia pun mengambil ponselnya di dalam tas, karena tangan dipenuhi dengan minyak gorengan, tidak bisa di bersihkan hanya dengan menepuk tangan saja seperti Keia. Gadis itu mengetikkan pesan di group chat WhatsApp-nya yang mempertanyakan apakah mereka sudah di kantin atau masih di dalam kost saja.Sebagian ada yang mengatakan bahwa mereka sedang dalam perjalanan dan sebagian mengatakan ada yang masih di kantin. Keia membaca pesan mereka kepada Gio, dan pria itu hanya membalasnya dengan deheman saja. Keia kembali meletakkan ponselnya ke dalam tas lalu dia pun kini menghabiskan makanan yang dibelikan Marvel. Mereka tidak bisa makan di atas meja, karena meja sudah penuh dan juga makanan berat seperti gado-gado kesukaan mereka juga sudah habis oleh mahasiswa lainnya. Namun, Keia tidak mempermasalahkan. Yang terpenting masih ada makanan yang di makan, dia akan memakannya.Setelah m
"Aamiin, semoga kita terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan," kata Gio.Mereka menganggukkan kepalanya lalu mereka bercerita mengenai kuliah sekarang. Ada yang mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan di bagian waktu karena mereka semua adalah kuliah sambil kerja. Sementara Gio tidak, pria itu tidak diperbolehkan oleh Retirado untuk bekerja karena dia masih sanggup untuk membiayai Gio. Sementara Marvel sudah lepas dari genggamannya.Tetapi, Marvel juga memberikan beberapa juta uang untuk pegangan Gio. Pria itu mengatakan bahwa Gio juga harus berhemat dan mencari pekerjaan juga dari ponselnya. Agar tidak memakan waktu dan tenaga supaya dia tidak keteteran dalam kuliahnya.Walaupun mereka juga bekerja di bawah naungan orang tuanya. Setidaknya, mereka sudah berusaha sendiri untuk mencari uang untuk jajan dan uang semester.3 jam mereka berkumpul, hari sudah semakin sore. Mereka pun kini pulang ke rumah masing-masing. Di perjalanan, Gio mendapatkan telepon dari p
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg