Setelah merasa situasinya aman, Delvino mulai menjauhkan tangannya. Dia merasa tidak enak karena baru saja membungkam mulut gadis yang entah siapa di rumah ini. Tapi, seragam yang dikenakannya dan wajah perempuan ini tampak familiar. Delvino pun bertanya, “Kenapa kamu ada di sini?”Anggi bingung dengan apa yang dikatakan Delvino sehingga dia hanya bisa diam. Matanya terus memandangi bibir Delvino untuk bisa memahami apa yang pria itu katakan.Kenapa dia diam saja dan hanya memperhatikan wajahku? Apa ada sesuatu di wajahku? Aku jadi merasa malu, pikir Delvino, sedikit tidak nyaman diperhatikan lekat begitu.“Itu bibirmu kenapa?” Delvino melihat ujung bibir Anggi yang lebam. Secara otomatis Anggi menyentuhnya. Dia merasa sedikit perih, tamparan ibu tirinya kemarin cukup keras sepertinya sampai meninggalkan bekas begini. Dari pertanyaan Delvino barusan, Anggi hanya menjawab dengan gelengan karena dia sedikit paham jika yang Delvino tanyakan adalah tentang lukanya.Karena merasa perempuan
Makan malam hari ini akan menjadi awal pertemuan keluarga diadakan. Keluarga besar Prakarsastra memang jarang sekali bisa bertemu bersama jika tidak karena agenda seperti ini atau perayaan hari besar. Sehingga Kamilla merasa senang bisa melihat anak dan cucunya dalam satu ruangan. Bisa dibayangkan betapa besar ruang makan ini. Namun, mejanya dibagi dua. Ada meja khusus Kamilla dan para anaknya, lalu meja para cucu dan cicitnya. Tentu Devanda, Andriyan, dan Delvino duduk di meja yang kedua.Rasanya sangat canggung sekali bagi Devanda yang baru pertama kali bertemu para saudara iparnya. Meski pun Devanda pernah menemui mereka di kehidupan pertama, tapi tetap saja rasanya sangat tidak nyaman. Dulu mungkin ia akan disegani sebagai istri Jonathan, tapi sekarang dia cukup dibenci sebagai istri Andriyan. Meski begitu dia sama sekali tidak peduli. Jauh lebih baik menjadi istri Andriyan daripada Jonathan yang brengsek itu. Lebih baik dia mati sekali lagi daripada harus berdiri di altar yang sa
“A—Anggi …,” ucap Raden yang merasa senang karena memiliki cara untuk berkomunikasi dengan sang anak.“Jadi anak itu tidak bodoh? Dia bisa mengerti dan memberikan respon dengan normal?” ucap Kamilla yang benar-benar terkejut. Selama ini karena perkataan Aleenda, mereka jadi berpikir kalau Anggi benar-benar bodoh dan tidak bisa melakukan apa pun.Raden mendekat dan mendadak memegang tangan Delvino. Tubuhnya melemas sampai Delvino tergerak untuk membantunya. “A—ada apa, Tuan?”“Bagaimana … cara agar aku bisa berkomunikasi dengannya?” tanya Raden.Senyum Delvino mengembang. “Apa Anda ayahnya? Apa yang ingin Anda katakan?”Saking tidak pernahnya berkomunikasi dan berpikir tidak ad acara untuk bicara dengan Anggi, Raden sampai bingung harus mengatakan apa dulu. Lantas dia menurunkan pandangannya ke bawah untuk berpikir.“Suamiku, jangan melemahkan tekadmu dengan membuat Anggi menjadi putri yang lemah!” seru Aleenda.“Cukup, Linda! Jangan menghentikan seorang ayah yang ingin berkomunikasi d
“A—Anggi …,” ucap Raden yang merasa senang karena memiliki cara untuk berkomunikasi dengan sang anak.“Jadi anak itu tidak bodoh? Dia bisa mengerti dan memberikan respon dengan normal?” ucap Kamilla yang benar-benar terkejut. Selama ini karena perkataan Aleenda, mereka jadi berpikir kalau Anggi benar-benar bodoh dan tidak bisa melakukan apa pun.Raden mendekat dan mendadak memegang tangan Delvino. Tubuhnya melemas sampai Delvino tergerak untuk membantunya. “A—ada apa, Tuan?”“Bagaimana … cara agar aku bisa berkomunikasi dengannya?” tanya Raden.Senyum Delvino mengembang. “Apa Anda ayahnya? Apa yang ingin Anda katakan?”Saking tidak pernahnya berkomunikasi dan berpikir tidak ad acara untuk bicara dengan Anggi, Raden sampai bingung harus mengatakan apa dulu. Lantas dia menurunkan pandangannya ke bawah untuk berpikir.“Suamiku, jangan melemahkan tekadmu dengan membuat Anggi menjadi putri yang lemah!” seru Aleenda.“Cukup, Linda! Jangan menghentikan seorang ayah yang ingin berkomunikasi d
Rasanya baru saja dipikirkan, si pemilik nama sudah muncul duluan. Dada Devanda jadi bergemuruh sebelum berani membuka isi pesannya. Sebenarnya apa yang ingin dikatakan anak itu malam-malam begini?KanelloNyonya Pingky sepertinya kita seumuran, bolehkah aku memanggilmu Pingky saja?Pertanyaan yang tidak penting dan buang-buang waktu Devanda untuk membacanya. Rasanya Devanda jadi ingin membuang ponselnya ke laut.DevandaSilakan sajaKanelloApa yang akan Anda lakukan? Anda akan tidur?DevandaYa, sudah malam. Apa lagi yang bisa dilakukan?KanelloMungkin seperti bertelepon dengan saya?DevandaTidak bisa, ini sudah malamKanelloOrang-orang juga biasa melakukannya di malam hariDevanda ingin melempar ponselnya, sungguh. Dia tidak percaya menanggapi pesan seseorang bisa se-menyebalkan ini. Kalau dia ingin menelepon seseorang, kenapa tidak menelepon pacarnya atau temannya saja? Kenapa harus repot-repot di telepon? Dia benci menerima panggilan jika tidak untuk suatu kepentingan.Devanda
Pembunuhan bukan cara untuk melindungi. Jonathan jelas menembak Kanello dengan sengaja, padahal Kanello tidak ada niatan untuk menyakiti Devanda. Dia hanya ingin menciptakan situasi yang membuat orang lain salah paham dan berpikir bahwa Devanda berselingkuh di belakang Andriyan dengan pria lain. Meski tidak nyaman, Devanda berniat mengaku bahwa dirinya adalah Pingky sehingga Kanello akan pergi dengan sendirinya karena merasa bersalah.Jadi, kalau ini memang rencana Jonathan, kenapa dia tiba-tiba datang menjadi pahlawan kesiangan dan melakukan hal itu pada Kanello?“Aku tidak melakukan ini tanpa alasan, Vanda. Aku melindungi, aku menyelamatkanmu.”Tubuh Devanda tergerak mundur. Jonathan menembak Kanello tanpa ragu, hal yang sama mungkin saja akan terjadi pada Devanda seperti di kehidupan pertama dulu. Saat Jonathan bergerak mendekati Devanda yang semakin berjalan mundur, seekor kupu-kupu datang lalu berterbangan di sekitar kepala Devanda. Devanda menyadarinya. Apa ini pertolongan atau
Andriyan mengulurkan air minumnya di hadapan Devanda. Perempuan itu tampak syok dengan apa yang baru saja dia lihat. Ekspresi terakhir saat Kanello menjemput mautnya terus terbayang dalam benak Devanda. Hal serupa yang ia lihat di kehidupan kedua. Bedanya, di masa lampau, Delvino yang membunuh Kanello.Bagaimana mungkin Kanello bisa terbunuh lagi? Padahal aku sudah memastikan bahwa kehidupan kali ini sudah berubah. Aku menjadi sponsornya, mengirimnya pada dunia hiburan sesuai impiannya, tapi kenapa dia malah kembali padaku dan berusaha mendekati yang akhirnya kembali berujung maut? batin Devanda.Selain merasa bersalah, Devanda jadi mulai merasa cemas. Seperti ada sesuatu yang mau diubah bagaimana pun, ia akan tetap kembali pada posisi semula. Seolah takdir akan terus terulang meski dengan cara yang berbeda. Dia jadi teringat pada perkataan wanita berambut abu-abu itu.“Takdir yang terulang akan membawa konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Tidak ak
Andriyan mengulurkan air minumnya di hadapan Devanda. Perempuan itu tampak syok dengan apa yang baru saja dia lihat. Ekspresi terakhir saat Kanello menjemput mautnya terus terbayang dalam benak Devanda. Hal serupa yang ia lihat di kehidupan kedua. Bedanya, di masa lampau, Delvino yang membunuh Kanello.Bagaimana mungkin Kanello bisa terbunuh lagi? Padahal aku sudah memastikan bahwa kehidupan kali ini sudah berubah. Aku menjadi sponsornya, mengirimnya pada dunia hiburan sesuai impiannya, tapi kenapa dia malah kembali padaku dan berusaha mendekati yang akhirnya kembali berujung maut? batin Devanda.Selain merasa bersalah, Devanda jadi mulai merasa cemas. Seperti ada sesuatu yang mau diubah bagaimana pun, ia akan tetap kembali pada posisi semula. Seolah takdir akan terus terulang meski dengan cara yang berbeda. Dia jadi teringat pada perkataan wanita berambut abu-abu itu.“Takdir yang terulang akan membawa konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Tidak ak
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a